Senin, 24 September 2018

TINGKAT UJIAN SESUAI TINGKAT KEMAMPUAN


Sepenggal taushiyyah Ustadz Adi Hidayat, LC. MA.

Firman Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 214:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء وَزُلْزِلُواْ حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللّهِ قَرِيبٌ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

Ada 3 tingkatan ujian untuk hamba Allah sebagaimana yang tertera dalam Firman Allah diatas:

1. الْبَأْسَاء

Yaitu suatu masalah yang menimpa tapi tidak sampai mengganggu kondisi psikis ataupun fisik. Bisa dikatakan masalah tersebut tergolong biasa, ringan atau masih mudah diatasi.

2. الضَّرَّاء

Yaitu musibah yang bisa mengganggu diri sendiri, baik psikis maupun fisik. Dengan kata lain musibah tersebut cukup berat hingga menimbulkan kesedihan, kekhawatiran, kesulitan, kesengsaraan, rasa sakit atau bahkan melukai/merusak tubuh.

3. زُلْزِلُواْ

Yaitu malapetaka yang membawa dampak sangat luas baik secara psikis, fisik, mengena pada orang-orang di sekitar, bahkan merambah ke ranah sosial, ekonomi maupun lingkungan. Dikatakan zulzilu karena malapetaka itu mengguncangkan hati dan pikiran, menguras hampir semua potensi diri dan lingkungan, hingga Rasul dan orang-orang beriman yang bersamanya berkata, bilakah datangnya pertolongan Allah, karena merasa hampir tak kuat menahan beratnya ujian tersebut.

Jika dihubungkan dengan Firman Allah yang tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai kemampuannya, maka jika dalam hidup kita hanya menerima ujian setingkat al-ba’sa’ maka sebesar itulah kemampuan diri kita. Demikian pula jika adh-dhorru’ yang menghampiri, maka kualitas diri setingkat dengan besarnya ujian tersebut. Manakala ujian sudah setaraf zulzilu dan hanya pertolongan Allah Ta’ala satu-satunya yang bisa menolong, maka janganlah melemah, tak perlu pula bersedih hati karena Allah Ta’ala tengah meretas jalan, menuntun kita, mempersiapkan diri untuk menghuni jannah.

Maka bersyukurlah… berbahagialah.

Jika kita bertanya mengapa harus seperti itu? Mengalami banyak ujian untuk masuk surga?

Allah Ta’ala menjawab dalam Surah Ali Imran ayat 142:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّهُ الَّذِينَ جَاهَدُواْ مِنكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.

Yaaa… karena yang masuk surga adalah orang-orang yang berjihad dan orang-orang yang sabar.

Truuus… apakah yang tidak menerima ujian berat tidak bisa masuk surga? Tentu saja bisa… dengan cara apa?

Dalam Firman Allah Ta’ala diatas (QS. Ali Imron: 142) telah dijelaskan yaitu dengan berjihad (bersungguh-sungguh tha’at pada Allah dan berjuang menegakkan Kalimatullah di muka bumi). Maka inilah jalan yang harus ditempuh untuk masuk surga.


Saat dalam kondisi longgar, sehat, mapan ekonomi, karir sukses dan segalanya serba gampang... maka itulah saatnya bersyukur, lalu berjuang sungguh-sungguh menggunakan semua karunia itu untuk beribadah kepada Allah Ta'ala, tha'at sepenuh jiwa, membantu sesama dan meninggikan Kalimah-Nya di muka bumi. Itulah jalan surga.
Dan manakala dalam kesempitan, tertimpa musibah, mendapat ujian berat... maka itupun waktunya bersyukur, karena seperti itu cara Allah Ta'ala agar kita bersabar, kemudian berusaha/berikhtiar keras dan menggunakan semua potensi diri untuk mengatasi masalah. Dan itupun jalan surga.

BERSYUKURLAH

BERSABARLAH

Allaahu a’lam







Postingan terkait: