Senin, 16 Juni 2014

IRI PADAMU SAUDARAKU

Saat kita menyimak berita-berita tentang muslim di seluruh dunia membuat perasaan mengharu-biru. Bagaimana tidak, mengetahui betapa beratnya perjuangan rakyat Palestina yang telah puluhan tahun tak henti-hentinya ditindas Israel. Melihat betapa menderitanya rakyat Suriah di bawah kebrutalan rezim penguasa, dibantai, dan dianiaya. Belum lagi membayangkan kuatnya permusuhan pemerintah kudeta militer di Mesir terhadap penegakan syariah Islam. Apalagi mengetahui kabar tentang pembantaian muslim di Afrika Tengah. Subhanallaah, tak terhitung nyawa yang telah melayang, tak terkira penderitaan, kesengsaraan, kesedihan dan kesulitan hidup mereka. Wanita dan anak-anak tak luput menjadi korban. Pilu dan sedih bercampur dengan marah menyesakkan dada.

Namun jika kita lihat dari sudut pandang yang lain, yakni dengan mengingat janji-janji Allah, maka kita akan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang beruntung. Kenapa beruntung? Karena musuh yang harus mereka hadapi sangat jelas. Hadir di hadapan mereka musuh-musuh Allah yang nyata. Panggilan menjadi mujahid nyaring terdengar, jalan menjadi syuhada terbuka lebar. Mental mereka tertempa dengan perjuangan. Iman mereka terasah dengan penderitaan. Saat mereka harus menahan derita, harapan masuk surga tanpa hisab terasa sangat dekat. Tatkala dunia tak memberi uluran tangan, ketawakalan mereka menggunung hanya bergantung pada pertolongan Allah SWT. Ketika senjata tidak ada di tangan, doa jadi senapannya, ghirah jadi peledaknya. Ketika benteng tak lagi bisa menahan serangan musuh, perlindungan Allah SWT jadi sandarannya. Ketika kekuatan mulai melemah maka kedigdayaan Allah SWT jadi harapannya. Syahid menjadi cita-cita tertingginya.

Allah SWT benar-benar memuliakan mereka. Betapa indahnya janji Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi yang syahid:

“Allah SWT berfirman: Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati bahkan mereka hidup di sisi Rabb mereka dengan mendapatkan rizqi. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka dan mereka beriang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka (yang masih berjihad di jalan Allah) yang belum menyusul mereka. Ketahuilah tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergembira dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah dan Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 169-171)”

Rasulullah SAW bersabda: “Bagi orang syahid di sisi Allah maka ia memperoleh enam perkara,
  1.  yaitu diampuni dosanya pada awal mengalirnya darahnya,  
  2. diperlihatkan tempat duduknya di surga,    
  3. dilindungi dari adzab kubur, 
  4. aman dari kengerian yang besar (hari kiamat), 
  5. dipakaikan perhiasan iman, dinikahkan dengan hurun‘in (bidadari surga), dan
  6. diperkenankan memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari kalangan kerabatnya.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dengan sanad yang shahih)”
 Siapa sajakah mereka?

“Rasulullah SAW bersabda: 
  1. siapa yang meninggal karena mempertahankan hartanya maka ia syahid, 
  2. siapa yang meninggal karena membela keluarganya maka ia syahid, 
  3. siapa yang meninggal karena membela agamanya maka ia syahid, dan 
  4. siapa yang meninggal karena mempertahankan darahnya maka ia syahid.” (HR. Abu Dawud, An-Nasa`i, dan At Tirmidzi dari Sa’id bin Zaid radhiyallahu ‘anhu dan sanadnya shahih)
“Salman Al-Farisi RA menyebutkan sebuah hadits dari Rasulullah SAW: “Berjaga-jaga (di jalan Allah) sehari dan semalam lebih baik daripada puasa sebulan dan shalat sebulan. Bila ia meninggal, amalnya yang biasa ia lakukan ketika masih hidup terus dianggap berlangsung dan diberikan rizqinya serta aman dari fitnah (pertanyaan kubur).” (HR. Muslim)

Keadaan kita disini sangatlah berbeda. Secara umum situasi negeri kita aman, kita masih bisa menjalankan syariah Islam dengan mudah, kecuali di beberapa daerah atau di beberapa hal tertentu. Kekayaan alam melimpah, dengan cuaca yang relatif bersahabat. Itu adalah karunia yang sangat besar dari Allah SWT yang perlu kita syukuri, namun semua itu jangan sampai melupakan kita akan satu hal.

Secara kasat mata tidak ada musuh yang memerangi kita terang-terangan. Atau tepatnya adalah musuh kita tidak tampak. Padahal musuh itu tetaplah ada. Dia menyelinap di relung hati, dan merasuk ke dalam pikiran. Hingga akibatnya mampu mengubah cara pandang, mampu menahan anggota tubuh untuk melakukan kebajikan dan mampu menggerakkan anggota tubuh  untuk bermaksiat. Na’udzubillaahi min dzaalik.

Musuh kita menggunakan taktik perang gerilya. Musuh kita memerangi dengan perang pemikiran, dengan melenakan kita, dengan menina-bobokkan kita, dengan melemahkan semangat kita dalam meninggikan Kalimatullah. Musuh kita berupa wahn yang dikibarkan oleh media bathil, yang dihembuskan oleh rayuan materialistik, yang disuarakan oleh corong-corong sesat, dan yang didengungkan oleh ajakan-ajakan munkar. Untuk itu kita harus tetap waspada agar tidak tergoda, dan selalu mohon perlindungan kepada Allah SWT

Jika kita ditimpa keadaan seperti mereka, yang harus menghadapi musuh secara langsung, belum tentu kita mampu untuk menghadapi. Belum tentu kita mampu untuk istiqomah di jalan Allah. Kita azzamkan (tekadkan) untuk berbuat yang terbaik di keadaan kita. Dan tidak perlu berkecil hati. Bukankah Allah SWT adalah Rabb yang Maha Adil. Rahmatnya meliputi segalanya. Tanpa harus mengalami, kita bisa mendapatkan pahala mati syahid. Jika syahid dengan jiwa belum mampu kita kerjakan, maka kita bisa mendapatkan pahala syahid dengan doa.

“Siapa saja di antara kamu yang berdoa pada Allah agar diberi mati syahid, Allah akan memberikan pahala mati syahid sekalipun jika orang itu wafat di atas tempat tidurnya.” (HR Muslim).

Namun pahala itu tidak akan datang tanpa ikhtiar kita. Pahala itu hanya akan diberikan Allah SWT setelah seseorang berjihad di jalan Allah, baik dengan jiwanya maupun hartanya.

Kita juga bisa berjihad dengan harta kita. Harta yang kita punya bisa berangkat ke medan perjuangan walaupun tanpa tuannya. Bagaimanapun juga mereka sangat membutuhkan dukungan perbekalan untuk melawan musuh, berupa makanan dan minuman, juga obat-obatan.dan senjata.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki” (QS. Al Baqarah: 261)

“Siapa yang menyiapkan perbekalan orang yang berperang berarti telah berperang dan siapa mengurus harta dan keluarga orang yang berperang berarti telah ikut berperang” (HR. Bukhari-Muslim).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar