Kamis, 28 Agustus 2014

LAUTAN BERKAH KALIMAT THOYYIBAH

Dalam bertutur-kata kita dianjurkan untuk menggunakan kalimat-kalimat yang baik (kalimat thayyibah) yakni berupa ungkapan dzikir (mengingat Allah dengan menyebut asma-Nya). Kalimat thoyyibah juga merupakan kalimat tauhid, yaitu ucapan yang menandakan keimanan, menuntun kepada kebajikan dan menghindari kemungkaran.

“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.”
(QS Ibrahim 24-25).

Macam-macam kalimat thoyyibah yaitu:

1. BASMALAH, bacaannya adalah: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Yang artinya: Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Bacaan basmalah diucapkan setiap kali kita akan mengawali suatu pekerjaa atau perbuatan.

Keutamaaan bacaan basmalah adalah:

a. Untuk menjaga diri dari niat buruk. Dengan basmalah membuat kita malu jika bermaksud akan melakukan hal-hal yang buruk. Karena niat buruk bersumber dari syaithon, ketika kita lafadzkan asma Allah, maka larilah makhluq durhaka itu.

b. Mengingatkan kita bahwa Allah selalu mengawasi kita, sehingga menghindarkan kita dari perbuatan buruk. Jika aparat penegak hukum saja bisa dijadikan alat untuk menekan atau menghalangi kejahatan, apalagi jika sadar bahwa yang mengawasi adalah Dzat yang Maha Melihat dan Maha Mendengar, tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur.

c. Memberikan harapan bahwa pekerjaan yang akan kita lakukan dapat terlaksana dengan baik dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

d. Menumbuhkan ketawakalan, berserah diri pada yang mengatur kehidupan, yakni Allah Ta’ala.

Rasulullah Saw. bersabda, “Tiap-tiap urusan penting menjadi putus berkahnya jika tidak dimulai dengan ucapan Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.” (HR. Ar-Rahawy).

2. HAMDALAH / TAHMID, bacaannya adalah: اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعاَلَمِينَ

Yang artinya: Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Bacaan hamdalah atau tahmid diucapkan setiap mengakhiri suatu perbuatan atau setiap mendapatkan anugerah dari Allah SWT.

Keutamaan bacaan hamdalah adalah:

a. Meyakinkan diri bahwa segala sesuatu terjadi karena pertolongan Allah SWT.

b. Jika sesuatu yang terjadi itu kurang baik namun tetap disyukuri, maka akan tetap terasa nikmat, dibandingkan jika sesuatu yang terjadi itu lebih buruk lagi.

c. Jika sesuatu yang terjadi itu lebih baik dan juga disyukuri, maka kenikmatan yang dirasakan akan berlipat ganda.

Allah Swt. berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim (14) : 7).

3. TASBIH, bacaannya adalah: سُبْحاَنَ اللهِ

Yang artinya: Maha Suci Allah. Bacaan tasbih digunakan untuk:

a. Mengakui kesucian Allah SWT yang terbebas dari segala hal yang dipersekutukan oleh kaum kafir. Penggunaan untuk hal ini yang paling banyak dipakai dalam Al-Qur’an berdasar beberapa ayat yang cukup banyak jumlahnya, diantaranya:

QS. Ath-Thu ayat 52: Ataukah mereka mempunyai Tuhan selain Allah. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

QS.Yusuf: 108: Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

QS. Al-Anbiya’ ayat  22:  Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. 

b. Sebagai pengingkaran terhadap sifat-sifat buruk yang dituduhkan oleh orang-orang kafir. Ini berdasarkan Firman Allah SWT:

QS. Maryam ayat 35: Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia. 

QS. An-Nah ayat 57: Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki).

QS. Mukminun ayat 91: Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,

c. Menyatakan kekaguman terhadap ciptaan Allah SWT dan terhadap apa yang ditetapkan Allah SWT.

QS. Ali Imron  aya  91: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

QS. Zukhruf ayat 13: Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,

QS. Isro’ ayat 1: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

d. Menyatakan rasa syukur dengan mengagungkan asma Allah SWT.

QS. Ar-Ruum ayat 17: Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh,

QS. Yasin ayat 36: Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

4. TAHLIL, bacaannya adalah: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ

Yang artinya: Tiada Tuhan selain Allah.
Bacaan tahlil ini dimaksudkan untuk mengakui keesaan Allah SWT, sebagai penafian terhadap ilah-ilah yang lain, dan penegasan bahwa hanya Allah SWT satu-satunya Dzat yang berhak untuk diibadahi. Sungguh, Allah Ta’ala adalah Dzat yang sama sekali tidak membutuhkan siapa pun. Dia Maha Kuasa. Tiada Tuhan selain Allah Ta’ala.

Rasulullah SAW bersabda: “Seutama-utama dzikir ialah laa ilaaha illallaah, dan seutama-utama doa adalah alhamdulillâh.” (HR. Ibnu Majah).

Kalimat tahlil ini mempunyai makna dan konsekuensi yang sangat luas. Perlu pembahasan khusus untuk itu. Yang penting untuk diperhatikan adalah cara pengucapannya. Banyak kaum muslim yang membaca tahlil dengan hitungan sekian, atau sekian. Tapi melafadzkannya dengan cepat dan tidak jelas. Ini sangat disayangkan karena akan melenceng dari arti yang sebenarnya. Ada pula yang mengucapkannya tidak lengkap misalnya Laa ilaah saja, atau dipelesetkan jadi ceilah, Astaghfirullaah, itu artinya tidak ada Tuhan. Jadi ucapkan dengan pelan, jelas, lengkap, diresapi dan dihayati.

5. TAKBIR, bacaannya adalah: الله اکبر

Yang artinya: Allah Maha Besar. Kalimat ini mengandung arti ungkapan penetapan akan keagungan atau kebesaran Allah Ta’ala dan tidak ada yang melebihi kebesaran-Nya. Kalimat ini diucapkan tatkala kagum akan sesuatu dan untuk mengakui kekuasaan Allah SWT yang tanpa batas, tidak ada yang mampu mengalahkan-Nya. Merasa diri kecil, tidak ada apa-apanya, tidak punya kuasa apapun dibandingkan kebesaran Allah SWT.

6. HAUQOLAH, bacaannya adalah: لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ باِللهِ

Yang artinya: Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan ijin Allah. Bacaan ini diucapkan tatkala:

a. Ber’azzam (bertekad) akan melakukan suatu pekerjaan (yang berat). Kalimat ini sebagai wujud sikap tawakal seseorang, sekaligus mengharap bantuan kekuatan dari Allah SWT.

b. Telah selesai melakukan suatu pekerjaan (yang berat), sebagai pengakuan akan kelemahan diri sendiri dan penegasan bahwa semua itu bisa dilakukan karena bantuan kekuatan dari Allah SWT.

QS.Al-Kahfi ayat 39: Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "Maasya a Allaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan”.

Abu Musa Al-Asy’ari berkata, “Pada suatu ketika Nabi menaiki suatu pendakian. Ketika seorang lelaki sampai ke puncaknya, berserulah lelaki itu dengan ucapan yang keras, ‘La ilaaha illallaah wallaahu akbar.’ Mendengar itu, Nabi SAW bersabda kepada Abu Musa, ‘Kamu sebenarnya tiada menyeru orang yang jauh darimu.’ Sesudah itu, Nabi bersabda, ‘Apakah tidak lebih baik aku tunjukkan kepadamu suatu kalimah dari perbendaraan surga?’ Abu Musa menjawab, ‘Baik ya Rasulullah.’ Maka Nabi SAW bersabda, ‘Kalimah itu adalah: Laa haula walaa quwwata illaa billaah’. (HR. Bukhari dan Muslim).

7. HASBALAH, bacaannya adalah: حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

Yang artinya: Cukuplah bagiku Allah saja, Dialah sebaik-baik penjaga. Bacaan ini diucapkan:

a. Sebagai pengakuan bahwa hanya Allah SWT satu-satunya tempat bergantung, tempat bermohon, dan penjaga yang tidak pernah lengah.

b. Ketika seseorang berada pada keadaan atau tempat yang sangat sulit, begitu pula ketika menghadapi masalah rumit atau musuh yang sangat kuat.

QS. Ali Imron ayat 173: (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung".

c. Sebagai keridloan yang sangat atas segala ketentuan Allah SWT.

QS. At-Taubah ayat 59: Jikalau mereka sungguh-sungguh ridlo dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).

QS.At-Taubah ayat 159: Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung".

8. ISTIGHFAR, bacaannya adalah: أَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ

Yang artinya: Saya memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung. Bacaan istighfar ini digunakan:

a. Sebagai ungkapan permohonan ampun kepada Allah SWT. Manusia adalah makhluk tak sempurna yang sering salah, khilaf dan berbuat dosa. Istighfar sebagai penghapus dosa-dosa tersebut agar tidak menumpuk dan supaya tidak berkembang menjadi dosa yang lebih besar.

QS. Ali Imron ayat 135: Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

b. Agar diturunkan hujan yang lebat. Jika akan dilaksanakan sholat sunah istisqo (meminta hujan), terlebih dulu membaca istighfar yang banyak.

c. Agar dibanyakkan harta, anak-anak dan didatangkan kemakmuran.

Maka aku(Nabi Nuh AS) katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS Nuh: 10-12)

d. Agar diberi tambahan kekuatan.

QS. Huud ayat 52: Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa."

9. INSYA ALLAH: إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Yang artinya: Jika Allah menghendaki. Bacaan ini biasa diucapkan ketika:

a. Berniat hendak melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Kalimat ini mengingatkan kita bahwa kehendak Allah adalah di atas segalanya. Tak seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang.

QS. Al Kahfi ayat 23-24: Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya-Allah".Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini".

b. Digunakan sebagai harapan atau permohonan agar Allah memberikan sesuatu di waktu mendatang.

Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik".

Sangat disayangkan dewasa ini banyak orang mempergunakan kalimat ini secara keliru, sehingga berkembang anggapan bahwa kalimat mulia ini diucapkan sebagai kelonggaran untuk tidak menepati janji. Padahal seharusnya dengan mengucap Insya Allah justru merupakan janji yang sudah pasti akan ditepati menurut perhitungan manusia, namun tetap disertai kepasrahan terhadap kehendak Allah jika ternyata ada penghalang yang tidak terelakkan.

10. MAASYAA  ALLAH: مَا شَاءَ اللَّهُ

Yang artinya: Allah telah berkehendak akan hal itu. Ungkapan ini dipakai untuk:

a. Menggambarkan kekaguman kepada ciptaan Allah SWT, sekaligus sebagai pengingat bahwa semua itu bisa terjadi hanya karena kehendak-Nya. Kalimat ini diucapkan tatkala  mengetahui sesuatu yang hebat atau yang luar biasa. Sesuatu yang luar biasa itu bisa berupa kebaikan misalnya keindahan alam, kehebatan akal, dsb namun bisa pula berupa bencana misalnya tsunami, angin topan, petir, gunung meletus dsb.

b. Menggambarkan bahwa Allah kuasa atas segalanya. Misalnya: Allah kuasa membuat hambanya yang miskin menjadi kaya (QS. At-Taubah: 28), kuasa member manfaat dan madlorot (QS. AL-A’raaf: 188), kuasa memberikan surge atau neraka (QS. Al-An’am: 128), dan masih banyak yang lainnya.

11. ISTIRJA', bacaannya adalah: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
                                     
Yang artinya: Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kita kembali. Bacaan ini diucapkan ketika menghadapi musibah, misalnya kematian, kehilangan harta, atau kehilangan apa-apa yang telah kita miliki sebelumnya.

Dzikir ini akan membantu kita untuk berlapang dada dalam menghadapi setiap peristiwa. Semakin dalam seseorang menghayati hikmah dzikir ini, semakin ringan menghadapi problema hidup dan semakin ikhlash menerima ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT, karena yakin bahwa semua akan kembali pada Sang Pencipta yaitu Allah SWT.


QS. Al-Baqoroh ayat 155-156: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaailaihi raaji`uun"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar