Jumat, 11 Maret 2016

GLYCATION

GLYCATION
(Rangkuman materi dari seminar WA by Nur Agus Prasetyo)

Substrate/sumber makanan bagi tubuh manusia adalah lemak, protein dan karbohidrat.
Textur lemak (Fatty Acid) adalah: lembut/soft, licin/slick, bouncy/lenting, impact absorber.
Textur protein (Amino Acid, NH3) adalah: chewy/kenyal, elastis.
Textur glukosa (C6H12O6) adalah: keras, brittle/rapuh, cracking/mudah retak.

Di dalam tubuh, texturing itu akan sangat berpengaruh. Protein akan selalu menjadi building block untuk semua sel dalam tubuh kita, karena sel tubuh butuh elastisitas dimana sel tidak mudah pecah atau sobek. Karena itu struktur pembentuk intinya adalah protein.

Lemak berdasar texturnya akan selalu menjadi pelicin/pelembut/softener. Jadi sel apapun di tubuh manusia akan selalu terdiri dari protein sebagai nucleus dan cytoplasm, sedangkan lemak sebagai membran sel di permukaan sel. Karena itu sifat sel akan soft dan flexible, tidak mudah rusak saat berbenturan. Lemak bersifat melindungi diantaranya dengan membentuk lapisan lemak di bawah kulit. Selain itu lemak juga berfungsi sebagai bantalan/ peredam pada persendian.

Sementara itu glukosa jika dipanaskan akan menjadi karamel yang kemudian akan mengeras dan bersifat cracking. Proses tersebut dinamakan crystalline atau hardening.

Lalu mengapa protein dan lemak yang textur awalnya soft bisa hardening, dan berubah menjadi ‘buruk’ di dalam tubuh? Contohnya plak di arteri (Artherosclerosis)?
Mengapa arteri yang strukturnya dari protein yang textur awalnya chewy bisa menjadi stiffening/kaku?
Apa yang membuatnya mengeras?

Jawabnya adalah karena adanya glukosa yang menempel dan menyebabkannya mengeras yang disebut GLYCATION (karamelisasi). Seharusnya tubuh kita tidak boleh mengalami hardening, akan tetapi harus tetap flexible and soft, kecuali tulang (yang tersusun dari mineral). Jika ada pengerasan maka sifatnya akan clogging alias menyumbat atau stiffening alias kaku. Kolesterol (lemak), uric acid (asam urat) dan bile acid (empedu) akan menjadi KRISTAL saat mengalami glycation.

GLYCATION adalah proses dimana glukose dalam versi fruktose atau galaktose membentuk ‘covalent bond’ (ikatan) dengan lemak atau protein tanpa melalui reaksi yang melibatkan enzyme. Glycation ini merupakan ‘efek pelengketan’ glukose pada protein atau lemak.

Contoh glycation adalah karamelisasi di makanan: kentang (kaya karbo) jika digoreng maka glukosa yang terkandung akan membentuk ‘browning reaction’ (disebut mailard reaction) yang menyebabkan kentang menjadi crunch dan lebih manis dibanding ketika mentah.

GLYCOSYLATION adalah proses dimana glukose dalam versi fruktose atau galaktose membentuk ‘covalent bond’ (ikatan) dengan lemak atau protein melalui proses enzymatic yang diatur oleh tubuh. Proses ini sama seperti proses metabolisme glucose di sel mitochondria, sehingga tidak akan menimbulkan gangguan pada sistem dalam tubuh.

Proses glycation yang banyak menimbulkan gangguan dalam tubuh, karena merubah sifat asli dari sel. Jika terjadi glycation maka sel yang terkaramelisasi akan mengalami MALFUNCTIONING. Saat terjadi karamelisasi maka sel tubuh akan melepas produk-produk tinggi oksidasi seperti hydrogen peroxide (H2O2). H2O2 ini adalah ROS alias Reactive Oxygen Species atau sering disebut RADIKAL BEBAS.

ROS ini jika bertemu dengan molekul lain sifatnya adalah ‘mengoksidasi’ sehingga molekul tersebut menjadi reaktif.

LDL yang selalu dikatakan bahaya, sebenarnya baru akan berbahaya di tubuh jika mengalami ’Oxidized LDL’ yaitu LDL yang teroksidasi sehingga menjadi reaktif. Namun jika ROS (Reactive Oxygen Species) di dalam tubuh sangat rendah karena tidak mengkonsumsi karbo (karena yang menimbulkan ROS adalah glukosa) maka LDL tidak akan berbahaya. 

Glycation bisa terjadi pada sel syaraf, sel otak (menyebabkan terganggunya aliran darah ke otak/micro and macro aneurism penyebab stroke), pada lensa, kornea dan retina mata (mempengaruhi penglihatan), beta cell (sel yang memproduksi insulin di pankreas), collagen di dinding arteri (memicu hipertensi) dan pada DNA semua sel.

Jika terjadi metabolic disorder seperti hipertensi, artherosclerodid, gout (asam urat), batu empedu, atau fatty liver, apakah yang keliru lemaknya? Yang notebene lembut dan licin?
TENTU TIDAK, karena hardening (pengerasan), stiffening (pengkakuan) dan glycating (pelengketan) bukanlah sifat asli protein dan lemak. Proses tersebut hanya disebabkan oleh molekul C6H12O6 alias GLUCOSE.

Maka cara alami untuk memulihkan gangguan hipertensi, penyempitan pembuluh darah akibat plak, kristalisasi asam urat, kristalisasi batu empedu, gangguan persendian, fatty liver, diabetes, bahkan kanker (ada pembahasan khusus tentang ini) adalah dengan menghilangkan glukosa yang menempel pada sel-sel tersebut. Cara yang bisa ditempuh adalah mengkondisikan tubuh low carb.

GULA DARAH YANG TINGGI adalah penyumbang terbesar masalah glycation.

Dalam tubuh manusia, saat mengalami SPIKE pada gula darah maka akan segera memicu insulin untuk menekan gula berlebih itu ke dalam sel tubuh agar disimpan atau dipakai. Bentuk penyimpanan glukosa dalam sel disebut GLYCOGEN. Jika glycogen berlebih, maka akan diconvert menjadi TRIGLYCERIDE (lemak) di liver, lalu dikirim ke jaringan penyimpanan (Adipose Tissue) dalam bentuk Adipocyte (sel lemak) disebut proses glycosylation.

Namun jika terjadi INSULIN RESISTANT dimana insulin tidak lagi bisa menekan sel tubuh untuk menerima/menggunakan gula berlebih, dan malah membiarkan spike dari keseimbangan glukosa di darah terganggu, maka kelebihan glukosa akan menempel di sel-sel tubuh tanpa proses enzymatic yang disebut proses glycation.

Bisa dibayangkan betapa luasnya cakupan glycation yang dibawa oleh darah. Karena darah mengaliri semua organ dan anggota tubuh manusia. Gula darah tinggi bisa memicu banyak gangguan tubuh yang lainnya.

Insulin resistant mudah dilihat dengan pemeriksaan HbA1C yang merupakan perlengketan awal (early glycation). Pemeriksaan ini baru melihat pada sel darah merah yaitu perlengketan terhadap haemoglobin. Namun karena Hb mempunyai life span/life cycle hanya 120 hari, maka setelah direcycle maka HbA1C akan terlihat rendah. Metode ini yang banyak dipakai untuk mengukur Prediabetes/Diabetes.

DARI ANALOGI DI ATAS MAKA YANG MENJADI NOTE ADALAH: HINDARI KELEBIHAN KARBOHIDRAT (GLUCOSE, FRUCTOSE, GALACTOSE, ETC).

Jika sudah terjadi glycation maka upayakan untuk meluruhkannya.


Jumat, 04 Maret 2016

KETO FASTOSIS

KETO FASTOSIS
(Rangkuman materi dari seminar WA by Nur Agus Prasetyo)

Seminar WA ini untuk para pasien berbagai penyakit (kanker, diabetes, gangguan liver dsb) dan untuk siapa yang merancang hidup sehat. 
Dengan sedikit perubahan pada susunan kalimat agar lebih mudah dipahami namun tidak mengubah makna.

Diawali dengan fenomena jika dilihat dari sampling berbagai jenis sel CA (kanker), maka ada satu kesamaan yaitu adanya MUTASI pada nukleus (inti sel).

Mutasi ini mendukung ke arah pembelahan yang infinite (tidak terbatas) karena remnya atau pengendalinya (yaitu P53) sudah tidak berfungsi dalam aturan pembelahan sel (Mitosis). Dalam artian check point di setiap fase pembelahan sel normal sudah diabaikan. Oleh sebab itu sel seperti ini disebut sel MALIGNANT.

Apapun bentuk pembelahan sel tetap membutuhkan ENERGI (ATP). Jadi energi adalah kebutuhan utama untuk semua sel hidup, terutama untuk berkembang (Anabolic).

Sumber energi untuk perkembangan sel berasal dari metabolisme SUBSTRATE (BAHAN BAKAR). Sumber energi manusia bisa didapat dari MAKRONUTRISI berupa karbohidrat, protein dan lemak.

Karbohidrat >>> Glucosa >>> Oxidative Phosphorylation >>> ATP (energi).

Potein >>> Gluconeogenesis >>> Oxidative Phosphorylation >>> ATP (energi).

Lemak >>> Triglyceride >>> FFA + Ketone Bodies >>> Beta Oxidation >>> ATP (energi).

ATP = Adenosine Tri Phosphate berupa ion atau energy currency di dalam sel yang nantinya akan ditranslasikan dalam bentuk energi panas/kalor.

Proses Oxidative Phosphorylation dan Beta Oxidation terjadi di MITOCHONDRIA. Mitochondria adalah POWER HOUSE (generator energi) pada sel normal di tubuh manusia.

Karena adanya Mitochondria inilah maka manusia memiliki kemampuan “Metabolic Flexibility” yaitu kemampuan untuk merubah 3 substrate (yaitu karbohidrat, protein dan lemak) menjadi energi.

Dari segi Biology, sel yang mempunyai Mitochondria disebut EUCARYOTES, dan sel tanpa Mitochondria disebut PROCARYOTES (seperti sel pada bakteri, jamur, virus, sel patogen).

Glukosa adalah satu-satunya substrate yang paling universal untuk semua kehidupan di bumi. Dalam artian semua bisa memakai glukosa sebagai bahan baku energi dengan atau tanpa adanya oksigen, mempunyai mitochondria ataupun tidak.

Hukum energi pada sel Eukaryotes adalah: SUBSTRATE + O2 = ENERGI (ATP) + CO2. Yang disebut Aerobic Glycolysis yaitu degradasi molekul glukosa dengan menggunakan oksigen. Degradasi ini menghasilkan 36 ATP per 1 molekul glukosa.

Hukum energi pada sel Prokaryotes adalah: SUBSTRATE + ENZYME = ENERGI (ATP) + LACTATE/ALCOHOL. Yang disebut Anaerobic Glycolysis yaitu degradasi molekul glukosa tanpa menggunakan oksigen. Degradasi ini menghasilkan 2 ATP per 1 molekul glukosa.

Inilah yang membedakan ‘makhluk derajat tinggi’ (seperti manusia dan mamalia) dengan ‘makhluk primitif’ (seperti bakteri, jamur, virus dan sel patogen) dalam memperoleh energi. Manusia idealnya adalah ‘pengguna energi paling efisien’, dalam artian bisa menggunakan semua jenis substrate (lemak, protein dan karbohidrat) untuk sumber energinya.

Manusia adalah makhluk dengan kumpulan sel paling komplek dan menggunakan banyak energi (ATP) untuk mempertahankan integritas dan fungsionalitas seluruh sel-sel di tubuhnya.

Jika metabolisme manusia seperti bakteri (Prokariotes) yang hanya bisa menghasilkan 2 ATP tiap molekul glukosa, maka berapa banyak makanan yang harus dikonsumsi setiap hari untuk memenuhi  kebutuhan energi yang sangat boros itu. Oleh karena itu mitochondria adalah ciri khas sel manusia yang bisa mengubah 1 molekul glukosa menjadi 36 ATP, sehingga sangat efisien. Itu pula sebabnya mitochondria adalah ‘bagian terpenting pada sel normal’ di tubuh manusia.

Beda antara sel malignant/rusak/CA dengan sel normal adalah pada mitochondria. Pada sel malignant mitochondrianya ‘defect/rusak'. Itulah morphology yang paling jelas terlihat pada tiap jenis sel kanker, beda tipe akan beda mutasi di nukleus (inti sel) atau DNA-nya, tetapi kesamaannya adalah mitochondrianya rusak.



Sebagai contoh gambar diatas menunjukkan perbedaan morphology mitochondria sel tumor otak (glioblastoma multiforme) dengan sel otak normal.

Jika sel kanker mempunyai mitochondria yang rusak, maka substrate apa yang bisa dipakai untuk menghasilkan energi (ATP)?

Ternyata hanya glukosa yang bisa digunakan sebagai substrate penghasil energi tanpa butuh mitochondria, yaitu dengan anaerobic glycolysis alias fermentasi yang hanya menghasilkan 2 ATP per 1 molekul glukosa.

Lalu bagaimana caranya sel kanker mendapatkan energi agar sama dengan sel normal?

Sel kanker akan meningkatkan RECEPTOR GLUCOSA di permukaan sel yang disebut GLUT 1. 

Adanya receptor glukosa ini yang menyebabkan sel kanker bisa lebih unggul di dalam tubuh manusia saat kadar glukosa tinggi, karena sel kanker MAKAN DULUAN sebelum sel lain mengkonsumsi glukosa.

Darimana diketahui bahwa sel kanker bisa makan duluan sebelum sel normal?

Tentu saja dari penelitian dan percobaan yang akhirnya justru dijadikan metoda untuk alat pendeteksi adanya kanker di seluruh tubuh yaitu PET CT SCAN (Positron Emission Tomography and Computed Tomography Scanning). Pet Scan menggunakan molekul glukosa yang diberi phosphor sebagai fluoroscent (FDG = Fluoro Deoxy Glucose) agar bisa terlihat kemana glukosa yang dimasukkan ke dalam tubuh itu mengalir, kemudian ditangkap oleh sel. Ternyata sebelum sel sehat menangkap glukosa, ternyata sel kanker yang terlebih dahulu menangkapnya. Ini terlihat dari FDG yang berpendar di seputar sel kanker. 



Gambar diatas adalah contoh hasil Pet Scan dari penderita ca colon, dimana ada sel kanker disana glukosa terkumpul/berpendar phosphornya, karena langsung ditangkap oleh receptor glucosa di permukaan sel kanker. Jadi sebelum sel sehat mengambil glukosa untuk energinya, maka sel kanker telah terlebih dulu mengambilnya.



Jika kemampuan sel kanker dalam menyerap glukosa (Glucolitic) sama dengan sel normal, maka tidak pernah ada alat yang namanya Pet Scan.

Sel kanker yang tidak menggunakan mithocondria untuk memproses glukosa akan menghasilkan asam laktat (Lactic Acid). Itu pula yang menyebabkan darah penderita kanker cenderung kental dengan PH rendah karena tingginya asam laktat.

Asam laktat bisa dirubah kembali menjadi glukosa di liver melalui proses yang disebut CORI CYCLE.

Jadi sel kanker akan cenderung unggul saat keberadaan glukosa dalam tubuh masih dominan.

Maka untuk menghapuskan dominasi sel kanker, seharusnya glukosa diredam ke titik yang sangat rendah agar sel kanker tidak punya kesempatan untuk hidup.

Pertanyaannya adalah jika glukosa (yang asalnya dari karbohidrat) diposisikan pada titik terendah, apakah sel normal akan mati juga? Jawabnya adalah......TIDAK.

Lalu darimana sel normal mendapatkan energi untuk survive?
Tidakkah tubuh mengalami HYPOGLYCEMIC jika kita tidak makan karbohidrat?
Jawabnya adalah.......TIDAK. 

Karena sel normal mempunyai mithocondria yang bisa memetabolisme protein dan lemak. Molekul glukosa akan digantikan oleh KETONE BODIES = Acetoacite + B-Hydroxy Butyrate. Keton bodies adalah hasil dari metabolisme lemak.

Jika glukosa darah tinggi seperti pada pasien diabetes, maka keberadaan ketone ini bisa sebagai RACUN atau disebut KETOACIDOSIS, dimana kadar ketone lebih dari 12 mMol dan gula darah diatas 200mg/dL. Jadi selama gula darah rendah, maka ketone bukanlah racun, justru sebagai sumber energi yang sangat efisien pengganti glukosa.

Dengan pola konsumsi NUTRITIONAL KETOSIS maka ketone darah tidak akan bisa lebih tinggi dari 7mMol dengan gula darah yang sangat rendah.

Mendapatkan energi dari ketone ini layaknya metabolisme manusia primitif. Dimana mereka ‘mencari makanan’ dengan berburu dan mengumpulkan bahan makanan terlebih dahulu. Mereka juga tidak makan 3x sehari, akan tetapi tetap mampu beraktivitas seperti berburu dsb, tidak hypoglicemic dan tidak pula drop tenaganya. Ini karena keton di tubuh mereka bisa digunakan sebagai energi.

Berbeda dengan manusia modern, dimana kita ‘membeli makanan’ atau mendapatkan makanan secara instant, dengan cara yang sangat mudah pula. Hidangan lezat penuh karbohidrat tersedia di tiap sudut pandangan sehingga sangat menggoda. Kita telah disetting untuk selalu makan karbohidrat agar gula darah tidak lebih rendah dari level yang ditentukan. Sehingga keharusan makan 3x juga menjadi kebiasaan yang populer. Sarapan menjadi sangat penting, menjadi habit dengan slogan: The most important meal of day is breakfast. Padahal kenyataannya tidaklah seperti itu, Tanpa sarapanpun kita tetap kuat, asalkan tubuh bisa memakai lemak sebagai sumber energi dan keton bodies sudah terbentuk.

Apabila tubuh kita hanya bisa menggunakan glukosa untuk energi, maka gudang energi kita berupa body fat dengan kapasitas lebih dari 50.000 kalori hanya akan diisi oleh glycogen (glukosa simpanan). 

Yangmana glycogen tsb akan habis dalam 24 jam, dan tubuh akan MINTA DIISI LAGI. Bagaimana caranya? yaitu dengan memunculkan gejala hypoglicemic (gemetar, pusing, lemas, dsb). Gejala hypoglicemic baru akan reda tatkala kita mengasup karbohidrat. Begitu terus berulang-ulang. Sehingga kita akan makan, makan dan makan lagi.

Disini jadi pentingnya PENGUASAAN KONDISI PUASA.

Sementara itu untuk bisa memiliki metabolisme lemak, maka harus makan lemak. Kita ajari kembali tubuh untuk mengenali lemak sebagai sumber energi sebenarnya. Hindari JET FUEL berupa karbohidrat yang sudah pasti akan mengisi kembali glikogen di liver. Jika liver diisi glikogen maka proses KETOGENESIS (yaitu proses merubah Triglyceride/lemak menjadi FFA dan keton) akan berhenti. Karena proses ketogenesis hanya terjadi saat glikogen di liver sudah habis.

Dengan kata lain, jika makan karbohidrat proses ketogenesis akan berhenti. Setiap orang berbeda kemampuan dalam menerima karbohidrat tanpa keluar dari ketosis. Semakin besar massa otot, maka semakin tinggi kemampuan sel-sel otot untuk menyerap glikogen sebelum mengisi liver. Semakin ketosis maka semakin besar kemampuan toleransi terhadap karbohidrat.

Dengan ketogenesis kita juga akan menggantikan dominasi penggunaan glukosa di otak diganti dengan ketone. Otak akan mengenali substrate apa yang dibutuhkan untuk membuat ketone, dan akan tau pula dimana lokasi dari substrate pembuat ketone ini.

Otak akan mengkalkulasi ulang sumber kalori yang dibutuhkan untuk sustain (menopang) kebutuhan energi sehari. Otak akan menentukan lewat pengaturan hormon GHRELIN (Hunger) dan LEPTIN (Satiety) yang sudah lebih sensitif.

Gambar diatas menggambarkan perbedaan saat tubuh hanya bisa memakai glukosa sebagai sumber energi dibandingkan dengan tubuh yang sudah bisa memakai lemak sebagai sumber energi.


INTISARI DARI PROGRAM KETO FASTOSIS ADALAH
* PENGUASAAN KONDISI PUASA
*TIDAK MAKAN KARBOHIDRAT KECUALI HANYA:
*KURANG DARI 10 GRAM/HARI DI MASA INDUKSI.
*KURANG DARI 15 GRAM/HARI DI MASA KONSOLIDASI.
*KURANG DARI 20 GRAM/HARI DI MASA MAINTENANCE.
*LEBIH BANYAK ASUPAN LEMAK


Untuk Program i-ketofast bisa buka link dibawah ini:
http://santiharmoetadji.blogspot.co.id/2016/12/fase-program-i-ketofast.html

Untuk Protokol Keto Fastosis bisa buka link dibawah ini:
http://santiharmoetadji.blogspot.co.id/2016/12/protokol-keto-fastosis.html