Jumat, 25 Desember 2015

GELAR BARU

Layaknya mendapat gelar baru harusnya sangat membahagiakan. Tapi ini mungkin sedikit berbeda. CS itu gelar baruku. Bukanlah singkatan dari Computer Science, atau gelar keren yang lain, tapi singkatan dari Cancer’s Survivor. Ooww...dengar namanya saja mungkin sebagian dari kita akan merasa illfeel, begitu istilahnya anak jaman sekarang, atau bisa jadi langsung ta’awudz, Na’udzubillaahi min dzalik. Wajar saja jika demikian, itu bisa dipahami. Serem juga kali ya... Jika gelar-gelar yang lain orang berebut untuk mendapatkannya, maka tidak demikian dengan gelar yang satu ini. Bahkan mungkin tidak ada orang yang mengharapkannya. Namun  sejujurnya saya pribadi sebenarnya merasa bahagia dan bersyukur mendapatkan gelar itu. Lho kok??? Tentu saja jika hal itu ditilik dari satu periode fase kahidupanku, bukan dilihat dari keseluruhan masa hidup. Mendapat gelar itu berarti aku telah “berhasil melewati ujian berat”. Tentunya dengan pertolongan Allah Ta’ala. Ya... ujian berat itu bernama stage 4 breast cancer. Sehingga statusku berubah dari penderita menjadi survivor, Alhamdulillaah... bukankah itu suatu anugerah yang patut disyukuri?

Si silent enemy (yakni cancer) memang datang tanpa dinyana, menggalang kekuatan tanpa tanda dan bergerilya dalam menyerang. Tanpa disadari, tiba-tiba ia sudah mempunyai bala tentara yang kuat, telah menguasai banyak wilayah dan berhasil menyebarkan teror di beberapa tempat.

Jika tidak ingin dijajah, diporak-porandakan, atau direbut kelangsungan hidupnya, maka mau tidak mau diri ini harus segera bangkit untuk melawannya. Tidak mudah memang, tapi juga bukan tidak mungkin.

Beratnya perjuangan melawan pasukan ca, mengusirnya, melumpuhkannya sampai mematikannya adalah satu episode tersendiri yang mengharu biru. Setelah ia bisa kita taklukkan ternyata perjuangan belumlah usai, perang belumlah berakhir. Masih ada episode baru yang tidak akan pernah berujung yakni perang dingin dengan label survivor kanker.

Lega dan sangat bersyukur tatkala hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pasukan ca sudah tidak terdeteksi lagi. Namun pesan sang komandan berseragam putih tetap patut diperhatikan. Pasukan ca tidak terdeteksi ada beberapa kemungkinan. Bisa jadi ia sudah hilang terbuang, bisa juga telah mati, mungkin juga sedang lumpuh tak berdaya, atau tengah lemah karena jumlah tak seberapa. 

Sebenarnya di dalam tubuh setiap orang selalu ada potensi sel kankernya. Ini bisa dilihat dari tes darah untuk ca marker. Hasilnya tidak akan pernah ada pada angka 0 (kosong), tetapi selalu punya nilai. Sehingga para peneliti memberikan ambang batas yang masih dianggap normal. Kanker ini tidak datang dari luar tubuh, tetapi ada di dalam tubuh. Ca adalah bagian dari tubuh yang sebelumnya berlaku/berkembang normal menjadi abnormal disebabkan adanya suatu pemicu.

Jika tidak terdeteksi lagi karena hilang terbuang atau mati itu hal yang  sangat baik, namun jika karena sedang lemah, maka hal ini yang patut selalu diwaspadai. Sementara kita tidak pernah tahu kanker di tubuh ini sedang dalam keadaan apa.

Melangkah dalam kehidupan baru sebagai survivor tidaklah gampang. Tapi paling tidak tidaklah seberat masa pengobatan. Dengan penuh rasa syukur, semangat dan asa yang membubung, semua terasa membahagiakan.

Secara fisik sangat banyak perubahan yang kurasakan. Pengalaman pertama kehilangan mahkota hitam di kepala sungguh sangat berkesan. Apalagi dilanjutkan dengan yang kedua. Sedih, pastilah itu. Kaget dan heran melihat wajah sendiri, itu pengalaman unik. Syukurnya alis dan bulu mata tak ikutan lenyap. Peribahasa patah tumbuh hilang berganti sangat cocok untuk menggambarkan fase ini. Alhamdulillah, mahkota penggantinya ternyata jauh lebih subur walaupun berubah warna. Tralala... kesempatan untuk berpenampilan modis dengan eksperimen warna rambut. Selamat tinggal rambut hitam, selamat datang keceriaan rambut pirang, magenta, pink atau dust. Menyenangkan bukan...

Perubahan pada wajah juga terjadi, terutama saat dan sesaat setelah pengobatan. Diri sendiri dan orang-orang di sekitar yang setiap hari bertatap muka mungkin tidak terlalu menyadari perubahan itu. Namun tatkala melihat reaksi dari mereka yang lama tidak bersua, cukup membuat terkejut. “Aku tidak mengenalinya lagi”, “Aku pangling”, “Waktu telah merubah segalanya”, “Dulu dia begitu sekarang kok jadi begini” dst, dst. Ibarat mengaca, itulah yang dikatakan cermin. Tak hanya kupu-kupu yang bisa bermetamorfosis, manusia juga bisa ya... hemmm... menakjubkan. Ada teman yang mengatakan bahwa kami yang mendapatkan terapi kemo wajahnya jadi samaaaa semua. Hehehe...tak sepenuhnya salah.   

Dengan senyum dan lapang dada aku berusaha terus bersyukur dan menerima keadaan diri apa adanya. Kecantikan wajah memang menarik hati. Namun untuk menjadi seseorang yang menarik hati tak harus cantik wajahnya, tapi bisa dengan akhlaq yang baik, dengan pikiran yang positif, dengan hati yang tulus, dengan keramahan dan tuturkata yang santun, dengan kejujuran dan kedermawanan, dsb. Dan itu semua bisa kita upayakan, bisa kita dapatkan dengan usaha. Tak seperti kecantikan wajah yang sudah menjadi garis nasib.

Semua terapi penyembuhan kanker tergolong berat. Berat dalam artian efek samping yang ditimbulkannya sangat besar dan imbasnya bisa seumur hidup. Sebagai contoh tindakan mastectomy (pengangkatan payudara). Otot, syaraf dan kelenjar getah bening tak bisa kembali normal walaupun telah bertahun-tahun. Imbasnya tentu pada kekuatan tangan yang menurun drastis. Yang ini menurut pengalaman teman-teman yang menjalaninya, karena Alhamdulillah aku tidak diambil tindakan ini. Namun karena ca pernah indekos di bahu, lengan dan tulang belakangku, maka kekuatan tangan dan kakiku juga jauh berkurang. Tapi sungguh keadaan itu sangat aku syukuri, dimana aku masih bisa berjalan walau tidak bisa jauh, masih bisa mengkaryakan tanganku walau terbatas. Dibandingkan saat si agresor masih aktif, aku harus mengandalkan kursi roda untuk berpindah tempat sementara kondisi tangan tak bisa diangkat. Subhanallaah... betapa menyenangkannya bisa berjalan, Alhamdulillah... syukur yang mungkin dulu baru kusadari tatkala melihat orang yang tidak bisa berjalan. Tapi sekarang kuresapi sepanjang hariku.

Obat-obatan kemo juga tak kalah dahsyatnya. Tidak hanya ketika masa terapi, tetapi masih berimbas dalam jangka waktu yang cukup lama. Obat kemo tidak bisa memilih mana sel normal dan mana sel abnormal. Semua sel baru akan dibabat habis. Padahal pada tubuh kita ada beberapa bagian dan organ yang bersifat regeneratif, diperbaharui secara berkala. Manakala semua sel baru dimatikan, bisa dipastikan akan menimbulkan dampak yang tidak ringan. Kulit misalnya akan mengalami penuaan dini. Syaraf juga menurun fungsi sensoriknya. Pengeroposan tulang juga bisa terjadi. Dan masih banyak lagi. Tetapi semua bisa dinikmati bila kita lapang hati.

Suatu saat ada teman sesama survivor yang mengeluhkan dirinya yang jadi pelupa, dan sedikit lola (loadingnya lama) dibandingkan sebelum kemo.  Ini juga salah satu dari efek sampingnya. Syukurlah ada Al-Qur’an yang bisa dijadikan terapi, karena Al-Qur’an adalah huda wa syifa’ (petunjuk dan obat). Ini yang kuyakini dengan sepenuh hati. Sering membaca atau mendengarkan orang membacanya dan berusaha menghafalkannya ayat demi ayat akan menjadi petunjuk/hidayah, obat dan terapi melawan degeneratif sel otak, Insya Allah.

Sepanjang hidup kami harus terus melawan proses degeneratif itu. Asupan mamin diatur dan dijaga sedemikian rupa. Segala macam sayur dan buah jadi makanan utama, kalah deh si embek, hehehe... Berbagai macam juice jadi santapan sehari-hari. Mulai dari yang rasanya manis, kecut, sengir, pahit sampai yang rasanya seperti tanah, huwek... merem dan tahan napas cara minumnya agar tidak muntah. Temenku bilang, kayak digelonggong aja, hehehe...bukan sapi aja dong yang digelonggong? Semua itu demi untuk memulihkan anggota dan organ tubuh pasca pengobatan dan yang terpenting adalah untuk menghadang agar pasukan ca tak kembali lagi, atau mencegah mereka bangkit lagi. Menjaga pola pikir jauh dari kecemasan juga tak kalah pentingnya. Sabar dan ikhlas cara untuk menggapainya.

Kadang aku bergumam layaknya sedang berbicara pada si ca. “Ca, aku makhluq Allah dan kaupun makhluq-Nya, kau telah mengambil dan merubah banyak hal di diriku. Sudah saatnya kau berhenti menyengsarakanku, janganlah kau menghalangiku untuk menjalankan kewajibanku sebagai hamba-Nya. Jika taqdirmu berada di tubuhku, tak apalah karena itu memang kehendak Allah, tapi jangan kau usik aku, diamlah kau, tidur sajalah kau, agar aku bisa menunaikan amanah yang  mesti kuemban dan menuntaskan tanggungjawab yang kupikul.”

Aneh ya... hehehe... ngomong kok sama sel. Tapi siapa tahu seperti halnya yang terjadi pada air, yang menurut Dr. Masaru Emoto bahwa air akan membentuk molekul-molekul yang teratur, halus, indah dan bermanfaat manakala padanya diucapkan kata-kata yang baik. Insya Allah semoga sel ca itu akan menjadi sel-sel yang lunak, jinak, dan keluar dari sifat abnormalnya, sehingga tidak berdampak buruk pada induk semangnya.

Alhamdulillah... begitu besarnya Kuasa Allah, begitu agungnya Rahman dan Rahim-Nya, begitu indah skenario yang Dia buat hingga tak mampu aku ungkapkan dengan bahasa apapun. Menjadi Cancer’s Survivor dengan berbagai ketidaknyamanan yang sering timbul tenggelam kumaknai bagaikan bandul lonceng yang tak henti bergoyang, ke kiri untuk istighfar dan ke kanan untuk bersyukur. Akan terus seperti itu hingga masanya nanti ia akan berhenti bergoyang, tatkala tak ada waktu lagi untuk berdiam di dunia ini. Waj’alnii bi husnil khootimah...


Selasa, 24 November 2015

TERAPI HOLISTIK PSIKONEUROIMUNOLOGI TAHAJJUD (BAGIAN 2)

BAGIAN 2: SENAM TAWAKKAL
Keberhasilan shalat tahajjud sebagai sebuah terapi penyembuhan memerlukan beberapa modal. Modal utamanya adalah persiapan batin dengan menyingkirkan negative thinking dan menumbuhkan positive thinking. Andaikata pada awalnya modal itu belum cukup, maka dengan menjalankan terapi ini secara rutin, maka modal akan semakin berkembang menjadi sebuah keyakinan yang kuat pada diri. Yang penting adanya niat, kemauan dan bersedia segera memulainya. Di Klinik Avicenna pasien diberi pemantapan iman, penguatan hati dan pengarahan cara berpikir yang konstruktif.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk persiapan batin adalah:

1. Melenyapkan sifat thagha.
Thagha adalah suatu sifat yang membawa seseorang pada perasaan sombong, takabur, angkuh, merasa diri lebih hebat, lebih pintar, lebih kuasa dan lebih-lebih yang lain. Thagha akan memalingkan seseorang dari menyadari keterbatasan dirinya hingga mengakibatkan menganggap rendah orang lain. Haruslah disadari bahwa sepandai apapun, sekuat apapun, sekaya apapun, seseorang takkan mampu mandiri tanpa orang lain dan sehebat apapun seseorang takkan kuasa untuk menghindar dari taqdir. Mulai dari iblis hingga Fir’aun menjadi makhluq la’natullah karena sifat sombong/thagha ini. Karena itu thagha harus dihilangkan, tidak mudah memang tapi bisa, Insya’ Allah. Thagha dapat dikikis dengan menumbuhkan perasaan tidak berdaya dalam diri, dan dengan menyadari kelemahan diri. Bahwa apapun yang didapat, apapun yang dipunyai hanyalah karena Rahman dan Rahimnya Allah Ta’ala. Yang merasa pandai, sadarilah bahwa kepandaiannya hanyalah 1, 2 atau beberapa jenis ilmu saja. Selebihnya sudah di luar kemampuannya. Yang merasa kuasa, sadarilah bahwa suatu saat jabatan itupun akan lepas dari tangan. Yang merasa hebat, suatu saat takkan berdaya menghalau saat Malaikat Maut menjemputnya.

2. Melepaskan segala beban jiwa.
Selama masih tinggal di atas permukaan bumi maka kita tidak akan pernah terlepas dari yang namanya masalah. Masalah bisa timbul dari dalam diri sendiri, dari orang lain maupun dari lingkungan sekitar. Segala problema hidup yang menimbulkan kekecewaan, kesedihan, kecemasan, ketakutan, kemarahan, penyesalan dan rasa bersalah yang terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang akan memicu ketidak stabilan mekanisme kerja tubuh, yang pada ujungnya akan menimbulkan gangguan kesehatan berupa penyakit. Untuk itu perlu bagi kita mengurai semua permasalahan yang kita hadapi dan melepaskannya dari ruang hati dan pikiran. Bukan tidak dirasakan atau tidak dipikirkan, tetapi tidak disimpan di dalam hati atau pikiran, juga tidak didramatisir agar tidak semakin memberatkan. Cari jalan keluarnya, jalani apa adanya dengan pikiran yang tenang dan hati yang lapang, dan biarkan semuanya berlaku sesuai jalannya masing-masing hingga menemukan pemecahannya.

3. Mengembalikan segala urusan kepada Allah Ta’ala.
Dengan menyadari bahwa semua hal berasal dari Allah, dan nantinya akan kembali kepada-Nya, maka apapun masalah yang sedang kita hadapi kita adukan pada-Nya, seberapapun beratnya beban hidup kita kembalikan kepada-Nya. Kita bukan manusia super kuat, bukan pula orang super hebat yang mampu mengatasi segala hal. Kita hanya manusia yang punya banyak keterbatasan, namun jangan khawatir, jangan takut dan bersedih hati, karena kita punya Rabb yang Maha Segalanya. Bukan kita yang akan menuntaskan semua masalah, bukan kehebatan kita yang mampu mengatasinya, tapi Allah Ta’ala yang akan mengirimkan pertolongan dan bantuan-Nya melalui sesuatu, seseorang atau bahkan tanpa perantara sama sekali. Karena Dia telah berjanji untuk itu dan telah berjanji pula untuk tidak memberi beban di luar batas kemampuan manusia.

4. Berserah diri dan tawakkal.
Tumbuhkan jiwa berserah diri dengan tulus menyadari bahwa Allah Ta’ala penguasa bumi dan langit, tidak ada yang bisa membuat kita mulia atau terhina, sehat atau sakit, kaya atau miskin, berkuasa atau tertindas tanpa seijin-Nya. Bahkan hal yang paling kecilpun terjadi dalam ketentuan Allah, sebagaimana dalam QS. Al An-aam ayat 59:
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhulmahfudz).
Berserah diri mengandung makna siap untuk diatur dan diarahkan oleh Sang Khaliq. Dengan penuh keyakinan bahwa apapun yang ditentukan oleh-Nya tidak ada yang salah dan semuanya baik bagi kita. Baik untuk dunia, akhirat atau dunia-akhirat. Terkadang kebaikan atau hikmahnya belum kita rasakan saat itu juga, tapi pasti kita dapatkan manakala kita telah membuka hati dan pikiran untuk menerimanya. Sementara tawakkal adalah berserah diri setelah melakukan ikhtiar maksimal, bukan dengan berdiam diri, masa bodoh dan pasif. Berusahalah baru tawakkal, berobatlah kemudian tawakkallah.

5. Bersyukur atas segala yang dipunya.
Seringkali seseorang lebih memikirkan dan mengkhayalkan apa yang diinginkan daripada menikmati apa yang telah ada padanya. Tak jarang seseorang merasa bahwa dirinya seharusnya mendapatkan ini atau sepantasnya memperoleh itu, dan merasa selalu kurang dan kurang terus. Jika itu yang terjadi, dapat dipastikan seseorang itu tidak akan pernah menghargai/mensyukuri karunia yang telah didapat, karena pandangannya jauh ke awang-awang.
Mari kita mulai melihat kearah diri, menyadari betapa berharganya apa yang ada di tubuh kita, hati, pikiran, indera dan anggota tubuh yang lain.  Betapa banyaknya karunia yang bisa kita dapatkan karenanya. Bayangkan sengsaranya jika kehilangan salah satu darinya. Kita syukuri ni’mat iman Islam yang akan menyelamatkan kita dunia akhirat. Kemudian kita syukuri adanya pasangan hidup dan anak-anak. Bayangkan betapa merananya kita tanpa mereka. Untuk urusan harta, jika belum berlebih, syukuri agar terasa cukup, begitu seterusnya untuk hal-hal yang lain. Semua kita lihat dari sisi baiknya. Syukur dalam suka adalah dengan memanfaatkannya untuk kemaslahatan dan syukur dalam duka adalah dengan memanfaatkan terbukanya samudera ampunan dan terbentangnya ladang amal di sana.

6. Sabar.
Kesabaran bisa timbul dari kesadaran bahwa kesenangan dan kesedihan dalam kehidupan akan datang silih berganti. Tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini, tidak kesenangannya tidak pula kesedihannya. Segala hal suatu saat pasti akan sirna. Sedahsyat apapun badai, suatu saat dia pasti reda. Seterik apapun mentari, ada waktunya ia tenggelam. Secantik apapun bunga mekar, ada waktunya dia layu. Seindah apapun pelangi, ada saatnya dia pudar. Kesenangan akan membuat hidup bersemangat, mengantarkan kita mengagumi ciptaan Allah dan memuji Keagungan Penciptanya. Sementara kesusahan akan memaksa kita untuk introspeksi, kesulitan akan mendorong kita giat berusaha, rintangan akan menempa pribadi menjadi tangguh.
Selain itu bukankah fenomena alam ini banyak yang mengacu pada relativitas? Kita bisa mengatakan ini baik karena ada yang buruk, ini tinggi karena ada yang rendah, ini panjang karena ada yang pendek....dst. Jadi kita bisa mengatakan ini kesenangan, tentu karena kita pernah mengalami kesusahan. Kesenangan dan kesusahan keduanya kita butuhkan, agar kita bisa merasakan bahwa kesenangan itu memang membahagiakan dan kesusahan itu adalah harapan agar bisa merasakan kesenangan setelahnya.

Sabar ketika dalam masa kesenangan adalah dengan tidak melampaui batas, dan sabar dalam kesusahan adalah dengan menjalaninya tanpa keluhan, terus semangat mencari jalan keluar dan tekun berdoa meneguhkan hati. Menurut pengalaman Prof. Sholeh, pasien yang menjalani sakitnya dengan sabar dan lapang dada akan mendapatkan kesembuhan yang lebih cepat (lebih baik) dibanding pasien yang selalu sedih, murung, galau atau marah-marah.

7. Ikhlash.
Secara sederhana ikhlash adalah sikap mental seseorang yang melakukan segala sesuatu hanya karena mengharapkan ridlo Allah Ta’ala dan bebas dari pamrih kepada manusia. Tak perlu pikirkan apa kata orang, tak hendak pedulikan apa penilaian orang, tak usah hiraukan apa pendapat orang, yang penting tetap ada di jalan kebenaran Allah dan tetap pada pribadi yang shalih. Untuk mewujudkan ini tidaklah mudah karena sifat hati yang sering berbolak-balik ditimpali godaan syaithan yang selalu membisikkan keburukan. Tapi ikhlash bisa diusahakan dengan pemahaman dan keimanan serta dimohonkan dengan doa, “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami atas jalan kebenaran-Mu, Wahai Dzat yang merubah-rubah hati, rubahlah hati kami atas keta’atan kepada-Mu”.

8. Ikhtiar.
Ikhtiar adalah gerakan hati, lisan dan anggota tubuh untuk menggapai suatu tujuan. Ikhtiar harus dilakukan semaksimal mungkin, sampai pada batas kemampuannya. Segala jalan segala cara asal tidak melanggar syari’at hendaknya ditempuh. Seseorang akan bersemangat untuk ikhtiar, mau bersusah payah, bersedia berusaha keras, rela berjuang mati-matian, siap melakukan apapun, bahkan rela mengorbankan segalanya manakala ia punya harapan yang besar dalam dirinya. Seorang pekerja mau berpanas-panas dan berhujan-hujan karena berharap mendapat upah. Seorang nelayan berani menerjang ombak dan menantang badai karena berharap mendapat tangkapan. Seorang pejuang tidak takut senjata, tidak gentar menyerbu musuh karena berharap mendapat kemenangan. Semua itu demi sebuah harapan. Dan berharapanlah pada apa yang dijanjikan oleh Allah Ta’ala. Karena jika manusia yang memberi harapan, karena keterbatasannya sebagai manusia, harapan itu belum tentu bisa terwujud. Namun jika Allah yang memberi harapan, karena kekuasaan-Nya yang tanpa batas, harapan itu pasti akan terwujud.


---***---

Dalam terapi holistik psikoneuroimunologi tahajjud, senam tawakkal dipakai sebagai penunjang keberhasilan terapi. Senam ini dimaksudkan untuk mempersiapkan hati dan fisik untuk menggapai manfaat maksimal dari shalat tahajjud, sembari memenuhi beberapa prasyarat di atas. Pada senam tawakkal, beberapa gerakannya mengacu pada gerakan shalat. Menurut Prof. Sholeh semua gerakan senam ini telah melalui penelitian, sangat baik secara jasmaniah dan sangat bermanfaat secara ruhiyah. 

PANDUAN PRAKTIS SENAM TAWAKKAL

Postur 1
Berdiri tegak, kaki direnggangkan sejajar bahu, ambil posisi yang nyaman dengan mendapatkan tumpuan kaki yang mantap, tangan lurus ke bawah dengan rileks. Off-kan pikiran sadar, dan on-kan pikiran bawah sadar dengan cara merelaksasi fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lepaskan semua beban pikiran dan perasaan yang mengganjal. Tarik napas dalam-dalam, tahan empat/lima hitungan, lalu keluarkan perlahan-lahan. Temukan napas anda seperti napas orang tidur, lembut, alami, pelan dan halus. Kemudian relaksasikan pikiran dengan memperkecil stimulus sugesti diri dengan mengucapkan Allah (الله) ketika mengambil napas dan hu (هو) ketika mengeluarkan napas. Ucapkan itu dalam hati tanpa bersuara. Bersama tarikan dan hembusan napas rasakan relaksasi di sekujur tubuh. Kemudian pusatkan pikiran pada bagian tubuh yang sedang sakit. Rasakan seolah-olah tarikan napas adalah obat yang masuk dan hembusan napas adalah pelepasan penyakit. Rasakan seakan-akan tubuh tengah memperbaiki kinerja organ-organnya. Lakukan hal ini dalam tempo yang cukup lama dengan tenang dan rileks.


Postur 2
Bungkukkan badan dengan cara meletakkan telapak tangan pada paha. Turunkan perlahan-lahan tangan hingga lutut, kemudian betis, hingga sampai matakaki dan genggam ringan pergelangan kaki. Jika pada awalnya belum bisa sempurna posturnya, tahan sampai dimana kemampuan tubuh. Berikan progress perbaikan di saat berikutnya.
Rasakan tarikan otot di sepanjang kaki dan tulang belakang. Rasakan seakan-akan itu tarikan keluarnya penyakit dan rasa sakit dari tubuh. Tarik napas dengan mengucapkan Allah (الله) dan menghembuskan napas dengan mengucapkan hu (هو). Tetaplah pada posisi tsb semampunya, dan tambah progress waktunya di saat berikutnya.


Postur 3
Tarik pelan-pelan tangan ke arah lutut bersamaan dengan bangkitnya tubuh hingga berdiri tegak kembali. Ulangi seperti postur 1.




Postur 4
Tekuk lutut perlahan-lahan, letakkan di lantai, kemudian ambil posisi sujud dengan merenggangkan lengan. Tarik dan lepaskan napas seperti di atas. Rasakan aliran cairan tubuh ke bagian atas tubuh, nikmati sebagai perbaikan metabolisme tubuh. Nikmati postur ini sebagai pembersihan otak dari pikiran buruk/negatif. Lakukan postur ini seberapa mampunya.



Postur 5
Angkat kepala, bangkit dari duduk, dan letakkan tangan pada lutut yang ditekuk. Posisi kedua telapak kaki berdiri disamping tubuh. Renggangkan kaki sehingga bagian pantat tidak terletakkan di atas telapak kaki tapi dalam posisi menggantung. Tarik dan hembuskan napas seperti di atas dan rasakan peregangan di jari-jari kaki, telapak kaki, tungkai, betis, lutut hingga pinggang. Tahan postur ini beberapa saat semampunya.


Postur 6
Tarik ujung jari kaki ke belakang hingga posisi punggung kaki menempel di lantai. Letakkan tangan di atas lutut. Tarik dan hembuskan napas seperti di atas. Diam pada posisi ini untuk beberapa saat untuk relaksasi.


Postur 7
Tarik tangan ke belakang tubuh dengan telapak tangan menghadap ke atas, dan posisi rileks. Kemudian bungkukkan badan hingga dahi menyentuh di lantai. Tarik dan hembuskan napas seperti tadi. Ibaratkan postur ini sebagai bentuk kepasrahan yang dalam, sebagai bentuk ketidakberdayaan kita dengan segala keterbatasannya. Pertahankan posisi ini untuk beberapa saat.



Postur 8
Angkat kepala dan badan hingga posisi duduk. Tarik tangan ke depan dan letakkan di samping badan. Perlahan-lahan rebahkan badan ke belakang hingga punggung dan kepala tersandar ke lantai, sementara posisi lutut tetap ditekuk. Perlahan geser tangan ke samping menjauhi tubuh, kemudian geser lagi hingga lurus di atas kepala (gerakan 180 derajat). Untuk tahap awal jika sulit melakukan sendiri, bisa minta bantuan orang lain untuk menahan kepala saat akan diletakkan di lantai. Demikian pula tatkala menggeser tangan ke atas, bisa minta bantuan orang lain. Lakukan perlahan-lahan dan tahan di posisi dimana mampunya tubuh. Tarik dan hembuskan napas seperti tadi. Rasakan peregangan yang kuat di paha hingga lengan. Tetaplah pada posisi tersebut untuk beberapa waktu. 


Postur 9
Miringkan tubuh kekanan dan tarik ujung kaki ke depan hingga posisi tubuh lurus, kemudian kembali ke posisi telentang. Kali ini tubuh dalam posisi segaris mulai kaki sampai tangan. Tarik dan hembuskan napas seperti tadi. Tahan untuk beberapa saat.



Postur 10
Angkat tangan ke atas dada, dengan siku tetap lurus, kemudian diiringi dengan bangkitnya tubuh bagian atas, hingga pada posisi duduk. Lanjutkan dengan membungkukkan badan ke depan hingga tangan bisa menggengam jari kaki.  Tarik dan hembuskan napas seperti tadi. Rasakan peregangan otot di sekujur tubuh. Tahan posisi itu untuk beberapa lama, baru lepaskan pegangan tangan pada jari kaki, dan tarik napas panjang beberapa kali.


Catatan:
1. Senam tawakkal bisa dikerjakan sekali atau dua kali sehari dengan waktu yang tidak mengikat misalnya setelah selesai shalat shubuh, setelah selesai shalat dhuha atau setelah selesai shalat ashar.
2. Jika pada tahap awal belum bisa mengerjakan tiap gerakan/postur dengan sempurna, karena tubuh merasa sakit atau kaku, maka bisa dilatih sedikit-demi sedikit. Usahakan dengan progress yang terarah.
3. Tempo yang dijalankan sesuai dengan kemampuan masing-masing, sebaiknya sekitar 1 sampai 1,5 jam sekali senam.
4. Mohon maaf belum mendapatkan model peraga yang tepat jadi terpaksa si Dedek yang diminta memperagakan, sayangnya masih kurang sempurna gerakannya. Jika ingin lebih tepat dan terarah dipersilahkan mengikuti pelatihan shalat tahajjudnya Prof. Dr. Moh. Sholeh atau mengunjungi Klinik Avicenna di Kediri.


Bagian 1 silahkan buka link dibawah ini: 
http://santiharmoetadji.blogspot.co.id/2015/11/terapi-holistik-psikoneuroimunologi.html



Sabtu, 14 November 2015

TERAPI HOLISTIK PSIKONEUROIMUNOLOGI TAHAJJUD (bagian 1)


Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah Ta’ala. Shalawat dan salam semoga tercurah atas Nabiyullah Muhammad Shalallaahu ‘alaihi wa salam.

Atas permintaan beberapa teman yang ingin mengetahui dan mencoba terapi tersebut, maka dengan seijin penggagasnya, yaitu Prof. Dr. Moh. Sholeh, saya rangkumkan dari buku yang beliau tulis yang berjudul “Pelatihan Shalat Tahajud” terbitan Hikmah. Ditambah dengan pengalaman pribadi selama menjalani terapi di Klinik Avicenna di Desa Tempurejo, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur.


Secara umum, menurut UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1994 disebutkan bahwa sehat mempunyai 4 aspek yaitu:
1. Sehat fisik, yaitu bilamana organ tubuh berfungsi normal.
2. Sehat jiwa yang meliputi pikiran, emosi dan spiritual. Sehat pikiran jika mampu berpikir logis, rasional dan sistematis. Sehat emosi jika mampu mengekspresikan suasana hatinya dengan wajar. Sehat spiritual jika mampu menjalankan perintah dan menjauhi larangan Penciptanya.
3. Sehat sosial yaitu apabila mampu berinteraksi dengan orang lain secara baik.
4. Sehat ekonomi yaitu jika mampu beraktivitas yang menghasilkan sesuatu.

Seseorang dikatakan sehat jika keempat aspek tsb terpenuhi, dan dikatakan sakit jika ada aspek yang terganggu. Untuk menuju sehat, maka seseorang bisa melakukan penjagaan, pencegahan dan pengobatan. 

Di buku tersebut bahasan utamanya adalah tentang Shalat Tahajjud yang mempunyai manfaat kesehatan, baik penjagaan, pencegahan maupun pengobatan.
Terapi utamanya adalah Shalat Tahajjud, kemudian dilengkapi dengan Senam Tawakkal dan Senam Tauhid.

BAGIAN 1: SHALAT TAHAJJUD

1. LOGIKA NORMATIF SHALAT TAHAJJUD.

a. Shalat tahajjud merupakan ibadah mahdhoh yang awalnya diwajibkan kepada ummat Muhammad SAW selama setahun sebelum turunnya ayat ke 20 Surah Al Muzammil. Itu terjadi sebelum diwajibkannya shalat lima waktu, puasa Ramadhan, zakat dan haji. 
b. Tidak ada shalat sunah yang dianjurkan Allah Ta’ala melalui Al Quran selain shalat tahajjud, yang berarti sangat pentingnya shalat itu. Yaitu QS. Al-Isra' ayat 79 dan QS. Al-Muzammil ayat 2.  Sementara shalat sunnah yang lain dianjurkan melalui hadits Nabi SAW.
c. Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud, dalam keadaan sehat maupun sakit, muqim maupun musafir bahkan dalam keadaan perang.

2. LOGIKA METAFISIS SHALAT TAHAJJUD

a. Shalat tahajjud merupakan jalan tol bebas hambatan menuju Sang Khaliq.
Sebagai shalat yang dikerjakan pada malam hari dimana waktu malam adalah saat yang paling baik untuk shalat secara khusyu’.

Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu') dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).(QS. Al Muzammil:6-7)

Mengapa di malam hari lebih khusyu’? ini bisa dijelaskan secara ilmiah. Di dalam tubuh manusia terdapat 2 hormon stress yaitu ACTH (Adenocorticotropichormon) dan hormon kortisol. Hormon tersebut dilepaskan melebihi batas normal jika seseorang dalam keadaan stress dengan gejala seperti susah tidur, jantung berdebar, cepat marah, sesak nafas, cemas, takut, khawatir dan gemetaran. Pola pelepasan hormon tsb mengikuti irama sirkadian (circadian rhythm), yaitu jam tubuh yang mengatur berbagai kegiatan metabolisme selama 24 jam sehari semalam. Hormon tersebut mulai naik sekitar jam 7 pagi, mencapai puncaknya sekitar jam 11 siang dan menurun lagi hingga pada batas normal (homeostatis) sekitar pukul 24.00-02.00. Menurunnya kadar hormon tsb  menyebabkan suasana hati rileks dan tenang. Ditambah dengan suasana gelap dan sepi dari hiruk-pikuk kegiatan manusia, maka keadaan itu ibarat jalan tol bebas hambatan untuk komunikasi dengan Sang Khaliq.

b. Shalat tahajjud membangkitkan kekuatan biomagnetis.
Manusia sebenarnya mempunyai kekuatan elektrisitas yang jika dipeilhara dengan baik akan mewujudkan tenaga magnetik (biomagnetisme). Kekuatan itu dihimpun dan dibangunkan dari urat nadi dalam tubuh, saraf halus di otak, tiap tetesan darah, bahkan seluruh yang ada dalam diri manusia. Shalat tahajjud adalah salah satu latihan agar seseorang mempunyai biomagnetis dan kekuatan jiwa yang hebat.

Menurut teori metafisika, tatkala seseorang shalat dengan khusyu’ (konsentrasi penuh dengan shalatnya) , maka bioelektronik (bion-bion) dalam otak tidak lagi menerima tambahan daya penginderaan dan tidak lagi mempunyai tuntutan yang bersifat materialistis, sehingga bion-bion tersebut menjadi otonom, diam dan tenang. Kondisi tersebut akan membangkitkan pikiran halus (corpus mentalist) yang siap untuk menerima Nur Ilahi, sehingga akan membuahkan ilmu ladunni (segala sesuatu yang mendekatkan diri pada Allah), jiwa yang kuat, semangat yang hebat dan keikhlasan yang total.

3. LOGIKA KESEHATAN SHALAT TAHAJJUD

Mengapa Shalat tahajjud menyehatkan?
Shalat tahajjud (juga shalat yang lainnya) mempunyai beberapa aspek yaitu:

1. Aspek hydrotherapy
Yaitu saat mandi dan wudlu sebelum shalat. Mandi besar pada dini hari sangat baik untuk merangsang dan menguatkan kulit, mengencerkan darah, mengeluarkan racun dari tubuh, menormalkan fungsi ginjal, meningkatkan kerja usus besar, dan menurunkan tekanan darah.

2. Aspek gerakan dan relaksasi.

Secara filosofis gerakan shalat mulai dari berdiri, takbiratul ihram, ruku’, sujud dan salam adalah simbol life cycling (daur kehidupan manusia). Setiap gerakan shalat mempunyai makna tersendiri secara ritual,yaitu:

a. Berdiri tegak menghadap kiblat mengandung makna bahwa kita menghadapkan seluruh jiwa dan raga kepada Sang Pencipta.
b. Mengangkat tangan saat takbiratul ihram melambangkan pengakuan terhadap kebesaran Allah Ta’ala dan merasa diri sangatlah kecil di hadapan-Nya.
c. Ruku’ melambangkan ketundukan dan kepasrahan kita akan segala ketentuan Allah Ta’ala.
d. Sujud merupakan penghambaan dan penyerahan diri secara total kepada Sang Pencipta.
e. Duduk menggambarkan kesiapan kita untuk diatur oleh Sang Raja (Al Mulk)
f. Salam menggambarkan ikrar kita untuk menebarkan salam (kedamaian), rahmat (kasih sayang) dan barakah (tambahan kebaikan) untuk semesta seisinya. 

Sedangkan secara fisiologi  gerakan shalat mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan. Keseluruhan prosesi shalat dari berdiri hingga salam menimbulkan perubahan posisi jantung terhadap kepala. Kadang di bawah (berdiri), sejajar (ruku’) dan lebih tinggi (sujud). Perubahan posisi itu merangsang reflek kardiovaskuler yang akan mendorong cairan tubuh mengalir ke seluruh bagian tubuh dengan optimal. 

Secara singkat manfaat dari gerakan shalat secara medis adalah:

a. Berdiri tegak adalah posisi yang sangat fisiologis (yang diharapkan sebenarnya) oleh tubuh. Posisi ini melancarkan proses pernapasan, sehingga membantu memperbaiki metabolisme tubuh. Pandangan ke arah sujud akan menarik tulang leher sehingga mengurangi rasa nyeri pada dada, leher dan punggung.

b. Ruku’ yang benar dapat menjaga, memperbaiki dan memulihkan ruas tulang belakang yang terdiri dari ruas tulang leher, punggung, pinggang dan tungging.

c. Sujud yang benar akan menguatkan otot dada dan lengan sehingga bisa memperbaiki syaraf-syaraf pernapasan. Dr Fidelma O'Leary, PhD. Seorang Neuroscience dari St Edward's University, yang telah menjadi mu'allaf setelah mendapati fakta tentang manfaat sujud bagi kesehatan manusia yaitu ditemukan adanya beberapa urat syaraf di dalam otak yang tidak dimasuki darah kecuali ketika sujud.

d. Duduk iftirasy dapat menghilangkan nyeri pada pangkal paha, sedangkan duduk tawaruk dapat menjaga kelenturan dan kekuatan otot di sekitar organ vital.

e. Salam dengan menoleh ke kanan dan kiri dapat menghindarkan ketegangan otot dan syaraf di sekitar leher dan bahu sehingga bisa menghilangkan ketegangan syaraf di kepala.

3. Aspek doa dan meditasi.

Inti atau ruh dari ibadah shalat adalah doa, yaitu komunikasi intensif antara hamba dengan Sang Khaliq. Semua bacaan selama shalat adalah doa (pengharapan) dan pengakuan akan segala Sifat Allah Ta’ala.

4. Aspek sugesti

Sugesti baik berupa autosugesti (yang datang dari dalam diri sendiri) maupun heterosugesti (yang didapat jika shalat dilakukan secara berjamaah), dapat timbul dan menguat seiring dengan naiknya keimanan dan keyakinan kita pada Allah Ta’ala, pada belas kasih-Nya, pada pertolongan-Nya, pada kekuatan-Nya dan keyakinan bahwa segala ketentuan-Nya itulah yang terbaik untuk kita.

Penelitian ilmiah sudah membuktikan bahwa tahajjud merupakan terapi manjur nan efektif untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti gangguan emosi (depresi, stress), gangguan pernapasan, hipertensi, stroke, gagal jantung, osteoporosis, gangguan sendi, hingga penyakit yang timbul akibat rendahnya atau adanya gangguan imunitas tubuh.

Dari penelitian Prof. Dr. Moh. Sholeh, dengan tahajjud, maka makrofag dalam darah akan meningkat. Makrofag itu intinya adalah sel imunitas tubuh yang berfungsi untuk memakan sel lain yang tidak normal. Hal itu yang menyebabkan tubuh mampu melawan penyakit yang datang dan mampu menyembuhkan dirinya sendiri.

Demikian pula dengan metabolisme tubuh akan meningkat sampai pada tingkat optimal jika seseorang shalat tahajud berlama-lama seperti shalatnya Rasulullah SAW, walau hanya dua rakaat, hingga bisa bercucuran keringat walaupun berada pada ruangan ber-AC

Disamping itu kenapa orang yang sering tahajjud tak pusing kepala, padahal dia bangun tengah malam?
Karena ketika shalat tahajjud otak melepaskan seritonin, beta endorsin, dan melatonin. Itu yang menyebabkan seseorang menjadi tenang/rileks sehingga homeostasis (keseimbangan tubuhnya) terjaga. Pusing disebabkan karena terganggunya homeostasis yang muncul berupa hipertensi ataupun hipotensi

Sebagai terapi, maka tahajjud harus dilakukan dengan khusyu’, tulus ikhlas, gerakannya seperti tuntunan Rasulullah SAW dan dikerjakan secara terus-menerus/kontinyu.

Untuk menggapai khusyu’ harus dengan latihan dan kesabaran yang didasari kepasrahan yang timbul dari keimanan/keyakinan mendalam bahwa Allah Ta’ala adalah segala-galanya, disertai pengakuan akan ketidakberdayaan, kerendahan diri, kenistaan,  kebodohan dan kelemahan diri kemudian menyatukan rasa takut dan harap akan pertolongan dan perlindungan-Nya.

Khusyu' dan sabar bergulir bak lingkaran. Dengan sabar, akan bisa shalat dengan khusyu', dan shalat khusyu' akan menambah kesabaran kita dalam menghadapi segala persoalan hidup. Rela bangun tengah malam untuk shalat, bersedia meninggalkan kenikmatan tidur adalah latihan awal untuk sabar.

PANDUAN PRAKTIS SHALAT TAHAJJUD

Tahap Persiapan

1. Mandi besar dengan air dingin sebagai hydrotherapy. Mandi di tengah malam akan memberikan energi dan kekuatan pada tubuh, meningkatkan metabolisme dan sirkulasi cairan tubuh seperti darah dan getah bening.
2. Mengenakan pakaian yang bersih, suci dan bagus. Ditambah dengan wewangian sebagai aromatherapy.
3. Pilih tempat yang sunyi,sepi dari kegaduhan, matikan lampu agar tidak ada cahaya atau stimulus lain yang masuk dan mengganggu kekhusyu’an.

Tahap Proses

1. Postur Persiapan.

Berdiri tegak, ambil posisi yang nyaman dengan mendapatkan tumpuan kaki yang mantap. Off-kan pikiran sadar, dan on-kan pikiran bawah sadar dengan cara merelaksasi fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tarik napas dalam-dalam, tahan empat/lima hitungan, lalu keluarkan perlahan-lahan. Temukan napas anda seperti napas orang tidur, lembut, alami, pelan dan halus.

Kemudian relaksasikan pikiran dengan memperkecil stimulus sugesti diri dengan mengucapkan Allah (الله) ketika mengambil napas dan hu (هو) ketika mengeluarkan napas. Rasakan setiap tarikan napas dan niatkan bahwa tahajjud ini untuk menggapai maghfirah (ampunan) dan ridlo Allah serta mensyukuri nikmat-Nya. Pancing hati dengan bisikan "Ya Allah aku datang menghadap-Mu, menyerahkan diriku pada-Mu dengan sepenuh hatiku..."

2. Postur Niat.

Ikrarkan niat shalat kemudian takbiratul ihram. Tumbuhkan kesadaran akan kehadiran Allah dengan jalan:
a. Pengakuan akan Kebesaran Allah sehingga apapun yang selain-Nya adalah kecil.
b. Sukarela meninggalkan segala bentuk kesibukan apapun, dan hanya fokus untuk berkomunikasi dengan Allah Ta’ala.
c. Memahami sedang berada pada wilayah haram, sehingga tidak boleh ada ucapan atau gerakan selain tatacara shalat.
Bangkitkan tekad dengan menganggap bahwa takbir ini adalah suatu penghormatan kepada Dzat Yang Maha Besar dan tidak sekedar formalitas.

3. Postur Qiyam.

Meletakkan tangan kanan pada punggung telapak tangan kiri tepat di atas dada atau sedikit di atas pusar. Membaca doa iftitah, Al Fathihah dan surah lainnya dengan perlahan, dihayati dan diresapi maknanya. Untuk terapi, Prof. Moh. Sholeh biasanya menganjurkan membaca Ayat Kursi pada raka'at pertama dan Surah Al-Insyirah pada raka'at kedua. Karena esensi Ayat Kursi adalah pengakuan ketidak berdayaan kita dan pengakuan bahwa Allah-lah yang menjaga kita, yang tidak mengantuk dan tidak tidur, yang menjadi pemilik segala yang ada di langit dan di bumi. Dan hanya dengan kehendak-Nya segala sesuatu terjadi. Penghayatan penuh akan makna ayat ini akan mengantarkan kita pada penyerahan diri secara total dan percaya penuh akan skenario indah Allah. Hal itu yang akan mengubah depresi, stress, cemas, takut dan khawatir menjadi penuh harap dan optimis bersama dengan janji Allah bahwa bersama kesulitan ada kemudahan seperti tertera pada Surah Al-Insyirah ayat 5-6. Ayat Kursi dan Surah Al-Insyirah ini bisa dibaca beberapakali sesuai kebutuhan.

Setelah itu jangan langsung ruku’, tapi sambung dengan relaksasi dan berkomunikasi intensif dengan mengadukan segala persoalan yang kita hadapi, tetapi lakukan hal itu hanya dalam hati tidak diucapkan.

4. Postur Ruku’.

Bungkukkan badan dengan meletakkan tangan pada lutut. Baca tasbih 3x atau lebih, resapi dan hayati maknanya. Setelah itu jangan langsung bangkit tetapi sambung dengan komunikasi mengadukan segala hal kepada Allah. 

Unggah perasaan bahwa kita sedang membungkukkan badan di hadapan Sang Maha Raja dengan tekad "Ya Allah aku ruku' dengan segenap jiwa dan ragaku, untuk tunduk patuh kepada-Mu semampuku, maka tuntunlah aku, bimbinglah aku, maka turunkan beban yang memberatkan tubuhku". Rasakan pula tarikan-tarikan otot di seputar kaki dan punggung, seakan-akan tarikan itu adalah pelepasan segala rasa sakit atau gangguan yang ada. Rasakan pula mengalirnya cairan tubuh ke organ yang kurang teraliri. Nikmati semua itu hingga menimbulkan rasa nyaman dan tenang. 

5. Postur Qauna (I’tidal)

Bangkit dari posisi ruku’, baca doa i’tidal, resapi dan hayati maknanya, kemudian sambung dengan komunikasi intensif dengan Allah seperti diatas.
Yakinkan dalam diri bahwa Allah mendengar dan melihat apapun yang ada di bumi dan langit. Dia-pun mengetahui persoalan apa yang sedang kita hadapi dan sakit apa yang sedang kita derita. Mohonlah agar Allah Ta'ala tidak akan meninggalkan kita walau hanya sekejab mata tanpa pertolongan-Nya. 

6. Postur Sujud

Letakkan kedua tangan di atas lutut dan perlahan-lahan bergerak ke posisi berlutut kemudian meletakkan 7 anggota sujud ke lantai. Baca tasbih 3x atau lebih, resapi dan hayati maknanya, kemudian sambung dengan pengaduan kepada Allah.

Hadirkan kesadaran bahwa kita sedang meletakkan wajah/kepala yang menjadi lambang ke-aku-an manusia di tempat yang paling rendah di hadapan Allah sebagai bentuk kepasrahan yang total dan sebagai wujud penghambaan diri yang sebenar-benarnya. Menyadari betapa kecil dan lemahnya diri kita. Posisi ini adalah posisi paling dekat antara hamba dengan Rabb-nya yang seakan tidak berjarak. Sehingga apapun yang kita minta akan dikabulkan.

7. Postur Iftirasy

Duduk dengan menegakkan telapak kaki kanan, menghadapkan jari kaki ke arah kiblat dan meletakkan betis di atas telapak kaki kiri yang terlipat. Baca doa duduk antara dua sujud, resapi dan hayati maknanya, kemudian sambung dengan munajat kepada Allah. 

Perhatikan bahwa kita sedang bersimpuh di hadapan Sang Penguasa Alam Semesta, sementara kita tidak punya apapun. Meminta dan memohon banyak hal yang pasti bisa dipenuhi oleh-Nya.

8. Postur Sujud Kedua

Sama dengan postur sujud di bagian 6.

9. Postur Duduk Tasyahud

Bangkit dari sujud, letakkan tangan pada lutut, kemudian duduk dengan kaki kiri dilipat di bawah betis kanan, dan ujung jari kaki kanan menghadap kiblat. Baca bacaan tasyahud, resapi dan hayati maknanya, kemudian tambah dengan doa sebanyak-banyaknya karena doa di waktu itu sangatlah mustajab. Mohonlah atasnama ilmu Allah yang ghaib dan atasnama semua takdir-Nya agar kita diberi yang terbaik menurut ilmu-Nya. 

10. Postur Taslim

Memalingkan muka ke kanan dan ke kiri sedemikian rupa sehingga pipinya terlihat dari belakang, sambil mengucapkan salam.

Tahap Penutup

1. Muhasabah

Dalam muhasabah maka kenanglah berbagai dosa atau kesalahan yang pernah kita lakukan, besar atau kecil, sengaja maupun tidak.
Mungkin ada diantara kita yang malas, lalai atau malah meninggalkan ibadah. Mohonlah ampun atas semua itu, menyesallah, bertaubatlah dan tekadkan untuk memperbaiki dan memperbanyak ibadah.

Mungkin ada diantara kita yang pernah berbuat kesalahan kepada orangtua, pernah mengecewakan atau menyakiti hati mereka, atau membebani mereka dengan masalah atau materi, atau bahkan menelantarkan mereka. Bersegeralah mohon maaf kepada mereka, mohonlah ampun kepada Allah dan mohonkan ampun kepada Allah untuk mereka.

Mungkin ada diantara kita yang pernah menyakiti hati pasangan, atau pernah berbuat kasar terhadap anak, atau salah bersikap terhadap orang lain, maka bersegeralah meminta maaf kepada mereka setelah menunaikan tahajjud.

2. Dzikir

Setelah shalat tahajjud silahkan berdzikir dengan kalimah thayyibah atau asmaul husna atau yang lainnya.

3. Doa

Doa setelah shalat tahajjud boleh apa saja sesuai dengan yang dikehendaki, dan yang utama adalah istighfar. Begitu banyak keutamaan memohon ampun diwaktu sahur.


INTISARI

1. Allah Ta'ala memberikan banyak keutamaan kepada hamba-Nya yang mau shalat tahajjud, diantaranya bermacam-macam nikmat seperti yang tercantum pada QS. As-Sajdah:16-17 ; QS. Ali Imran: 17 dan QS. Al-Furqon: 64.

2. Shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang istimewa. Selain berfungsi menyehatkan mental-spiritual, shalat tahajjud merupakan terapi manjur nan efektif untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

3. Pelaksanaan shalat tahajjud sebagai terapi kesehatan tidak berbeda dari shalat pada umumnya, hanya lebih menekankan pada tempo yang panjang untuk setiap gerakan. Sehingga untuk 2 rakaat saja waktu yang diperlukan bisa mencapai 1,5 sampai 2,5 jam. Hal itu dimaksudkan untuk mengoptimalkan penghayatan pada bacaan yang kita baca. Disamping itu juga agar kita leluasa mengadukan segala permasalahan hidup kita, dan segala doa serta pengharapan tuntas kita panjatkan. Komunikasi yang intensif dengan Allah akan membuat kita merasakan nikmat yang luarbiasa dari ibadah ini. 

Selain itu tempo yang lama juga memberi waktu yang cukup bagi tubuh untuk mendapatkan manfaat medis yang maksimal dari setiap gerakan/postur shalat, sehingga tubuh mampu memproduksi zat-zat yang bermanfaat dan tubuh juga bisa menghilangkan zat-zat sisa yang tidak berguna. Dengan demikian tubuh mampu memperbaiki/mengobati dirinya sendiri dan bisa melawan gangguan yang datang.

4. Dianjurkan shalat tahajjud dilakukan di tempat yang sepi, tenang dan gelap.


Kisah hikmah dari Prof. Dr. Moh. Sholeh:

Beliau mendapatkan pengalaman pribadi yang sangat luarbiasa dengan tahajjud. Beliau pernah menderita penyakit kulit yang parah dan belum ada obatnya, sehingga dokter angkat tangan. Dengan terapi shalat tahajjud yang intensif akhirnya beliau bisa sembuh, bahkan mendapatkan kulit yang lebih bagus dari sebelumnya.

Demikian pula ketika akan memulai pendidikan doktoralnya. Latar pendidikan madrasah diniyah dan pondok salafi, tarbiyah dan bimbingan konseling yang praktis tidak ada pelajaran eksaknya, tak menghalangi beliau untuk bisa mengambil program doktoral di Kedokteran Unair. Dengan sepenuh hati bermunajat dalam tahajjud, disertai ikhtiar dzohir, maka bisa menyelesaikan disertasinya doktornya dengan gemilang dan tanpa mengeluarkan biaya, karena semua ditanggung oleh seorang musyrif.

Saat berniat menunaikan ibadah haji beliau juga mendapatkan rejeki tak terduga berupa paket perjalanan haji plus berdua bersama istri tercinta tanpa biaya sepeserpun, Maasya' Allah.

Sepenggal kisah pribadi:

Tahun 2011 saya divonis kanker payudara stadium 4 metas ke tulang belakang. Saya jalani terapi di Klinik Avicenna. Tahun 2012 kanker semakin luas menyebar mulai dari kepala, bahu, lengan, punggung, tulang panggul dan tulang duduk. Berdiri sudah sulit dan berjalan harus dibantu kursi roda. Masih ditambah dengan hipertensi, diabetes dan gangguan liver. 

Maka saya maksimalkan ikhtiar secara zhohir melalui karunia Allah yang berupa ilmu pengetahuan medis yang diilhamkan kepada manusia terutama para dokter dan ilmuwan. Saya jalani radioterapi, kemoterapi dan sebagainya. Proses pengobatan yang sangat berat dan menyakitkan. Alhamdulillah saya diberi kekuatan untuk menjalani semua itu. Terapi dari Klinik Avicenna tetap saya jalankan semampunya. Alhamdulillah masa kritis bisa terlewati dan semua pengobatan berstatus complete response, sehingga 2 tahun kemudian Maasya' Allah semua parameter kanker sudah tidak terdeteksi lagi berdasar hasil tes darah, USG, MRI, Foto Rontgen dan Mammografi. Subhanallah saya juga bisa lepas dari obat hipertensi, obat diabetes dan injeksi insulin.

Menyadari kualitas diri yang masih jauh dari yang semestinya (semoga Allah mengampuni dan memberi bimbingan untuk memperbaiki diri), maka saya pribadi belum berani membuat pernyataan, hanya satu hal yang saya yakini dengan sepenuh hati bahwa tiada daya dan kekuatan pada diri saya kecuali karena pertolongan Allah, Dia tidak pernah mengingkari janji-Nya dan tidak pernah menzholimi hamba-Nya.