Selasa, 27 Agustus 2013

YOUR PROMISE IS MY ONLY HOPE

Apa yang menyebabkan seseorang mau bersusah payah, berusaha keras, berjuang mati-matian, melakukan apapun, bahkan mengorbankan apapun?

Seorang perkerja mau berpanas-panas, berhujan-hujan karena berharap dapat upah. Seorang nelayan berani menerjang ombak, menantang badai karena berharap tangkapan. Seorang pejuang tidak takut senjata tidak gentar menyerbu musuh karena berharap kemenangan.
         
Semua yang mereka lakukan adalah demi sebuah HARAPAN. Harapan bisa datang dari diri sendiri, dari lingkungan, dari keluarga, atau dari orang lain. Dan harapan terbesar adalah yang dijanjikan oleh Allah SWT. Jika manusia yang memberi harapan, karena keterbatasannya sebagai manusia, harapan itu belum tentu bisa terwujud. Namun jika Allah yang memberi harapan, karena kekuasaan-Nya yang tanpa batas, harapan itu pasti akan terwujud. Innallaaha laa tukhliful mii'ad.
                                                                                                      
Mahasuci Allah yang ditanganNya-lah segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Mahapengampun (QS. Al Mulk: 1-2)
                                     
Jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya selain Dia. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas segala sesuatu (QS. Al-An'aam:17)
                                    
Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagimu, maka tidak ada yang dapat menolak karuniaNya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hambaNya Dia Mahapengampun, Mahapenyayang (QS. Yunus:107)
                                           
Katakanlah (Muhammad), "Wahai hamba-hambaKu yang beriman, bertaqwalah kepada Robbmu." Bagi orang-orang yang berbuat baik, di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas (QS. Az-Zumar: 10)
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami (QS. Al-Anbiya': 35)
Dan Kami pecahkan mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang sholih dan ada yang tidak demikian. Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (pada kebenaran) (QS. Al-A'raaf:168)
       
                     
       
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan 'Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'un' (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh sholawat dan rahmat dari Robb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. Al-Baqarah: 155-157)

Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan pada dirinya, maka dia memberikan cobaan kepadanya (HSR. Bukhori No.5645)

Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit atau sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan dosa-dosanya bersamanya, seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya (HSR. Bukhori  No.5660 dan Muslim No.2571)


Tidaklah seorang mukmin ditimpa rasa sakit yang terus-menerus, kepayahan, penyakit, kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya (HSR. Muslim No.2573)

Sesungguhnya Allah benar-benar akan menguji hambaNya dengan penyakit sehingga ia menghapuskan setiap dosa darinya (HSR. Al-Hakim (I/347-348))

Tidaklah seorang hamba ditimpa suatu musibah lalu mengucapkan 'Sesungguhnya kami milik Allah dan akan kembali kepadaNya. Ya Allah, berilah aku ganjaran dalam musibahku ini, dan berikanlah ganti kepadaku dengan yang lebih baik daripadanya' Melainkan Allah memberikan pahala dalam musibahnya itu dan menggantikan untuknya dengan yang lebih baik daripadanya. (HSR. Muslim  No.918(4))

Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya (HSR. Muslim No.2572)

Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tidak ada satu amal yang bisa mengantarkannya ke sana. Maka Allah senantiasa mencobanya dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia bisa sampai pada kedudukan itu. (HSR. Abu Ya'la No.6069)

Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka itu dikelilingi dengan berbagai macam syahwat. (HSR. Bukhori no. 6487 dan Muslim no. 2822, 2823)

Wahai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhoan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridhoi pahalamu selain surga. (HR. Ibnu Majah no. 1597)

'Atho' bin Abi Robah rohimahullah berkata: Ibnu 'Abbas ra berkata kepadaku: "Maukah kutunjukkan kepadamu salah seorang wanita penghuni surga?" Saya jawab: "Ya" Beliau berkata: "(Yaitu) wanita yang hitam itu. Ia pernah datang kepada Nabi dan berkata: "Aku terkena penyakit ayan, dan auratku selalu terbuka (jika penyakitnya kambuh), maka berdo'alah kepada Allah untukku." Nabi SAW bersabda kepadanya: "Jika engkau mau, engkau bisa bersabar dan bagimu adalah surga. Dan jika engkau mau, aku akan berdo'a kepada Allah agar memberikan kesembuhan kepadamu." "Aku bersabar," jawab wanita itu. Lalu ia berkata lagi: "Sesungguhnya aku takut auratku terbuka, maka berdo'alah kepada Allah bagiku agar auratku tidak terbuka." Maka beliau berdo'a untuk wanita itu." (HSR. Bukhori No.5652 dan Muslim No.2576)
                          
Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS. Al-Insyiroh 5-6)


       


       
         

Jumat, 23 Agustus 2013

MY FAMILY, MY SPIRIT

Keluarga, kata yang menggambarkan dekatnya sebuah hubungan, baik karena pertalian darah maupun karena ikatan pernikahan. Di jaman seperti saat ini, kekeluargaan, telah menjadi barang yang langka. Kebanyakan orang sibuk dengan dirinya sendiri, mereka melakukan apapun hanya untuk kepentingan dirinya. Ketika seseorang berada dalam kejayaan, sangatlah wajar jika banyak orang mengerumuninya, saling berlomba untuk menarik perhatiannya, untuk menyenangkan hatinya. Karena apa? Karena ingin mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. Tapi ketika seseorang berada dalam kesusahan, maka hanya orang-orang yang tuluslah yang akan ada disisinya.

Aku sangat bersyukur punya keluarga yang sangat baik, saling menyayangi, saling membantu, dan tak henti memberi support. Ketika aku dalam masa yang sulit, maka merekalah yang selalu ada untukku. Alhamdulillah.

Ketika kita sakit, maka ujian dan penderitaan itu tidak hanya kita sendiri yang merasakannya, tetapi orang-orang di sekitar kita mau tidak mau juga merasakan dampak yang tidak ringan. Suamiku, orang yang paling banyak terkena imbasnya baik moril maupun materiil. Sangatlah tidak mungkin seorang suami senang atau bahagia ketika istrinya sakit. Dengan biaya pengobatan yang tidak sedikit, tentunya membutuhkan pengorbanan yang besar. Inna lillaahi wa inna ilaihi roojiuun. Dengan segala kesulitan itu, dia tidak pernah mengeluh dan selalu meyakinkan diriku bahwa aku bisa sembuh, dia selalu optimis, dan pantang menyerah. Ibaratnya kita terbentur jalan buntu, dia masih berusaha keras untuk mencari celah, walaupun ibaratnya itu hanyalah sebuah lubang tikus, agar kita bisa terus melangkah, untuk menatap hari esok. Dengan segala kekurangan yang ada pada diriku saat ini, dia tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya yang sangat besar kepadaku. Alhamdulillah.Untuk menghibur diri, kadang kejadian pedih itu kita jadikan bahan candaan. Ya, begitu banyak yang berubah di kehidupan kami. Suatu saat dia bilang, "Ma, kalo kamu tinggalkan aku secepat ini bagaimana caraku ngurus empat anak itu. Seandainya kamu tidak bisa pulih 100% tapi kehadiranmu sangat berarti, seperti cahaya di rumah ini, sumber semangat bagiku dan anak-anak. Selama kamu berobat, rumah ini terasa suram, kehilangan keceriaanmya."

Itu pula yang dikatakan anak perempuanku, ketika beberapa bulan aku gak pulang ke rumah. "Ma, kapan uma boleh pulang sama dokter, semangat hidupnya Qoni sudah hampir habis. Uma cepet pulang ya, Qoni kangern banget." Walaupun setiap hari dia sudah telpon, atau dia tulis surat yang dititipkan abahnya jika menjengukku. 

Demikian juga anakku yang paling kecil yang saat itu masih berusia 6 tahun. Malam sebelum aku berangkat berobat, dia bilang sama abahnya, " Abah, boleh adik pinjem mesin ketiknya?" "Iya pake aja." kata abahnya. Kulihat dia ngetik surat, kemudian diberikannya padaku, "Uma, ini surat dari adik, Uma simpen ya?" katanya. Isinya benar-benar membuatku nggak bisa menahan airmata. "Uma, adik sayaaaaaaaaaang sekali sama uma. Uma cepet sembuh ya, uma cepet pulang. Adik kangeeeeeeeeeen sekali. Hilang kebahagiaannya adik kalo uma pergi." Padahal berangkat aja belum. Tapi itulah ungkapan jujur anak kecil. 

Semua itu membuat kita semakin sadar betapa berartinya hidup kita untuk orang2 di sekitar kita.
Kadang suamiku juga bercanda, "Ma, dilarang saling mendahului ya. Jangan mencuri start untuk beristirahat duluan, tugas belum selesai, amanah belum tuntas. Enak yang duluan, yang ditinggal ini, berat." katanya. He-he-he ada-ada saja dia, kayak tulisan di bus kota 'Sesama bis kota dilarang saling mendahului'.
       
Ibuku yang sudah berusia 70 tahun, yang punya hati lembut, siang malam tidak pernah berhenti berdoa untukku, juga untuk saudara2ku yang lain tentunya. Tahun 2012 itu beliau beserta adikku pergi berhaji. Di Haramain beratus kali atau bahkan beribu kali rintihan doanya untuk kami. Beliau selalu menanyakan keadaanku, dan selalu berusaha untuk membantuku. Kadang aku berpikir bukankah seharusnya aku yang membantu beliau? Tapi inilah kenyataan hidup, rahasia yang tidak mampu kita prediksi. Yang namanya takdir, hanya Allah yang kuasa menentukannya, diluar batas kemampuan manusia. Suatu saat beliau menghampiriku, memberiku sebuah gelang seraya berkata, "Ambillah gelang ini, kamu boleh memakainya, atau kamu bisa menjualnya jika kamu butuhkan." Subhanallah, begitu besar semangat untuk membantuku, dengan apapun yang beliau punya. Aku tentu tidak akan bisa membalas semua jasa ibu. Tapi ada yang bisa, bahkan bisa melipat gandakannya, yakni Allaahu robbiy. Karena itu aku tidak pernah lupa untuk selalu menyebut ibu dalam doaku.

Ayahku sudah meninggal tahun 2008. Beliau panutan dalam keluarga. Seorang guru yang baik, jujur dan bertanggungjawab. Beliau mendidik kami dengan sangat baik. Semoga Allah mengampuni dosanya, menerima amal ibadahnya, dan memberikan tempat yang baik di sisiNya.

Kakakku yang pertama seorang analis kesehatan, bekerja di RS. Dia yang sangat banyak membantuku selama proses pengobatan. Di rumahnya aku tinggal, selama aku berobat di Surabaya. Menggunakan fasilitasnya, mobilnya, dan juga bantuan uangnya.

Kakakku yang kedua seorang guru. Dia sangat banyak memberiku semangat dan nasehat. Dia memang penyabar, jadi cocok kalau selalu menasehatiku untuk sabar, dan meyakinkan diriku bahwa aku pasti mampu melewati masa sulit ini, aku harus kuat demi anak-anak. Dia juga membantuku secara finansial.

Kakakku yang ketiga sudah pergi menghadap Allah pada tahun 2005, di usia yang masih muda, 38 tahun. Semoga Allah mengampuni dosanya, menerima amal ibadahnya, dan memberikan tempat yang baik di sisiNya. Istri dan kedua anaknya sampai saat ini tetap akrab dengan keluarga kami, seperti dulu, tidak ada yang berubah, Alhamdulillah. Kakak iparku ini juga sangat banyak membantuku, moril dan materiil, padahal dia single parent yang harus berjuang keras untuk menjadi ibu sekaligus bapak. Subhanallah. Salut untuknya.

Aku anak keempat, adikku, anak nomor 5 seorang akuntan. Alhamdulillah dia sangat baik, sangat banyak membantuku secara finansial. Adikku yang paling kecil seorang konsultan. Dia juga tidak mau kalah untuk ikut membantuku. Terimakasih untuk saudara-saudaraku semua beserta suami/istri dan keluarganya.

Selain mereka masih banyak paman-paman, bibi-bibi, sepupu-sepupu, kenonakan-keponakan dan kerabat lain yang mensupportku. Demikian pula teman-teman dan tetangga-tetangga, mereka sangat baik dan perhatian kepadaku, sering menjengukku dan memberikan support. Terima kasih untuk semuanya. Alhamdulillaah.

Aku mungkin tidak bisa membalas semua bantuan mereka, satu per satu, aku hanya bisa memohon agar Allah yang membalasnya dengan balasan yang berlipat. Dia yang Mahakuasa atas segalanya, Dia yang Mahakaya, Dia yang cepat perhitungannya, Allaahu Jazaa'u Khoirul Jazaa'.Innalallaha laa tukhliful mii'ad

Kadang aku merasa sangat banyak berutang budi. Tapi aku berusaha ikhlaskan diriku, aku pasrahkan diriku untuk menjadi 'Ladang Amal' bagi orang-orang disekitarku. Dengan sakitku ini, membuka kesempatan bagi banyak orang untuk menginfakkan hartanya, memberikan tenaganya untuk merawatku, meluangkan waktu dan perhatiannya untuk menjengukku atau mengabarkan keadaanku, juga mensedekahkan doanya untukku. Subhanallah, betapa bermaknanya semua rangkaian peristiwa ini, saling terkait dengan sangat indah.

Begitu banyak pahala yang Allah janjikan untuk dilimpahkan bagi mereka yang menjenguk orang sakit, dan yang bersilaturrahmi karenanya. Berbuat baik pada orang lain ibarat pisau bermata 2, membawa kebaikan untuk yang dibantu tapi juga membawa kebaikan untuk diri sendiri. Robbanaa maa kholaqta haadza baatila, tidak ada yang sia-sia apapun yang diciptakan Allah dalam segala bentuk.

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: يَا ابْنَ آدَمَ، مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِيْ. قَالَ: يَا رَبِّ، كَيْفَ أَعُوْدُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ؟ قَالَ: أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِيْ فُلاَنًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ، أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِيْ عِنْدَهُ

Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman pada hari kiamat: Wahai anak Adam, Aku sakit namun engkau tidak menjenguk-Ku. Ia berkata: Ya Rabb, bagaimana aku menjenguk-Mu sementara Engkau adalah Tuhan alam semesta? Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku fulan sakit tapi engkau tidak menjenguknya, tidakkah engkau tahu, bila menjenguknya niscaya engkau akan mendapati-Ku ada di sisinya? (HR. Muslim)

مَنْ أَتَى أَخَاهُ الْمُسْلِمَ عَائِدًا مَشَى فِي خَرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ، فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ

Barang siapa yang mendatangi saudaranya muslim (yang sakit) untuk menjenguknya, maaka seakan-akan ia berjalan di kebun surga hingga ia duduk. Apabila ia duduk, rahmat (Allah) akan meliputinya. Bila ia berkunjung di waktu pagi hari, maka tujuh puluh ribu malaikat akan bersalawat kepadanya hingga sore hari, dan bila ia berkunjung di sore hari, tujuh puluh ribu malaikat tersebut akan bersalawat kepadanya hingga pagi hari. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Syaikh al-Albani berkata: Hadist sahih) 
     

          مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللَّهِ نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْزِلاً

Barangsiapa yang menjenguk orang sakit atau berkunjung kepada saudaranya karena Allah, akan ada penyeru yang berseru, “Alangkah baiknya dirimu, alangkah baiknya langkahmu, engkau telah menempati tempat tinggal di surga”. (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Lihat: Sahih at-Tirmidzi, no. 1633. Lihat kitab Mausu’ah al-Adab al-Islamiyyah karya Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, hlm. 623)




















Kamis, 01 Agustus 2013

WHAT IS THIS?

Musibah, ujian, cobaan atau apapun namanya sudah pasti akan menguras pikiran, tenaga, biaya dan juga segala potensi diri kita. Karena semuanya saling terkait. Ketika hal itu datang, dengan atau tanpa kita prediksi sebelumnya maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah tenangkan pikiran, tata hati, kemudian muhasabah atau instropeksi diri.

Allah menciptakan segala sesuatu sudah pasti bukan tanpa tujuan, juga bukan tanpa manfaat. Tidak ada sesuatupun yang diciptakanNya sia-sia. Tidak ada sesuatupun yang terjadi di dunia ini kecuali telah ditetapkan olehNya, dan diijinkan terjadinya.

Ketika datang tamu tak diundang yang namanya penyakit, apalagi tergolong berat, Subhanallah, astaghfirullahal'adhim. Segera kutanamkan pada diriku bahwa ini adalah takdirku, mau tidak mau, suka tidak suka, aku harus menjalaninya, aku harus sabar, aku harus ikhlas. Jika tidak sabar, tidak ikhlas akan rugi. Hanya dapat susahnya tidak dapat hikmahnya. Setelah itu baru berpikir apa yang harus aku lakukan, jalan mana yang akan kutempuh sebagai ikhtiar.

Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya.(HSR. Bukhori no. 5678)


Setiap penyakit ada obatnya, jika suatu obat itu tepat untuk suatu penyakit, maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah SWT. (HSR. Muslim no.2204)


Suatu saat sempat aku bilang sama suamiku, "Mas, kenapa aku bisa kena penyakit ini, kenapa bukan orang-orang yang suka mengumbar auratnya itu yang diberi penyakit ini? kenapa harus aku?". Padahal aku sudah berhijab sejak remaja, yang kuingat kala itu yang berhijab di kampusku masih sangat sedikit. Alhamdulillah, aku satu diantaranya. Aku juga ingat kala itu Bapak sangat marah dan tidak mengijinkan aku berhijab, hingga aku tidak pernah diajak bicara sampai beberapa bulan. Karena tidak ingin durhaka pada orangtua, maka aku hanya diam saja, dengan tetap berusaha istiqomah. Alhamdulillah, lama-kelamaan Bapak luluh juga, dan membiarkanku tetap berhijab. Thank you Dad, I love you so much.

Jawaban suamiku membesarkan hatiku, dia bilang, "Jika penyakit ini diberikan kepada mereka yang suka mengumbar aurat, maka itu adalah bala' atau hukuman. Bersyukurlah kamu karena kamu tidak seperti mereka, jadi ini bukan hukuman. Ini ujian atau cobaan."
Walaupun tidak aku pungkiri, kemungkinan adanya dosa-dosa yang ada pada diriku. Aku bukan malaikat, bukan pula seperti Rosulullah Muhammad SAW yang ma'sum. Aku tidak luput dari dosa. Yang penting aku tidak pernah dengan sadar atau sengaja  untuk berbuat dosa. Wallaahu'alam, astaghfirullah.

Sebagaimana orang bersekolah, kehidupan ini juga punya jenjang. Siapapun yang ada di dalamnya, yang pandai, yang setengah pandai, yang setengah bodoh, maupun yang bodoh, semua harus melewati ujian untuk bisa naik kelas. Yaaa... ujian tidak pandang bulu, siapapun dipaksa untuk menjalaninya, hingga dia bisa menjustice, seseorang lulus atau tidak. Semakin tinggi jenjang yang akan diraih, tentunya semakin sulit ujian yang harus dihadapi, dan semakin rumit soalnya.

Aku harus merenda ulang pemahaman tentang hakekat dari semua ini. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Segala yang di dalamnya akan  berubah, akan berganti, atau bahkan akan menghilang. Tidak ada kebahagiaan yang abadi, pun demikian pula kesedihannya. Suatu saat pasti akan sirna. Sedahsyat apapun badai, suatu saat dia pasti reda, seterik apapun mentari, ada saatnya dia tenggelam. Secantik apapun bunga mekar, ada saatnya dia layu. Seindah apapun pelangi, ada saatnya dia pudar.Suatu saat aku pernah berobat pijat kepada seorang kakek yang umurnya hampir seratus tahun. Dia bilang, "Ning, orang puasa saja ada bukanya, orang sakitpun pasti ada masanya sembuhnya." Ya.... ..betul mbah, anda tidak salah. Insya Allah...

Ujian dan cobaan akan selalu mengiringi langkah manusia, dengan wujudnya yang berbeda-beda. Suatu saat dia datang dengan label kecantikan, kebugaran, kepandaian, harta yang melimpah, anak-anak, karir, dan segala hal yang menyenangkan. Ada kalanya dia datang dengan label penyakit, kekurangan fisik, kemiskinan, penderitaan, dan segala hal yang menyusahkan. Ketika kesenangan yang datang maka syukur yang menjadi kewajiban. Ketika kesusahan yang menghampiri maka sabar kuncinya.
       
Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal itu tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan itu merupakan kebaikan baginya. (HSR. Muslim no.2999)

Apa makna kesenangan dan kesusahan? Untuk apa manusia harus mengalami itu semua? Kesenangan akan membuat kita bersemangat, akan membuat kita bisa mengagumi ciptaan Allah, akan membuat kita mengakui Keagungan Sang Pencipta. Sementara kesusahan akan membuat kita introspeksi diri, akan membuat kita lebih kuat, dan akan mengikis kesombongan diri. Ingatkah tentang Fir'aun yang begitu sombong, karena dia tidak pernah sakit dan tidak ada yang mengalahkan kekuatannya saat itu.

Selain itu bukankah fenomena dunia ini banyak yang mengacu pada relativitas? Kita bisa mengatakan ini baik karena ada yang jelek, ini tinggi karena ada yang rendah, ini panjang karena ada yang pendek....dst. Jadi kita bisa mengatakan ini kesenangan, tentu karena kita pernah mengalami yang menyusahkan. So, keduanya kita butuhkan, agar kita bisa merasakan bahwa kesenangan itu memang menggembirakan dan kesusahan itu adalah harapan agar bisa merasakan kesenangan. So, don't worry, Allahurrohmaanurrohiim.