Sabtu, 30 Juli 2016

MENYAMBUT PANGGILAN ALLAH


Bulan Syawal sudah ada di penghujung. Di beberapa tempat sudah mulai nampak hiasan janur di gerbang rumah atau di ujung gang. Sebagai pertanda bahwa di rumah itu atau di dalam gang tersebut sedang ada ziarahan. Yaa… didaerah tempatku tinggal ada sebuah tradisi yang diberi nama Ziarahan. Tradisi itu dilakukan oleh orang-orang yang akan pergi berhaji. Calon jamaah haji biasanya akan menerima banyak tamu dari kalangan saudara, teman dan tetangga yang datang silih berganti untuk mendoakan kelancaran ibadah hajinya. Di lain pihak para tamu juga sering menitip doa kepada para calon jamaah haji. Doa agar segera ‘mendapat panggilan berhaji’ atau doa-doa yang lain. Kegiatan itu bisa berlangsung selama sebulan atau lebih sebelum keberangkatan.

Melihat mulai semaraknya janur ziarahan, memoriku melayang ke masa 7 tahun silam, tepatnya tahun 1430 H atau 2009 M. Waktu itu kami, saya dan suami, juga mendapat ‘undangan’ untuk bertandang ke Baitullah. Kami mendaftar 2 tahun sebelumnya, yakni tahun 2007, dan mendapat jatah berangkat tahun 2009. Karena kami pendatang, maka tradisi ziarahan tidak kami lakukan, cukup walimatus safar saja. Dan bukan itu yang membuatku ingin menulis, tapi memaknai panggilan haji itu yang tak bisa kulupakan.

Awal tahun 2007 kami menjual rumah lama kami. Alhamdulillaah, dua tahun sebelumnya Allah telah memberi rizqi untuk membeli rumah yang lebih lapang. Rencana awalnya, hasil penjualan rumah akan dibelikan rumah di Malang, dengan harapan jika anak-anak kuliah nanti bisa menempatinya, jadi tidak perlu indekost.

Ketika suami masih nimbang-nimbang dimana lokasi yang paling bagus, entah kenapa aku samasekali tidak antusias. Aku merasa sudah cukup punya rumah baru yang lapang serta nyaman untuk kami berenam. Bahkan jika nambah momongan sekalipun tidak akan terasa sumpek, walaupun saat itu belum 100% selesai dibangun. Lalu pertanyaannya, untuk apa beli rumah lagi? Sementara waktu itu anak sulungku masih kelas 2 SMP, belum tentu juga akan kuliah di Malang.

Sanubariku berkata lain, aku merasakan ada dorongan hati yang begitu kuat dan kerinduan yang mendalam untuk beribadah ke Tanah Suci, lebih dari sebelumnya. Keinginan besar yang menyeruak dari dasar hati. Apalagi saat itu situasi dan kondisinya mendukung. 

Masih mencari waktu yang tepat untuk mengutarakan keinginan. Hingga suatu hari saat kami bercengkerama berdua, setelah ngobrol banyak hal.

“Mas, tidakkah sebaiknya kita batalkan saja rencana beli rumah di Malang… Punya satu rumah ini saja sudah lebih dari cukup untuk kita sekeluarga...”

“Terus?” jawabnya masih dengan nada santai.

“Kita beli kapling di surga saja yuk…” kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibirku, entah benar atau keliru ungkapan itu.

“Maksudnya gimana?” terlihat mulai serius menanggapi.

“Kita pakai uangnya untuk pergi haji…” jawabku mantap penuh harap. Aku tidak perlu menjelaskan maksud beli kapling di surga, karena yakin ia pasti mengerti.

“Serius? Siap?” tanyanya.

“Iyyaa, seriuuus… siaaap… Insya’ Allah…”

“Beneran? Tega ninggalin adik yang masih minum ASI? Sudah siap pisah sebentar sama anak-anak? Selama ini aku nunggu kesiapannya Umma. Aku pengennya Umma berangkat dengan hati mantap, semangat kuat dan tawakkal penuh, agar ringan kaki melangkah. Jangan sampai Umma berhaji tapi pikirannya di rumah, berat sama anak-anak…”

“Enggak Mas, ini beneran… aku wis mantep. Lagian kabarnya kan gak langsung berangkat tahun ini juga… Ngantri dulu… Jadi nanti pas kita berangkat adik sudah dua tahun lebih…” aku semakin bersemangat berargumen. Dan… sudah kuduga, hanya dengan hitungan detik suami langsung mengiyakan, karena sejatinya kerinduannya melebihiku.

“Alhamdulillaah Yaa Allah…” aku melonjak kegirangan, memeluknya penuh syukur dan bahagia.

Tidak mau menyia-nyiakan waktu, keesokan harinya kami langsung ke bank untuk mendaftar. Antusiasme masyarakat Lombok untuk berhaji sangat kuat, sehingga di tahun itupun sudah panjang waiting list-nya. Waktu itu untuk biaya pendaftaran awal sebesar 15 juta per-orang, maka sisa uangnya kami tabung untuk pelunasan dan kebutuhan lainnya.

Usai mengurus semua administrasinya kami beraktivitas seperti biasa sambil menunggu panggilan dari Depag. Dalam rentang waktu itu kesabaran kami banyak diuji. Orang Jawa bilang ‘godane wong arep munggah kaji’. Termasuk kesedihan mendalam atas sakit hingga meninggalnya Bapak, Ghafarallaahu wa Rahimahullaah… Matakuliah kekuatan iman dan ketangguhan mental harus kami lalui.

Tahun 2009 pemberitahuan dari Depag keluar, dimana kami termasuk dalam daftar calon jamaah haji tahun 1430 H. Alhamdulillaah… akhirnya panggilan itu nyata adanya. Al-Haromain seakan terpampang di depan mata. Rindu dan harap yang membuncah.

Namun lagi-lagi ujian datang menghampiri. Pelajaran ketawakkalan tengah berlangsung. Waktu itu kami tengah mengerjakan beberapa pekerjaan. Ada yang di pulau Lombok dan ada yang di luar pulau. Untuk yang di Lombok, suami bisa menghandle penuh. Sementara yang di luar pulau, kami menyerahkan pelaksanaannya kepada seorang teman yang sudah lama kami kenal. Suami dan kadang-kadang denganku hanya sekali-sekali memantau perkembangannya. Sampai pekerjaan selesai nampaknya tidak ada masalah yang berarti. Namun beberapa waktu kemudian baru nampak kejanggalannya. Ada supplier yang datang meminta pembayaran. Lho kok??? Usut punya usut ternyata selama ini pembayaran ke pihak ketiga tidak dijalankan dengan benar oleh teman kerja kami. Pekerjaan sudah selesai, uang sudah habis (katanya) akan tetapi tagihan dari pihak ketiga masih menumpuk. Dan ketika ditotal, Maasya’ Allah… jumlahnya sangat banyak, hingga ber-angka sembilan digit. Wow… kami terhenyak, kok bisa begitu? Padahal menurut analisa kami pekerjaan itu sangat feasible asal dikelola dengan benar. Tapi apa yang terjadi? entahlah… bagaimana teman itu mengelolanya, kami tidak bisa memantau sepenuhnya. Celakanya lagi kontrak pekerjaan itu memakai perusahaan kami. Jadi kamilah yang ditagih. Padahal keuangan sudah diserahkan penuh kepada teman tersebut karena kami sangat mempercayainya. Akan tetapi ketika ada masalah justru dia selalu menghindar.

Mau tidak mau kami terpaksa harus mengambil tanggungjawab membayar semua tagihan. Alhasil, tabungan terkuras habis, bahkan penghasilan dari pekerjaan yang ada di pulau Lombok-pun ikut hanyut. Inna lillaahi wa inna ilaihi rooji’uun…

Tatkala dibuka periode untuk melunasi BPIH, kami belum punya cukup uang untuk itu. Maasya’ Allaah…

Dalam keadaan seperti itu, kami tidak patah arang. Tetap bersemangat mencari jalan keluar, tetap penuh harap dalam ikhtiar dan doa. Saat menengadahkan tangan, kalimat ini tidak tertinggal:

“Yaa Allah, Engkau Penguasa alam semesta, Engkau Mahatahu, jika Engkau ketahui bahwa kami pantas menjadi Tamu-Mu dan layak menginjakkan kaki di Rumah-Mu, maka Engkau pasti akan memberikan undangan, membukakan jalan untuk mendatangi Rumah-Mu dan menghantarkan kami kehadapan-Mu. Namun jika Engkau ketahui bahwa kami belum pantas menjadi Tamu-Mu, belum layak menginjakkan kaki di Rumah-Mu, maka Engkau Mahatahu apa yang terbaik untuk kami…”

Dengan sepenuh ketawakkalan, aku tetap mengikuti manasik haji yang diselenggarakan Depag, walaupun belum tahu pasti kami bisa berangkat nantinya. Toh menimba ilmu tak ada ruginya. Hari demi hari berlalu dan batas akhir pembayaran semakin dekat. Kepasrahanpun semakin dalam, berbaur dalam ikhtiar dan doa yang tak henti.

Hingga suatu hari Allah menjawab doa kami. Ada sebuah lembaga yang akan membangun gedung dengan nilai yang cukup besar. Pimpinannya mempercayai perusahaan kami untuk mengerjakannya. Karena sumber pendanaan dari internal lembaga, bukan APBD/APBN, sehingga tidak harus melalui proses tender. Dan yang membuat kami terperangah hampir tidak percaya dengan yang terjadi adalah… mereka MEMBAYAR LUNAS semua harga bangunan itu di saat terjadi kesepakatan, sebelum sebongkah tanahpun digali atau secuil batapun terpasang. Hanya dengan perjanjian bahwa kami harus menyelesaikan pekerjaan itu sebelum berangkat haji. Maasya’ Allah… ini sungguh luarbiasa, tidak pernah terjadi sebelumnya. Biasanya sebuah kontrak hanya mendapat DP 30%, itupun dengan administrasi yang lengkap dulu, tidak serta merta. Allaahu Akbar...

Alhamdulillaah… rasa syukur yang tak terhingga…Rejeki yang datang tepat pada saatnya... Allah Ta'ala tidak pernah salah menentukan taqdir-Nya. Subhanallaah...

Akhirnya kami bisa melunasi BPIH beserta keperluan lainnya. Konsekuensinya harus kerja lembur terus-menerus selama 3 bulan. Normalnya pekerjaan itu selesai dalam waktu 5 bulan. Demi memenuhi tanggungjawab, sampai-sampai saat esok pagi jam 6 kami sudah harus berangkat ke asrama haji, jam 12 malam itu suamiku masih on site, memastikan bahwa semua pekerjaan beserta finishingnya bagus. Allahu Akbar…  

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا....
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

“… Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Tholaq 2-3).

Sungguh, Allah Ta’ala tidak akan mengingkari Janji-Nya. Dia akan memberikan rizqi dari arah manapun bahkan dari tempat yang tidak kita sangka-sangka. Dia juga akan mencukupkan keperluan hamba-Nya. Walaupun kadang ketakwaan dan ketawakkalan sebagai syaratnya masih belum dijalankan seutuhnya, sangat tidak setara dengan karunia yang diterima, dan teramat kecil dibanding nikmat yang didapat. Namun sifat Allah Ar-Rahman dan Ar-Rahiim melampaui segalanya, dimana Dia melingkupi hamba-Nya dengan rahmat tanpa henti tanpa batas. Subhanallaah walhamdulillaah…

Jangan pernah berputus asa dari Rahmat Allah, jangan pernah berhenti untuk berharap. Allah punya banyak jalan untuk mengabulkan doa hamba-Nya, karena Dia Mahatahu apa yang terbaik.

Kusambut Panggilan-Mu Yaa Rabb...




#goresan tangan yang terukir karna rindu kembali memenuhi kalbu#










                                                                        


Sabtu, 16 Juli 2016

HOMEOSTATIS KONDISI PUASA VS KONDISI MAKAN


Artikel ini ditulis oleh akun Tyo Prasetyo (Nur Agus Prasetyo) di group FB Ketogenik Indonesia  tgl 16 Juli 2016

* Homeostasis di Kondisi Makan

Keseimbangan yang dicari dengan cara selalu makan adalah keseimbangan permukaan yang diciptakan dari makanan yang selalu dimakannya. 
Sama halnya seperti keseimbangan yang diperoleh dengan cara memakan obat untuk mengatasi rasa sakit.

Contoh termudah adalah konsumsi anti-oksidan dalam jumlah besar untuk mengatasi masalah "Oxidative Stress" ditubuh akibat makanan tinggi karbohidrat (Glukosa).
Ini sama halnya dengan menutupi kenyataan bahwa Karbohidrat lah akar masalahnya dari produksi Radikal Bebas (ROS - Reactive Oxygen Species) berlebih ditubuh, dengan kembali menggunakan makanan yang kaya anti-oksidan sebagai penawarnya. 
Karena tanpa penawarnya, tubuh akan mengalami kesulitan membersihkan radikal bebas ini, hanya dengan menggunakan kemampuan produksi anti-oksidan alami seperti Gluthatione.

Konsumsi tinggi karbohidrat ini juga akan menyebabkan melemahnya fungsi mitochondria (generator energi sel), dimana ekses glukosa dan ekses insulin akan membebani serta melemahkan mitochondria didalam sel-sel tubuh. Ujungnya, disfungsi terhadap mitochondria, mengakibatkan pula berbagai abnormalitas sel-sel tersebut, seperti pada patofisiologi dari insulin resistance, diabetes, Kanker, autoimmune, dan berbagai metabolic disorder lainnya yang marak berkembang dan menjadi epidemik dimasa kini.

* Homeostasis di Kondisi Puasa

Keseimbangan yang diperoleh dengan cara Puasa, adalah akar keseimbangan manusia sebenarnya. Dimana dikondisi tanpa makanan, manusia mampu menemukan potensial terbaiknya dari sisi Psikologi, Metabolisme dan Sistem Immune. 
Ini terjadi karena Puasa akan melatih kemampuan adaptasi tubuh terhadap stress dan ancaman yang terjadi didalam tubuh dan menciptakan adaptasi untuk membentuk keseimbangan yang konkrit dan sempurna.

Contoh termudah, adalah dengan tidak makan dan menghindari karbohidrat, maka tubuh akan memiliki level Oxidative Stress yang jauh lebih rendah dibanding saat harus tertekan dengan beban metabolisme terhadap glukosa, yang memicu ekses produksi Radikal Bebas (ROS).
Selain itu, Puasa akan meningkatkan produksi anti-oksidan alami didalam tubuh, dan akan memberikan kesempatan tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas lain seperti perbaikan, regenerasi, pengawasan dan eliminasi di level seluler, dimana sebelumnya sulit dilakukan, akibat rendah nya energi ditubuh saat usus melakukan proses pencernaan makanan (kondisi makan).

Menghindari karbohidrat, artinya menghindari akar masalah untuk masuk ketubuh. Sehingga tidak banyak butuh penawar seperti anti-oksidan dari makanan untuk mengatasi efek radikal bebas berlebih yang diakibatkan konsumsi tinggi karbohidrat. Dan dengan beralih menggunakan lemak sebagai sumber energi ditubuh, maka otomatis juga akan meningkatkan kapasitas oksidasi didalam sel-sel tubuh, dimana metabolisme lemak akan memicu pembelahan mitochondria (generator energi sel) yang menghasilkan potensi metabolisme sel yang lebih tinggi dan optimal.
Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat keseimbangan (Homeostasis) sebenarnya terletak dikondisi Puasa dan bukanlah di kondisi Makan. Karena Kondisi puasa adalah kondisi dimana tubuh akan menghasilkan energi dari cadangan lemak yang disimpannya, sebagai substansi bahan bakar ideal manusia sebenarnya.
Sebaliknya kondisi makan, adalah kondisi yang membutuhkan energi besar untuk mencerna dan membentuk substansi lemak, saat ekses kalori terjadi dan memicu tubuh untuk mengkonversikan glukosa yang diperoleh dari makanan, menjadi Lemak (Saat makan karbohidrat yang memicu insulin, disertai dengan ekses kalori).
Makan = Anabolik, Membutuhkan Energi (Rest & Digest)
Puasa = Katabolik, Menghasilkan Energi (Fight or Flight)

Dengan analogi diatas, sudah jelas bahwa manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang sering melalui kondisi Puasa , dibandingkan kondisi Makan. Karena manusia adalah mahluk yang seharusnya produktif dan aktif secara fisik sepanjang hari, terutama di pagi hari hingga sore hari.
Jadi sudah seyogyanya lah jika usaha untuk memperoleh keseimbangan (Homeostasis) yang sebenarnya terletak di penguasaan kondisi Puasa, bukan penguasaan kondisi Makan.
Homeostasis Kondisi Makan = Menggunakan Penawar untuk mengatasi/mengakali akar masalah.
Homeostasis Kondisi Puasa = Menghindari akar masalah untuk mencapai keseimbangan ideal sebenarnya.
PERTANYAAN KU
1) Apakah tidak sarapan yang menyebabkan kemunculan Gejala?
2) Apakah memperpanjang puasa hingga 16 jam - 20 jam menyebabkan kemunculan Gejala?
3) Apakah melepas karbohidrat menyebabkan kemunculan Gejala?
Jika salah satu, dua atau ketiga pertanyaan diatas dijawab "YA"
Tanya diri sendiri, apakah yakin sudah sehat dan menemukan keseimbangan (homeostasis) sebenarnya atau hanya menutupi gejala dengan makanan?
STOP MAKAN SETIAP SAAT
STOP MELIHAT NAMA MAKANAN
MULAI LIHAT NUTRISI DIDALAM MAKANAN
MULAI PILIH NUTRISI ESSENSIAL BUKAN LAGI NUTRISI KOSONG TINGGI KALORI
MULAI MAKAN UNTUK HIDUP BUKAN HIDUP UNTUK MAKAN
PUASA UNTUK MEMBATASI DIRI DARI OPSI YANG MELIMPAH DISEKITAR KITA
PUASA UNTUK MENCIPTAKAN KESEIMBANGAN IDEAL SEBENARNYA
be Smart, be Wise
Knowledges is Power, then Share it with Love not Hate


Senin, 11 Juli 2016

PENGATURAN ASAM-BASA (PH) PADA MANUSIA

Artikel ini ditulis oleh akun Tyo Prasetyo (Nur Agus Prasetyo) di group FB Ketogenik Indonesia  tgl 03 Juli 2016

Proses metabolisme selalu menghasilkan molekul asam dan juga sedikit molekul basa. Ion Hydrogen (H+) adalah molekul yang paling reaktif yang dapat mempengaruhi molekul protein. Dalam konsentrasi besar, ion Hydrogen dapat menggangu konfigurasi dan fungsionalitas dari molekul Protein ditubuh.
Untuk mempertahankan fungsi sel-sel ditubuh, maka tubuh menggunakan pengaturan yang menjaga konsentrasi ion Hydrogen (H+) ini didarah, hanya dalam rentang yang sangat sempit, yaitu hanya sekitar 37 - 43 nmol/L darah atau PH 7,43 - 7,35 (dimana PH = - log[H+]). Idealnya PH darah berada di 7,4 (40 nmol/L).
Gangguan terhadap mekanisme ini akan mengakibatkan konsekuensi kesehatan yang sangat serius.

Keseimbangan asam-basa sangat terikat dengan metabolisme cairan (keseimbangan sodium dan air) dan keseimbangan elektrolit di tubuh. Dan gangguan dari salah satunya, akan mudah mempengaruhi yang lainnya.
Jika dilihat dari sisi substansi penyumbang molekul asam, maka makronutrisi yang menyumbangkan molekul asam ini, rata-rata berasal dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
Metabolisme karbohidrat dan lemak menghasilkan 15.000 - 20.000 nmol CO2 (karbon dioksida) setiap hari. CO2 ini sendiri bukanlah molekul asam, namun dengan kehadiran enzyme "carbonic anhydrase" maka CO2 akan bereaksi dengan H2O (air) di darah dan menjadi H2CO3 (carbonic acid) yang kemudian terpisah menjadi ion H+ (Hydrogen) dan HCO3- (Bicarbonate).
Ion H+ (Hydrogen) akan terikat dengan hemoglobin (Hb) didalam sel darah merah dan akan dilepas dengan proses oxigenasi di alveoli paru-paru. Setiap reaksi pelepasan CO2 (karbon dioksida) ini, akan di ikuti oleh proses pembentukan H2O (air) oleh enzyme "carbonic anhydrase" yang juga akan sekresikan melalui ginjal.
Jumlah kecil sumber asam organik lain ditubuh, turut disumbangkan oleh :
1) Metabolisme parsial (tidak komplit) dari Glukosa dan Asam Lemak, yang menghasilkan Asam Laktat (Lactic Acid) dan Ketone (Acetoacetate & Beta Hydroxybutyrate)

2) Metabolisme amino acid (protein) yang memiliki rantai sulfur, menjadi asam sulfur (sulfuric acid), seperti pada degradasi Cysteine dan Methionine
3) Metabolisme amino acid (protein) yang memiliki fungsi "cationic" seperti Arginine dan Lysine
4) Hydrolysis terhadap Phosphate dari komponen makanan yang terserap
Asam organik dari hasil metabolisme yang menyumbang / mempengaruhi sebagian kecil dari keseimbangan asam-basa darah diatas, tidak dapat dilepas melalui paru-paru, oleh karena itu pengaturan keseimbangannya akan dilakukan oleh ginjal sebagai penetralisir atau organ yang mensekresikannya.
Kebanyakan unsur basa datang dari metabolisme amino acid (protein) yang memiliki fungsi anionic seperti Glutamate dan Aspartate. Dan juga berasal dari metabolisme terhadap anion organik, seperti terhadap Lactate dan Citrate yang menghasilkan HCO3- (Bicarbonate).
Keseimbangan asam-basa di jaga oleh kompensator (penyangga) kimiawi dan aktivitas dari paru-paru dan ginjal.
* Kompensator (penyangga) Kimiawi
Kompensator Kimiawi adalah larutan yang mencegah perubahan terhadap PH. 
Kompensator kimiawi dari intracellular (sistem didalam sel) dan Extracellular (sistem diluar sel), bertugas untuk memberikan respon cepat terhadap gangguan asam-basa. Tulang juga memiliki fungsi penting sebagai kompensator, terutama terhadap penambahan unsur asam. 
Kompensator merupakan rantai kimia yang terdiri dari unsur asam lemah yang terikat dengan unsur basa. Unsur basa nya dapat menerima ion H+ sebagai "acceptor", dan sebaliknya unsur asam lemahnya dapat melepas ion H+ sebagi "donor". Dengan pola ini, maka suatu Kompensator dapat meminimalisir perubahan dalam konsentrasi ion H+ bebas ditubuh.

Sistem kompensator Extracellular (sistem diluar sel) yang terpenting, adalah sistem terhadap rasio HCO3- (bicarbonate) dengan CO2 (Karbon dioksida) dengan rumus sebagai berikut :
(H+) + (HCO3-) <=> H2CO3 <=> CO2 + H2O
Kenaikan di ion H+ akan menggeser rumus nya kekanan dan menghasilkan CO2. Regulasi dari sistem kompensator ini sangat penting dan sangat terjaga keseimbangannya, dimana konsentrasi CO2 (karbon dioksida) dapat dikontrol dengan ventilasi di paru-paru dan konsentrasi ion H+ (hydrogen) dan HCO3- (bicarbonate) dapat dikontrol oleh sekresi di ginjal.
Kompensator fisiologis terpenting lainnya, yaitu Kompensator Intracellular (sistem didalam sel) yang mengatur metabolisme Phosphate organik dan inorganik, juga amino acid (protein). Termasuk juga Hemoglobin (Hb) didalam sel darah merah.
Tulang menjadi Kompensator terpenting lainnya, terhadap penambahan unsur asam didarah. Tulang akan melepas unsur NaHCO3 (sodium bicarbonate) dan Ca(HCO3)2 (calcium bicarbonate) untuk bertukar dengan ion H+ (hydrogen) yang berlebih didarah. 
Dengan makin banyaknya penambahan unsur asam, maka tulang akan melepas unsur CaCO3 (calcium carbonate) dan CaPO4 (calcium phosphate). Ini sebabnya kondisi kelebihan asam didarah (Acidemia) akan menyebabkan terjadinya demineralisasi terhadap tulang, dan mengakibatkan osteoporosis sebagai patologi klinisnya.

* Kompensator Paru-paru (Pernafasan)
Konsentrasi CO2 (Karbon dioksida) sangat terkontrol oleh regulasi pernafasan diparu-paru. Penurunan di PH darah akan dideteksi oleh "Chemoreceptor" diparu-paru dan akan memicu peningkatan respirasi. CO2 akan dihembuskan lebih banyak dan PH darah akan otomatis naik. 
Kontras dengan sistem Kompensator Kimiawi yang dijelaskan sebelumnya diatas, pengaturan di paru-paru tidak akan terjadi dengan cepat, namun akan muncul dalam beberapa menit hingga jam, dalam mengembalikan keseimbangan asam-basa didarah. Keefektifan paru-paru terhadap pengembalian keseimbangan asam-basa darah adalah sekitar 50% - 75%, dan tidak bisa mengembalikan secara utuh keseimbangan asam-basa, tanpa bantuan sistem kompensator lainnya.

* Kompensator Ginjal (Urinasi / Sekresi Urin)
Ginjal menjaga keseimbangan PH darah, dengan cara mengatur berapa banyak HCO3- (bicarbonate) yang disekresikan atau diserap kembali. Penyerapan dari HCO3- (bicarbonate) ini, akan seimbang dengan sekresi terhadap ion H+ (hydrogen). Perubahan yang terjadi terhadap penyeimbangan asam-basa didarah oleh ginjal ini, akan berlangsung dalam hitungan jam hingga beberapa hari.

Penurunan terhadap volume cairan ditubuh seperti dehidrasi akan meningkatkan penyerapan HCO3- (bicarbonate) didarah oleh ginjal, sementara peningkatan hormon"Parathyroid" sebagai respon terhadap kenaikan asam didarah akan menurunkan penyerapan HCO3- (bicarbonate).
Peningkatan tekanan parsial CO2 (PCO2) diparu-paru akan memicu penyerapan HCO3- (bicarbonate) oleh ginjal, sementara penurunan level Cl- (Klorida) seperti akibat dehidrasi, akan meningkatkan penyerapan Na+ (natrium) dan produksi HCO3- (bicarbonate) di ginjal.
Semua unsur asam didarah akan aktif disekresikan diginjal bersama dengan HPO4 (phosphate), Creatine (kreatin), Uric Acid (asam urat), dan ammonia (urea) untuk dibuang melalui urin. 
Sistem kompensator Ammonia (Urea) memiliki peran yang sangat penting di ginjal. Karena unsur kompensator kimiawi lain diatas, selalu disekresikan dengan konsentrasi yang tetap dan dapat berkurang akibat konsentrasi kadar asam didarah, sedangkan ginjal dapat meregulasi produksi ammonia (urea) sebagai respon terhadap perubahan konsentrasi asam didarah.

PH darah di arteri adalah penentu utama dari sekresi unsur asam diginjal, namun kadar K+ (potassium), Cl- (klorida), dan level hormon aldosterone juga dapat mempengaruhi pengaturan sekresi diginjal ini.
Keseimbangan rasio konsentrasi K+(potassium) dan sekresi ion H+ (hydrogen) didalam sistem metabolisme sel-sel ditubuh (intracellular) sangat mempengaruhi terhadap keseimbangan asam-basa didarah. Dimana penurunan konsentrasi K+ (potassium) didalam sel akan mengakibatkan peningkatan terhadap ion H+ (hydrogen) didarah, dan otomatis akan mengakibatkan kondisi Alkalosis (Tinggi Basa) didarah, dengan manifestasi gejala klinis.
Ini sebabnya, mengapa asam-basa dimakanan tidak bisa memberikan pengaruh yang terlalu besar terhadap keseimbangan asam-basa didarah. Namun sebaliknya, gangguan metabolisme sel-sel ditubuh yang merupakan gangguan metabolisme secara menyeluruh, akan sangat mudah memicu terjadinya ketidak seimbangan asam-basa didarah, dan mengakibatkan berbagai manifestasi gejala klinis dipermukaan seperti :
Acidemia dengan PH darah < 7,35
atau
Alkalemia dengan PH darah > 7,45

Kondisi patologis yang ditimbulkan dari gangguan diatas berupa :
Acidosis yang merupakan proses fisiologis yang menyebabkan terjadinya akumulasi asam atau kehilangan basa 
atau
Alkalosis yang merupakan proses fisiologis yang menyebabkan terjadinya akumulasi basa atau kehilangan asam

Kondisi asam-basa yang digembar-gemborkan oleh beberapa jenis pola makan yang banyak menekankan diasupan unsur basa, adalah suatu kesalahan akibat kurangnya pemahaman mengenai cara tubuh mengatur keseimbangan asam-basa secara dilevel fisiologis.
Karena jika unsur basa harus selalu ada dari makanan, untuk menyeimbangkan PH darah, maka sudah pasti manusia tidak akan bertahan hidup dikondisi alam dimana sumber makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan tidak tersedia. Seperti contohnya di kondisi alam dengan iklim cuaca yang ekstrim (Tanah tandus, Gurun Pasir, Antartika dsb).
Kunci utama menjaga keseimbangan asam-basa ditubuh, terletak di metabolisme sel-sel ditubuh. Dimana gangguan metabolisme pada sel-sel ditubuh akan paling cepat dan efektif dalam merubah situasi keseimbangan asam-basa didarah.
Contohnya pada kasus :
* Metabolic Acidosis, dimana penyebab utamanya adalah akumulasi abnormal dari asam laktat (Lactic Acid) atau Ketone didarah, akibat kegagalan sistemik dari metabolisme ditubuh. 
Penyebab kegagalan metabolisme ini terlihat jelas pada patologis penyakit seperti Diabetes Tipe 2 yang mengakibatkan kegagalan pada kerja ginjal dan memicu akumulasi asam laktat dan penurunan kemampuan sekresi kompensator kimia didarah. 
Lalu pada patologis penyakit Diabetes Tipe 1, dimana kegagalan menghasilkan/memasukkan insulin ke darah, memicu produksi ketone secara berlebihan dan diiringi oleh kenaikan level gula darah yang sangat tinggi, hingga memicu patologis "Ketoacidosis".

* Metabolic Alkalosis, dimana penyebab utamanya adalah meningkatnya unsur HCO3- (bicarbonate) didarah akibat hilangnya unsur ion H+ (hydrogen), akibat dari dehidrasi yang tidak tertanggulangi atau tidak terkontrol. Contohnya adalah efek muntah berkelanjutan yang menyebabkan hilangnya asam lambung dan Cl- (klorida) secara berlebihan atau diare yang tidak terkoreksi dengan asupan cairan atau sumber elektrolit, sehingga memicu penurunan kadar potassium didarah (hypokalemia).
Lalu, penyebab fisiologis lain terjadinya gangguan terhadap keseimbangan asam-basa didarah, juga dapat terjadi karena gangguan di sistem pernafasan paru-paru. Seperti contohnya :
* Respiratory Acidosis, dimana penyebab utamanya adalah peningkatan tekanan parsial karbon dioksida (PCO2), dengan atau tanpa di iringi oleh kenaikan HCO3- (bicarbonate) pada sistem kompensator kimiawi didarah. 
Hal ini biasanya terjadi akibat penurunan kapasitas ventilasi diparu-paru (hypoventilasi) yang umumnya disebabkan masalah di sistem syaraf pusat (CNS) maupun masalah diparu-paru (atau sistem syaraf paru-paru). Kondisi kekurangan oksigen didarah (hypoxia) juga akan menyertai patologis ini, dimana akan mengakibatkan metabolic acidosis dari ekses asam laktat (Lactic Acid) yang diproduksi sel-sel ditubuh dari respirasi tanpa oksigen (anaerobic glycolysis) yang berlebihan.

* Respiratory Alkalosis, dimana penyebab utamanya adalah penurunan ditekanan parsial karbon dioksida (PCO2), dengan atau tanpa di iringi penurunan HCO3- (bicarbonate) pada sistem kompensator kimiawi didarah. 
Hal ini biasanya terjadi akibat peningkatan kapasitas ventilasi diparu-paru (hyperventilasi) yang umumnya disebabkan masalah di sistem syaraf pusat (CNS) atau terjadinya eksposure terhadap karbon dioksida (CO2) yang berlebihan dari lingkungan, yang menyebabkan alkalosis respirasi di arteri.

Dari sini dapat dengan mudah kita simpulkan, bahwa masalah keseimbangan asam-basa yang lebih umum terjadi dalam berbagai patologi klinis, adalah akibat kegagalan metabolisme.
Kegagalan metabolisme ini paling sering disebabkan oleh masalah metabolisme yang diakibatkan oleh Insulin Resistance dan Diabetes.
Sudah jelas bahwa penyumbang terbesar dari gangguan keseimbangan asam-basa, berasal dari gangguan metabolisme didalam sel-sel tubuh, yang akhirnya menunjukkan masalah sebenarnya dilevel Mitochondria (Generator Sel). 
Dimana disfungsi terhadap Mitochondria menyebabkan sel-sel mengalami gangguan respirasi dan menghasilkan asam laktat (Lactic Acid) secara berlebihan, akibat kapasitas oksidasi yang menurun.

Cara terbaik untuk menjaga dan meningkatkan kapasitas Oksidasi didalam sel-sel tubuh, adalah dengan mengoptimalkan Puasa sebagai "Hormesis" (Tantangan) yang melatih Mitochondria untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menggunakan Lemak sebagai bahan bakar yang harus dioksidasi didalam Mitochondria untuk menghasilkan energi (ATP).
Hal ini tentu menjadi sangat masuk akal, dimana dengan melatih Mitochondria (Mito-Hormesis) dengan Puasa dan pola makan rendah karbohidrat, akan mengurangi kebutuhan akan sumber Glukosa (karbohidrat) yang merupakan sumber karbon untuk proses Fermentasi (Anaerobic Glycolysis) maupun proses Aerobic Glycolysis (seperti pada sel Kanker) yang akan menghasilkan "Asam Laktat" (Lactic Acid) sebagai hasil akhir dari degradasinya, jika tidak melalui proses di Mitochondria (akibat disfungsi Mitochondria).
Fastosis (Fasting on Ketosis), adalah pola hidup yang melatih kapasitas metabolisme diseluruh sel-sel ditubuh. Dan juga menjaga kondisi Ketosis (metabolisme lemak) yang dihasilkan dari adaptasi terhadap kondisi Puasa.
Fastosis jelas akan memicu adaptasi dilevel seluler, untuk meningkatkan kapasitas respirasi didalam sel, dan memicu pembelahan Mitochondria (Mitochondria Biogenesis) yang akan menghasilkan kemampuan Oksidatif yang jauh lebih efisien dan bebas dari ekses radikal bebas (ROS - Reactive Oxygen Species), seperti halnya yang terjadi akibat gaya hidup dan pola makan yang tinggi karbohidrat dan selalu ekses kalori (selalu di Kondisi Makan).
Semoga penjelasan mengenai bagaimana menjaga keseimbangan asam-basa ditubuh ini, bisa membuka mata dan pikiran kita.
Karena untuk mengetahui "Pola Makan" apa yang terbaik untuk manusia, harus tau lebih dulu "Pola Hidup" manusia ideal sebenarnya
Pola Hidup dengan kondisi Makan yang selalu lebih sering terjadi dibanding kondisi Puasa, sudah jelas akan menunjukkan Pola Makan yang tinggi Karbohidrat sebagai sumber energi utamanya. Karena hanya Karbohidrat lah penyebab ketergantungan akan makanan, disaat tubuh tidak lagi efektif dan efisien dalam menggunakan lemak cadangan, sebagai sumber bahan bakar utama dikondisi Puasa.
Sebaliknya, Pola hidup dengan kondisi Puasa yang lebih sering dibanding kondisi Makan, akan menunjukkan Pola Makan yang rendah Karbohidrat, dan penguasaan (adaptasi) akan metabolisme lemak (Ketosis) yang optimal, dan akan menghasilkan Pola Hidup yang terbebas dari belenggu ketersediaan pangan setiap saat.
Mulailah kembali berevolusi sebagai Manusia, yang hakekatnya adalah mahluk yang produktif dan efisien dimuka bumi.
Hentikan Devolusi Metabolisme manusia yang terjadi saat ini, akibat melimpahnya sumber pangan (terutama karbohidrat) dan membuat kita lupa membatasi diri (Puasa) dan menjadi manusia yang berlebih-lebihan dimuka bumi.
Be Smart, Be Wise
Knowledge is Power
Coz Science Doesn't Lie, But People Does

"Help Other to Help Yourself", so Please Share if You Care for Others







POLA MAKAN IDEAL

Artikel ini ditulis oleh akun Tyo Prasetyo (Nur Agus Prasetyo) di group FB Ketogenik Indonesia tgl 05 Juli 2016

Ramadhan beranjak pergi, dan fajar Syawal pun menjelang datang
Menuju hari kemenangan, kita sebagai manusia telah di ingatkan kembali melalui Ramadhan, dimana merupakan bulan suci yang mencerminkan kondisi manusia yang tidak berlebih-lebihan dimuka bumi.
Puasa merupakan momentum dimana, manusia di ingatkan kembali untuk menjadi mahluk yang efisien dan bisa lebih menghargai makanan.
“Tidaklah sekali-sekali manusia memenuhi sebuah wadah pun yang lebih berbahaya dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tubuhnya. Jika ia harus mengisinya, maka sepertiga (bagian lambung) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya (udara)”
(Hadits Riwayat Tirmidzi, berpredikat shahih)

1/3 isi lambung, yang di ingatkan Rasullulah, sebagai saran untuk manusia dibumi mengkonsumsi makanan, sering dirasa sulit dan tidak mudah dicontoh oleh kebanyakan orang di masa kini, saat kita selalu berada dikondisi makan setiap hari, akibat mudahnya akses terhadap makanan dan tidak mampunya kita menahan diri terhadap makanan.
Dan sebaliknya, saat manusia telah sering berpuasa (adaptasi Puasa), tubuhnya pun akan mulai menunjukkan bahwa 1/3 makanan itu cukup untuk memicu rasa kenyang dan mencegah manusia dari perilaku berlebihan terhadap makanan.
“Sesungguhnya termasuk sikap berlebihan adalah apabila kamu makan setiap kali kamu menginginkannya” (Hadits Riwayat Ibnu Majah)
Fastosis mengajarkan untuk menghabiskan waktu setiap hari di kondisi Puasa sejak pagi hari, sebagai pola hidup yang dominan dibanding kondisi makannya.
Barangsiapa di antara kalian mendapati pagi dalam keadaan sehat wal afiat pada tubuhnya, aman dalam perjalanannya, dan memiliki makanan untuk hari yang akan dilaluinya, maka seakan-akan dunia ini menjadi miliknya.” (HR tirmidzi dan ibnu majah)
Apakah kita sadar, dengan memulai makan lebih cepat di pagi hari, dan menghentikan puasa yang sudah dialami dimalam hari (Tidur), justru membuat kita lebih cepat lapar di siang hari dan mudah untuk menjadi berlebihan disaat makan.
Dengan adaptasi ke kondisi Puasa yang lebih sering dijalani setiap hari yang dimulai sejak pagi hari seperti di Fastosis, apakah masih sulit untuk menjaga asupan makanan, cukup sampai 1/3 isi lambung?
Bandingkan dengan pola hidup sebelumnya, yang sering makan, dan disertai dominasi unsur karbohidrat yang tinggi dimakanannya.
Sulit bukan, untuk bisa mengikuti tuntunan Rasullulah untuk berhenti di 1/3 isi lambung?
Pola hidup Rasullulah, sebagai manusia biasa yang di angkat derajatnya oleh Allah SWT, hingga menjadi contoh panutan bagi manusia di muka bumi telah membuktikan, bahwa adaptasi Puasa yang optimal, akan membentuk metabolisme yang optimal pula. Dan akan menunjukkan bahwa tanpa harus selalu makan, manusia dapat menemukan keseimbangan (Homeostasis) sebenarnya di kondisi Puasa.
Rahasia dibalik Puasa terletak di metabolisme lemak yang optimal, dimana saat kondisi Puasa berlangsung, akses sumber energi ke cadangan lemak yang melimpah ditubuh menjadi sangat mudah dan tidak lagi memunculkan gejala-gejala yang melemahkan manusia di kondisi Puasa.
Dan pembatasan kalori yang tercipta, melalui hasil dari dominasi kondisi Puasa dibanding kondisi Makan, telah menunjukkan bahwa membatasi asupan makanan itu sangat mudah, bila Puasa selalu menyertai pola hidup manusia setiap hari.
Islam identik dengan Kebenaran, dan perkembangan Science telah membuktikan hal ini.
Kuncinya adalah selalu membuka mata dan pikiran, kemudian semangat untuk selalu belajar agar bisa membuka berbagai Rahasia di muka bumi, terutama seputar tubuh manusia itu sendiri.

Inilah barometer untuk Pola Hidup manusia sebenarnya, dimana terbukti dengan berbagai penelitian ilmiah saat ini, bahwa kunci kesehatan pada manusia, terletak pada "Pembatasan Kalori" (Calorie Restriction) yang akan sangat mudah dilakukan apabila kondisi Puasa, selalu menjadi bagian dari pola hidup manusia setiap hari.
Dari pengetahuan mengenai Pola Hidup manusia yang ideal ini, akan mudah menelaah kondisi apa yang terjadi didalam tubuh yang telah beradaptasi optimal dengan kondisi Puasa (Scientific), dan akan mudah pula melihat Pola Makan yang seharusnya, untuk mengisi Pola Hidup yang optimal bagi kesehatan.
Semoga dengan tercapainya kemenangan di bulan Ramadhan yang suci ini, kita akan diberikan ampunan dari segala dosa-dosa kita, dan mendapatkan hidayah akan kebenaran dibalik Puasa yang diperintahkan Allah SWT
Minal Aidzin wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir & Batin
Help Others to Help Yourself 
Share Knowledges with Love not Hate




SEL KANKER DAN GLUKOSA (KARBOHIDRAT)

Artikel ini ditulis oleh akun Tyo Prasetyo (Nur Agus Prasetyo) di group FB Ketogenik Indonesia  tgl 04 Juli 2016

Sel Kanker adalah sel yang memiliki karakter berkembang dan membelah cepat, dimana sel Kanker akan memproduksi kebutuhan untuk pembelahan sel nya melalui jalur Pentose Phosphate Pathway yang menghasilkan nucleotide dan ribosome untuk menghasilkan DNA bagi sel turunannya (daughter cells)
Selain itu sel Kanker juga menggunakan jalur "de Novo Lipogenesis" (Pembentukan Lemak didalam Sel) untuk mensuplai kebutuhan lipid dan phospolipid sebagai bahan baku sintesis membran sel bagi kebutuhan pembelahan sel turunannya.
Dari mana bahan baku untuk sel kanker berkembang ini?
GLUKOSA dan GLUTAMINE
2 substrate yang Non-Essensial ditubuh manusia dan dapat diproduksi sendiri didalam tubuh.
Glukosa merupakan sumber karbon yang sangat penting bagi sel Kanker, dimana degradasi rantai karbonnya dapat memberikan bahan baku untuk memproduksi sel-sel turunannya. 
Glukosa adalah sumber karbon utama dalam jalur "Pentose Phosphate Pathway" (Jalur produksi Nucleotide) yang sangat penting untuk sintesis DNA dan Nucleus (inti sel) bagi sel Kanker. 
Selain itu glukosa merupakan sumber bahan baku pembentukan Lipid (Lemak) didalam sel, dimana Citrate sebagai hasil turunan Acetyl CoA didalam rantai "Krebs Cycle" akan ditransportasikan ke Cytosol untuk menjadi bahan baku pembentukan Lipid dan Phospolipid dijalur "Fatty Acid Synthesis".

Glutamine sebagai salah satu rantai amino acid, adalah precursor yang dapat digunakan untuk membentuk turunan Glukosa di dalam sel. 
Glutaminolysis adalah jalur metabolisme Glutamine untuk menghasilkan Oxaloacetate dan Citrate yang dapat digunakan sebagai substrate dijalur anabolik sel Kanker.

Glutamine akan dirubah menjadi Glutamate, lalu akan dilanjutkan menjadi Alpha Keto-Glutarate yang akan memberikan precursor untuk rantai parsial dari "Krebs Cycle" dalam menghasilkan Oxaloacetate maupun Citrate. 
Oxaloacetate ini adalah substrate Gluconeogenesis (Pembentukan Gula Baru) dimana sel kanker akan merubah Oxaloacetate menjadi Malate (melalui katalisasi Malic Enzyme), dan mentransportasikannya ke Cytosol, dan dilanjutkan ke jalur Gluconeogenesis untuk menghasilkan "Glukosa Baru" didalam sel.

Glukosa baru inilah sumber Precursor untuk jalur "Pentose Phosphate Pathway" yang Penting untuk memproduksi inti sel baru sebagai turunan sel Kanker.
Dan tidak hanya itu, sel Kanker mengalami kegagalan kemampuan Oxidative di Mitochondria, dimana Citrate, yang dihasilkan dari kondensasi antara Oxaloacetate dan Acetyl CoA, tidak bisa dilanjutkan untuk memenuhi seluruh sirkulasi dari "Krebs Cycle". Sehingga penumpukan Citrate di jalur ini, akan ditransportasikan ke Cytosol dan masuk kedalam jalur Sintesis Lipid dan Phospholipid. 
Hal ini sangat mendukung dalam pembelahan sel Kanker dimana, substrate untuk pembentukan membran sel bagi sel turunannya, mutlak diperlukan. Ini sebabnya sel Kanker adalah sel yang memiliki keunggulan biologis, saat substrate utamanya yaitu GLUKOSA tersedia dalam jumlah banyak.

Dan sudah jelas sekali dari cara kerja PET SCAN, didunia medis, dimana menunjukkan betapa kuatnya kemampuan Sel Kanker untuk menyedot Glukosa melalui GLUT-1 Reseptornya. Sehingga anomali dari karakter sel Kanker ini dijadikan acuan untuk mekanisme pendeteksian sel Kanker atau Metastase nya diseluruh tubuh manusia.
Keunggulan sel Kanker dibanding sel normal ini, didapat dari kemampuannya untuk melepas ikatan Mitochondria dari proses metabolisme Sel Kanker tersebut (Mitochondria Uncouppling). 
Hal ini sangat menguntungkan bagi sel Kanker, karena bila sel Kanker tidak bisa melepas pengaruh Mitochondria sebagai generator energi didalam sel, yang bersifat Oxidative (menggunakan Oksigen-O2) maka abnormalitas sel Kanker untuk membelah tanpa batas (infinite) sudah tentu akan terhambat.

Mitochondria sebagai generator energi didalam sel normal, berfungsi untuk menghasilkan energi (ATP) dengan efisien. Dimana dengan menggunakan jalur Mitochondria, maka degradasi karbon dari makronutrisi (contohnya Glukosa) akan menghasilkan energi (ATP) dalam jumlah yang besar dan efisien. 
Kontras dengan sel kanker, yang melepas fungsi Mitochondria didalam sel nya. Sel Kanker memilih menggunakan jalur "Primitif" yaitu Fermentasi (Aerobic Glycolysis) untuk menghasilkan energi (ATP) selnya. 
Cara kerja Fermentasi ini sangatlah tidak efisien, karena hasil dari degradasi 1 molekul Glukosa, hanya mampu menghasilkan net ATP sebanyak 2ATP. Kontras dengan sel normal yang mampu menghasilkan net ATP sebanyak 36 ATP dari proses oksidasi sempurna 1 molekul Glukosa, melalui Mitochondria (Oxidative Phosphorylation).

Lalu mengapa sel Kanker memilih jalur Fermentasi yang sangat tidak Efisien ini?
Ternyata jawabannya adalah untuk kepentingan "Pembelahan Sel" yang cepat.
Karena sel Kanker membutuhkan Glukosa tidak hanya untuk respirasi menghasilkan energi saja, namun juga dibutuhkan untuk menghasilkan Biomass bagi kebutuhan pembelahan sel yang abnormal. 
Ini sebabnya sel Kanker membutuhkan dan selalu menggunakan jalur "Fermentasi" yang akan menghasilkan Substrate yang diperlukan bagi proses pembelahan sel yang CEPAT dan EFEKTIF, seperti meningkatnya aktivitas di jalur "Pentose Phosphate Pathway" untuk sintesis DNA/Inti Sel, dan meningkatnya aktivitas di jalur "de Novo Lipogenesis" untuk sintesis Lipid/Phospholipid sebagai bahan baku membran sel baru.

GLUKOSA adalah KUNCI dari perbedaan sel Kanker dan sel Normal. 
dan GLUTAMINE adalah substrate pendukung bagi metabolisme sel Kanker untuk menghasilkan precursor yang mendukung jalur Anabolik nya (Oxaloacetate dan Citrate).

Sel Normal sebagai sel yang membelah dengan "ATURAN" selalu terkontrol oleh "Mitochondria" sebagai "Generator Energi" didalam sel. Dimana Mitochondria akan memicu Apoptosis (Sel Bunuh Diri) saat terjadi kegagalan secara menyeluruh dalam fungsi Mitochondria ini.
Namun Keuntungan sel Normal dalam menggunakan jalur oksidasi sempurna dari metabolisme sel melalui Mitochondria, adalah kemampuannya menggunakan berbagai substrate lain untuk menghasilkan Energi (ATP).
Substrate itu adalah Glukosa, Amino Acid (Protein) dan Fatty Acid/Ketone (Lemak dan Turunannya)
Kontras dengan sel Kanker yang memiliki ketergantungan akan GLUKOSA secara mutlak. Dimana saat sel Kanker memilih untuk menggunakan jalur Fermentasi (Aerobic Glycolysis) secara dominan, maka berkurangnya substrate Glukosa akan sangat mempengaruhi kemampuannya untuk membelah/berkembang dan menekan eksistensinya didalam tubuh manusia.
Inilah kunci utama, pentingnya menghindari Glukosa (Karbo) dari sumber makanan, bagi penderita Kanker. Karena dengan dominasi Karbohidrat dimakanannya, otomatis akan memberikan keunggulan bagi sel Kanker untuk memperoleh bahan bakar Fermentasi. 
Sudah jelas pula saat Glukosa hadir dari sumber makanan (Exegenous) maka sel Kanker akan lebih unggul dalam menyedot ketersediaan Glukosa didarah dibandingkan sel-sel normal lain ditubuh. 
Lihat cara kerja PET SCAN, bila sel normal memiliki kemampuan yang sama dengan sel Kanker, dalam menyedot GLUKOSA, maka sudah pasti PET SCAN tidak akan optimal dalam mendeteksi sel-sel Hipermetabolik seperti sel kanker ini.

Saat kita mengalihkan metabolisme kita menuju Ketosis (Metabolisme Lemak), maka kebutuhan akan Glukosa ditubuh, akan jauh berkurang. 
Kebutuhan Glukosa yang wajib ditubuh hanya sekitar 25% saat tubuh sudah masuk ke kondisi Ketosis yang optimal.

Dan kebutuhan Glukosa yang mutlak ini, akan sangat mudah dipenuhi oleh proses Gluconeogenesis (Pembentukan Gula Baru) di liver. Dimana saat kadar Glukosa menurun akibat hilangnya substrate Glukosa disirkulasi darah (Puasa dan Rendah Karbohidrat), maka tubuh akan beralih menggunakan Lemak sebagai bahan bakar utama diseluruh tubuh. 
Dimana liver juga akan mengubah Lemak bebas (Free Fatty Acid) menjadi Ketone (pengganti Glukosa di Otak) yang diperoleh dari Lipolysis (Degradasi Triglyceride) terhadap jaringan lemak cadangan ditubuh dan juga dari asupan makanan (Rasio Ketogenic).

Inilah keuntungan dari Adaptasi terhadap Puasa yang sebenarnya. Dimana manusia tidak lagi ketergantungan dengan Glukosa, yang sumbernya mutlak dari makanan. 
Dan dengan beralih ke metabolisme Lemak, maka Puasa menjadi hal yang sangat mudah dilakukan, dimana sumber energi sebenarnya manusia, yang juga disimpan dalam jumlah besar ditubuh (Jaringan Lemak) dapat dengan mudah diakses, dan menggantikan dominasi Glukosa yang hanya sedikit simpanannya ditubuh, dan sangat tergantung dari sumber makanan untuk mengisinya kembali.

Gluconeogenesis di Liver akan mencukupi kebutuhan glukosa yang mutlak ditubuh, walau dikondisi Ketosis sekalipun. Yaitu untuk sel-sel ditubuh yang tidak memiliki Mitochondria, seperti halnya sel-sel darah merah, dan 20% sel otak yang primitif.
Jadi sudah jelas, bahwa sel Kanker dan sel Normal, adalah sel yang memiliki perbedaan mutlak di cara respirasinya (Metabolisme) untuk menghasilkan Energi (ATP). 
Karena sel Kanker adalah sel yang sangat ketergantungan akan melimpahnya (dominasi) sumber Glukosa ditubuh. Karena cara menyimpangnya cara hidupnya, yang memilih jalur Fermentasi, demi memenuhi kebutuhan pembelahan sel yang abnormal dan tidak terkontrol.

Namun sel Normal sebagai sel yang memiliki sifat pembelahan yang terkontrol, jelas harus memiliki Mitochondria sebagai generator energi didalam sel yang efisien dalam menghasilkan energi (ATP), dan juga fungsi Mitochondria sebagai pengontrol atas pembelahan sel abnormal, menjadi ciri pembeda sel Normal dengan sel Kanker yang abnormal.
Protein dan Lemak, adalah substrate yang Essensial bagi kehidupan manusia. Dimana Protein dan Lemak merupakan bahan baku untuk energi (ATP) dna juga untuk sintesis sel baru didalam tubuh.
Jika cara melawan sel Kanker adalah dengan menghindari konsumsi Protein dan Lemak, maka sudah jelas akan merugikan sel normal pula sebagai sel yang butuh bahan baku untuk perbaikan dan regenerasi sel ditubuh.
Perbedaan utama dari utilisasi Protein dan Lemak ditubuh, antara sel Kanker dan sel Normal, terletak pada inisiasi penggunaannya.
Dimana sel Kanker akan mengambil substrate amino acid (Protein) dan Lipid (Lemak) dari sirkulasi didarah, han hanya sebagai tambahan bahan baku dari proses pembelahan sel abnormalnya sendiri yang sudah cepat, dan lebih mengandalkan utilisasi Glukosa di jalur fermentasi yang menyediakan sebagian besar kebutuhan produksi Nucleotide (biomass / Protein) dan Lipid (Membran sel / Lemak) untuk sel-sel turunannya.
Sedangkan sel-sel normal mengandalkan ketersediaan substrate amino acid (Protein) dan Lipid (Lemak) dari sirkulasi darah lebih banyak, untuk melakukan pembelahan sel yang normal dan terkontrol.
Sudah jelas bukan Protein dan Lemak yang harus dihindari, melainkan Glukosa (Karbohidrat) sebagai bahan baku Fermentasi yang paling utama di sel Kanker, dan bukan bahan baku essensial bagi manusia (Karbohidrat = Non Essensial).
Dengan beradaptasi ke metabolisme lemak, maka manusia akan menemukan kembali bahan bakar ideal yang sebenarnya. Bahan bakar yang memang diciptakan bagi manusia, saat Pola Hidup manusia tidak berlimpah dengan surplus makanan seperti saat ini.
Metabolisme Lemak adalah metabolisme bertahan hidup manusia, dimana manusia itu makan untuk hidup (Sering Berpuasa), dan bukanlah hidup untuk makan (Selalu Makan).
Ingat apa penyebab Kanker didiri anda.. apakah karena sering berpuasa, atau karena sering makan?
Ingat 3 fundamental penyakit dimanusia
Semua penyakit modern saat ini hanya berasal dari, Kepala, Mulut dan Aktivitas.

Kepala = Stress, dan Perilaku Negatif
Mulut = Selalu Makan dan Tidak membatasi diri
Aktivitas = Tidak aktif (Sedentary) atau bahkan bermalas-malasan

Glukosa = Oxidative Stress diotak, dan mudah memicu Hypoglycemic, sehingga mewakili ekspresi negatif dari psikologi manusia
Glukosa = Selalu Makan (Ketergantungan Makanan untuk sumber energi)
Glukosa = Memicu hyperglycemic, dan hyperinsulinemia, lalu membuat tubuh menjadi anabolik dan mengalami penurunan aktivitas
Apakah sudah Ingat apa penyebab Penyakit yang dimiliki sekarang? atau masih LUPA dan mencari apa yang harus dimakan untuk mengatasi Sakit yang dirasakan saat ini. 
Dimana jawabannya sudah tersedia sejak awal masa.. yaitu PUASA

Be Smart, Be Wise
Knowledge is Power 
Science doesn't Lie, but People Does