Rabu, 11 September 2013

ANTARA PENGOBATAN ALTERNATIF, OBAT HERBAL DAN TINDAKAN MEDIS

Tulisan ini tak hendak untuk men-discredit-kan atau men-justice sesuatu ataupun seseorang, ini hanyalah apa yang aku alami, aku pikirkan dan aku rasakan. Sebagai seorang muslim wajib hukumnya untuk berikhtiar. Rasulullah Shollallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda bahwa Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya. Dan setiap penyakit ada obatnya, jika suatu obat itu tepat untuk suatu penyakit, maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Lalu dengan cara apa dan kemana kita berobat? Hal terpenting adalah mencari obat atau pengobatan tidak dilakukan dengan barang haram dan tidak mengandung kesyirikan. Rasulullah Shollallaahu 'Alaihi Wasallam juga telah bersabda bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak menjadikan kesembuhan penyakit pada apa-apa yang diharamkan.

          PENGOBATAN ALTERNATIF
Saat sakit banyak sekali teman-teman maupun saudara-saudara yang menyarankan untuk berobat ini-itu, kesana-kemari. Untuk mengambil pengobatan alternatif, hal pertama yang harus ditanyakan adalah: siapa pengobatnya dan bagaimana cara pengobatannya. Jika tidak sesuai dengan syari'ah maka jangan diikuti seperti memindahkan penyakit ke media lain, dibedah oleh makhluk yang kasat mata (ini ada di daerah tempatku tinggal). Orang kadang tidak sabar, ingin cepat sembuh, sehingga tidak menggunakan pemikiran yang panjang untuk berobat. Na'udzubillaahi mindzalik.

Pengobatan alternatif yang pernah aku lakukan adalah terapi warming yaitu pemanasan dengan suhu tertentu di titik-titik simpul syaraf dengan tujuan melancarkan peredaran darah. Pernah juga dengan accupressur atau semacam pijat refleksi. Pemijatan atau penekanan dilakukan di titik-titik simpul syaraf di kaki, tangan, wajah dan punggung. Tiap paketnya sampai puluhan kali. Heem......lumayan juga.....sakitnya.

Kemudian aku berobat dengan menggunakan terapi sholat tahajud, dilengkapi dengan senam-senam dan dzikir. Menurut pemahamanku metode itu adalah memacu tubuh kita untuk memproduksi zat-zat pelawan penyakit (imunitas). Di dalam tubuh kita zat-zat itu telah tersedia, sebagai bekal dan karunia dari Allah Ta'ala, hanya saja perlu dirangsang agar optimal manfaatnya. Dengan begitu, diharapkan tubuh mampu 'menyembuhkan dirinya sendiri', melalui sarana ibadah. Dari metode ini, hal mendasar yang aku dapatkan adalah penguatan batin dan peneguhan iman. Aku memang tidak pernah meragukan bahwa tahajjud mempunyai banyak fadhilah. Baik secara rohani maupun secara jasmani.

Yang beda dari yang biasa aku lakukan adalah jumlah roka'at dan lamanya. Metode terapi ini adalah dengan sholat tahajud 2 rokaat, yang mana tiap gerakannya lama, berdiri lama, rukuk lama, sujud lama, dst, semuanya lama dengan doa dan bacaan yang panjang. Sehingga untuk sholat 2 roka'at itu bisa sampai 2 atau 3 jam. Hal ini dimaksudkan agar tubuh punya kesempatan cukup untuk mengambil manfaat dari setiap gerakan. Selain itu tentu lebih banyak munajat yang bisa disampaikan.

Hampir satu tahun aku menjalani terapi itu. tapi mungkin karena penyakitnya ganas dan penyebarannya jauh lebih cepat dibandingkan kesanggupan tubuh untuk menyembuhkannya, maka kupikir metode itu tidak bisa berdiri sendiri, harus disempurnakan dengan ikhtiar lain. Disamping itu, menurutku, metode ini efektif untuk pasien yang fisiknya cukup kuat. Jika kondisi fisik tidak cukup kuat untuk itu, maka metode ini perlu disesuaikan dalam jumlah roka'at dan lamanya, yang penting tetep sholat. Wallaahu'alam.

          HERBAL
Obat herbal sering dipromosikan besar-besaran, dengan testimoninya yang menakjubkan. Akupun pernah mencoba segala macam jenisnya. Mulai dari herbal Timur Tengah seperti habbatussauda', madu, air zamzam, kurma ajwa, dll. Kemudian dengan herbal nusantara seperti kunyit putih, daun sirsat, daun sirih merah, kulit manggis, sarang semut, dll. Tak ketinggalan pula herbal cina yang begitu heboh dipromosikan di media, dengan sinshe-nya yang katanya asli dari Tiongkok, dan tidak bisa bahasa Indonesia, jadi pake penterjemah deh......
    
Ketika berobat dengan herbal sangat banyak pantangannya. Lemak, protein dan karbohidrat tidak boleh dikonsumsi. Makanan pedas, manis, dingin, digoreng, dibakar dan masih banyak lagi yang tidak boleh dikonsumsi. Kenapa? Menurut pemikiranku, obat herbal itu jika kita konsumsi maka 'kekuatannya untuk mempengaruhi tubuh' sama besar dengan pengaruh makanan dan minuman yang kita konsumsi. Jadi agar pengaruh obat herbalnya kelihatan, maka 'saingannya' yaitu makanan atau minuman kita harus diminimalkan. Itulah kenapa dibuat daftar pantangan yang sangat banyak.

Hal lainnya yang mungkin kurang maksimal adalah tidak dilakukannya 'observasi awal' yang comprehensive sebelum dilakukan pengobatan, padahal itu yang sangat penting, untuk menentukan kadar dan jenis obatnya. Untuk satu nama penyakit saja, ternyata jenisnya sangat banyak, otomatis penanganannya tidak akan sama. Pengobat herbal atau alternatif jarang menggunakan data seperti itu. Mereka hanya melihat dan mendengar dari kita, gejalanya saja. Padahal ada penyakit yang tidak sama tetapi gejalanya sama atau hampir sama. Pernah aku ke pengobat alternatif dengan membawa semua rekam medis, dia malah bilang nggak usah dilihat itu, ngomong saja apa yang anda rasakan, wow....

Selain itu pengobatan herbal dan alternatif tidak punya 'progress' yang jelas. Perkembangan baik ataupun perkembangan buruknya tidak terpantau dengan baik. Tidak ada parameter yang dipakai secara khusus. Kadang pasien 'merasa sembuh' tapi sebenarnya hanya 'tidak merasakan sakit'. Dua hal yang sangat berbeda antar sembuh dan tidak merasakan sakit. Jika sembuh ya penyakitnya hilang dan pasti rasa sakitnya juga hilang. Tapi kalau sekedar tidak merasakan sakit, bisa jadi memang sudah sembuh, bisa juga penyakitnya masih ada tapi syaraf perasanya melemah akibat adanya zat penahan rasa sakit, atau karena sugesti yang tinggi.

Untuk bisa sembuh dengan herbal atau alternatif juga memerlukan waktu yang lama dan butuh ketelatenan. Kenapa begitu? biasanya obat herbal memakai 'dosis' atau takaran yang kurang pasti. Misalnya segenggam daun A. Bukankah genggaman tiap orang beda? Kalaulah jumlahnya sama, bagaimana dengan kandungannya? Pohon A yang ditanam di daerah X dan yang ditanam di daerah Y dengan lingkungan dan komposisi yang tidak mungkin sama persis, dengan perawatan yang mungkin berbeda, tentu zat yang dikandung juga akan berbeda. Padahal dosis sangat diperlukan untuk efektifitas penyembuhan.

Dengan komposisi originalnya yang masih sangat 'complex' (satu jenis tanaman masih mengandung berbagai jenis zat, belum diextract per zat) itu juga satu hal yang kurang effective, bahkan bisa merugikan. Walaupun begitu bukan berarti tidak ada keunggulannya. Obat herbal yang natural, termasuk 'aman' tanpa efek samping yang memberatkan. Untuk menjaga stamina, meningkatkan daya tahan tubuh, memperbaiki metabolisme, dan mengoptimalkan kerja organ-organ tubuh, obat-obatan herbal bisa diandalkan. Bukankah nenek moyang kita dulu mengandalkan obat-obatan herbal untuk menjaga kesehatannya. Wallaahu'alam

          MEDIS
Jika kita bicara medis, tentu tidak akan terlepas dari dokter, rumahsakit dan segala macam alat-alat dan obat-obatannya. Keunggulannya medis apa?

Tiap kali ke dokter pasti mereka minta data medis yang lengkap, gejala-gejala yang dirasakan, pantauan secara fisik, dsb. Observasi awal pasti dilakukan untuk mendiagnosis penyakit, memastikan penyakitnya, kemudian menentukan tindakan. Salah diagnosis? mungkin juga, jika dokternya dulu waktu masuk sekolah kedokteran nggak lolos, terus bayar ratusan juta jadi lolos, hehehe..... itu yang kita khawatirkan melihat fenomena sistem pendidikan di negeri kita saat ini.....Wallaahu'alam.

Kemudian progress-nya ada, parameter-parameter yang dipakai jelas. Dosis obatnya berdasar research dan experiment, komposisi obatnya juga sudah disesuaikan dengan kebutuhan. Jika sakitnya ringan ya obatnya ringan, kalau sakitnya berat ya obatnya keras. Banyak juga obat-obatan medis yang awalnya memang zat yang diambil dari tumbuhan, kemudian diextract, diteliti dengan percobaan-percobaan, setelah lolos uji maka dibuat sintetisnya agar bisa diproduksi secara masal.

Terus apakah tidak ada sisi buruknya? Pastilah ada. Sinar X, sinar Gamma atau apa namanya yang dipakai untuk radioterapi punya manfaat bisa membunuh sel kanker tapi juga bisa memicu tumbuhnya sel kanker. Itulah kenapa radioterapi ada batas maksimalnya, dan dari satu paket ke paket yang lain ada jeda waktu yang cukup.

Yang sering membuat para pasien kanker ketakutan adalah kemoterapi. Obat-obatan kemo memang sangat keras, itu diperlukan karena memang penyakitnya yang ganas. Karena saking kerasnya, maka side effect-nya juga tidak ringan, walaupun berbeda-beda keadaannya untuk tiap individu. Misalnya pasien A mengalami diare setelah kemo, tapi pasien B malah tidak bisa BAB. Ada pasien yang mungkin karena staminanya sangat bagus, sehingga enak saja dia dikemo, hanya rambutnya saja yang rontok, sementara pasien yang lain susah-payah.

Apalagi yang namanya obat itu tidak bisa milih, mana sel abnormal dan mana sel normal. Sel kanker dan sel-sel lain semuanya dihantam. Itulah kenapa begitu selesai kemo, badan rasanya tidak karu-karuan. Penyakit lama atau bawaan biasanya muncul semua. Yang sebelumnya punya asma, langsung kambuh sesaknya, yang sebelumnya punya sakit maag akan semakin parah, yang punya keturunan DM, langsung tinggi gula darahnya. Organ tubuh yang paling banyak terkena imbas adalah hati, ginjal, jantung, dan lambung. Syaraf juga termasuk. Rambut rontok hampir pasti, sel darah putih anjlok, tidak bisa dihindari. Jika leukositnya masih bisa dinaikkan dengan banyak mengkonsumsi putih telur, sari ikan gabus, daging dll, itu bagus. Tapi jika tidak bisa, maka harus disuntik dengan leucogen. Suntikan yang menyakitkan dan membuat badan panas dingin setelahnya, astaghfirullaah. Malah kalau terlalu rendah leukositnya, harus masuk ruang isolasi agar tidak terinfeksi kuman, karena tidak punya pertahanan tubuh, subhanallah. Untuk itu dokter biasanya meminta pasiennya untuk sebanyak-banyaknya makan agar regenerasi sel yang terkena imbasnya kemo bisa cepat. Juga agar tubuh kuat lagi untuk menerima gempuran obat kemo selanjutnya. Segala makanan dan minuman bergizi boleh, malah harus dikonsumsi. Masalahnya adalah bisa nggak makan banyak? Itulah dia, biasanya sulit, karena setelah kemo tidak ada nafsu makan, seluruh rongga mulut meradang, mual, bahkan muntah-muntah....ya... lebih parah dikitlah daripada orang ngidam.

Pengobatan dengan kemo, berdasarkan pengalamanku, juga mempunyai satu titik dimana ketika kondisi tubuh menurun, maka 'kemampuannya menyembuhkan hampir sama dengan kemampuannya merusak'. Jika sampai pada level seperti itu, maka perlu evaluasi ulang. Untungnya obat kemo banyak macamnya, bisa dicari alternatif yang lebih aman atau bisa juga devided doses.

          PILIHAN
Lalu mana yang harus dipilih? Kalau boleh milih pasti akan milih untuk tidak sakit, jadi tidak perlu obat...... Namun jika terpaksa harus memilih, maka:

1. Pastikan dulu nama dan jenis penyakitnya. Penyakit ini timbul karena apa. Apakah karena disfungsi organ atau ada sesuatu yang mengintervensinya. Ini tentu perlu pemeriksaan medis, tidak bisa dikira-kira.

2. Perlu tahu juga seberapa berat atau ganas penyakitnya. Jika ringan, hanya stamina yang turun, atau daya tahan tubuh yang rendah, atau metabolisme yang kurang sempurna, atau kerja organ tubuh yang kurang optimal, mungkin pengobatan alternatif dan herbal masih bisa dipilih, medispun juga bisa diambil. Namun jika penyakitnya berat atau ganas, maka perawatan medis mungkin lebih tepat. Kan hanya mereka yang punya unit gawat darurat, pengobat alternatif dan herbal nggak punya.......... Maksud saya tenaga medis dan paramedis dengan peralatannya bisa melakukan tindakan yang lebih cepat.

3. Jika bisa dikombinasikan ketiga jenis pengobatan tersebut, tentu akan lebih baik. Alternatif yang berbasis spiritual akan menguatkan mental religi, medis yang berbasis research dan experiment untuk melawan penyakit sebagai pengobatan utama, dan herbal sebagai penunjang untuk memperbaiki dan menguatkan organ-organ tubuh, serta memulihkan stamina

4. Yang terakhir adalah tengok ada berapa digit angka di rekening kita. Kalau banyak digitnya, ya bisa leluasa memilih, namun jika tidak, maka pilih yang cepat dan tepat. Menurut pengalamanku ketiganya hampir sama, not cheap. Bukan materialis tapi itu salah satu sarana penunjang yang penting juga. Don't worry, Insya Allah selalu ada jalan. Aku sangat menghargai program pemerintah dengan Jamkesmas dan Jamkesdanya, bener-bener sangat banyak yang membutuhkannya. Mudah-mudahan pelaksanaannya kedepan bisa lebih tertib, adil dan merata.

Paparan diatas hanyalah dari satu sisi kita sebagai makhluk yang berakal, yang dituntut untuk berpikir, menganalisa dan mengambil kesimpulan dari suatu kejadian. Aku hanya berpikir bahwa Allah Subhanahu Wa Ta;ala mengilhamkan ilmu kepada manusia tentunya agar manusia bisa mengambil manfaatnya. Ilmu apapun itu, baik yang tradisional maupun yang modern, yang otodidak maupun yang fakultatif. Tinggal kita memilih mana yang sesuai dengan kebutuhan kita. Bukankah Allah mengatur kehidupan di dunia ini dengan satu hukum yang namanya sunnatullah. Jika mau kenyang ya makan, jika mau dapat uang ya usaha, jika mau sembuh ya berobat, dst.

Sementara disisi lain sebagai hamba yang beriman, Insya Allah,  aku yakin Allah bisa mendatangkan kesembuhan lewat apa saja. Hanya sebiji kurma, atau selembar daun, atau seteguk air, atau bahkan tanpa sarana materi apapun. Tiap-tiap orang diberi jalan yang berbeda-beda untuk bisa sembuh, tapi kita wajib untuk menyempurnakan ikhtiar. 


 إِنَّمَآ أَمۡرُهُ ۥۤ إِذَآ أَرَادَ شَيۡـًٔا أَن يَقُولَ لَهُ ۥ كُن فَيَكُونُ
   

Related post:

TERAPI HOLISTIK PSIKONEUROIMUNOLOGI TAHAJJUD (bagian 1)
TERAPI HOLISTIK PSIKONEUROIMUNOLOGI TAHAJJUD (BAGIAN 2)
















Jumat, 06 September 2013

AL-MAUT, HOW SCARY IT?

Al-Maut (kematian). Betapa seringnya kita mendengar kata itu, dan betapa seringnya pula kita melihat kejadiannya. Ketika mendengar, membicarakan, atau mengetahui kejadiannya, hati terasa bergetar. Karena al-maut adalah masalah gaib yang sangat sedikit kita ketahui. Belum ada orang yang 'berpengalaman' yang memberi testimoni. Yang kita tahu dan kita yakini hanyalah it will surely come, someday. Kadang dia datang 'dengan permisi' terlebih dahulu, tapi tak jarang dia datang dengan 'tiba-tiba tanpa diundang'.

Sebagaimana menerima tamu, jika tamunya memberi kabar dulu tentu sang tuan rumah bisa bersiap-siap. Membersihkan diri dulu, berpakaian yang baik, menyiapkan hidangan, menata rumah, dan juga membereskan pekerjaannya sehingga bisa menemui tamunya dalam keadaan yang baik dan tanpa beban. Namun jika tamunya datang tanpa memberi kabar, ada 2 kemungkinan. Yang pertama, sang tuan rumah memang selalu siap kapanpun tamunya datang. Yang kedua, sang tuan rumah belum siap menerima tamu. Kita termasuk yang mana? hanya diri kita yang tahu. Alangkah indahnya jika kita dipanggil Allah seperti ini:
   
      

Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Robbmu dengan hati yang ridlo dan diridloi, maka masuklah kedalam barisan hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. Al-Fajr: 27-30)

Kematian memang bukan akhir dari segalanya, tapi justru ia adalah awal dan pintu pembuka untuk kehidupan selanjutnya, kehidupan akhirot, kehidupan panjang yang tidak akan ada al-maut lagi. Ada alam barzah, ada peniupan sangkakala, ada hari kebangkitan, ada padang makhsyar, ada hisab, ada pembagian catatan amal, ada mizan, ada shiroth. Subhanallah, Allaahu Akbar. Setiap tahapan itu harus kita jalani sendirian, tidak akan ada lagi orang yang membantu, tidak akan ada lagi teman yang menolong, tidak akan ada lagi keluarga yang menemani.

                            
                                         
         
                      
                                   
                                                                    
Dan apabila suara yang memekakkan telinga (tiupan sangkakala), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya. Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri, tertawa dan gembira, dan ada pula pada hari itu wajah-wajah yang berdebu dan tertutup kegelapan, yaitu orang-orang kafir lagi durhaka. (QS. 'Abasa: 33-42)

Takut? Itu perlu. Jika takut lapar kita akan berusaha cari makanan, jika takut gelap kita akan cari lampu, jika takut mati kita akan cari bekal agar kematian menjadi hal yang 'membahagiakan'. Orang bilang nggak ada yang nggak takut mati. Para shahabat Nabi dan orang-orang sholeh sering menangis dan bahkan pingsan jika membaca ayat-ayat tentang kiamat, tentang adzab, dsb. Mungkin bukan kematiannya yang menakutkan tapi kehidupan setelahnya yang membuat khawatir.

Aku? sama dengan kebanyakan orang. Ketika sakit keras, rasa takut itu semakin besar. Walaupun sebenarnya penyakit itu 'tidak mendekatkan' dan 'tidak pula menjauhkan' seseorang dari kematian. Karena yang menjadi tolok ukur kematian adalah datangnya ajal yang telah ditetapkan oleh Allah. Jika datang ajalnya, maka dalam keadaan sehat ataupun sakit, siap ataupun tidak siap, muda ataupun tua, seseorang pasti akan meninggal.
                   
Dan setiap ummat mempunyai ajal, apabila datang ajalnya, maka tidak dapat dimundurkan sesaatpun, dan tidak pula dapat dimajukan. (QS. Al-A"roof: 34)
                          
Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila telah datang ajalnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Munaafiquun: 11)
       
Namun rasa takut membayangkan kehidupan di alam lain tak bisa dihindari, khawatir belum cukup bekal tak bisa dipungkiri. Sampai suatu saat aku bermimpi:

Aku diantar oleh semua keluargaku ke suatu tempat, di depan sebuah rumah. Dari luar rumah itu tampak gelap, demikian juga jalan dan lingkungan disekitarnya, gelap semua. Sebelum mereka balik, kakakku bilang, "Banyak orang tidak suka di tempat ini karena disini gelap dan sendirian." Aku yang tidak membawa apapun kecuali sebuah mushaf Al Qur'an menjawab, "Gakpapa, jika aku sendirian di sana aku akan ngaji saja." Kemudian mereka berbalik pergi meninggalkan aku sendirian. Setelah mereka hilang dari pandangan, akupun membuka pintu rumah itu. Alhamdulillah, ternyata di dalam rumah itu terang-benderang. Akupun segera masuk ke dalam dan seperti ucapanku tadi, aku bersiap untuk mengaji. Kemudian tanpa tahu dari mana arahnya, dan siapa mereka, datanglah banyak orang ke rumah itu. Ada yang masih bayi, anak-anak, remaja, dewasa bahkan ada yang sudah tua, laki-laki dan perempuan. Diantara mereka ada yang bilang, aku yang akan memasak untukmu, aku yang akan membersihkan rumahmu, aku yang akan menjaga rumahmu, kami akan menemanimu di sini.

Itu hanyalah sebuah mimpinya Santi. Jika mimpinya para Nabi dan Rosul adalah wahyu atau petunjuk dari Allah, terus kalau mimpinya Santi? Mungkin tidak berarti apa-apa, hanyalah bunganya tidur. Hanya saja paling tidak bagi diriku sendiri, itu adalah suatu 'penegasan' sekaligus 'hiburan', bahwa jika kita berpegang teguh pada Al-Qur'anul Karim, bersungguh-sungguh mengamalkannya, jangan takut apapun, bersegeralah untuk memperbaiki diri, dan ikhlaslah menjalani apa yang telah digariskan. Insya Allah akan datang pertolongan dari Allah.

Itulah kenapa para pejuang kebenaran, para mujahid, tidak takut apapun, kematian sebagai syuhada' malah mereka harapkan. Karena mereka mempunyai keyakinan yang begitu kuat, mereka teguh memegang Al-Quran, dan yakin akan janji Allah SWT. Bagaimana dengan kita? Keyakinan, keteguhan, semangat, dan amaliyah mereka yang kita tiru. Senjatanya adalah sabar dan ikhlas, ujung tombaknya adalah doa. Doa untuk diberikan segala kebaikan dan terhindar dari segala keburukan, dan akhir kehidupan yang Husnul Khotimah. No reason, nothing to fear, innallaaha ma'anaa.

Sementara  kematian itu sendiri tidak boleh kita minta, walau separah apapun penyakit dan seberat apapun penderitaan. Kenapa? Karena di balik musibah Allah juga mendatangkan kebaikan. Kalaulah kebaikan itu belum bisa kita lihat atau rasakan di dunia ini, Insya Allah akan kita dapatkan di akhirat nanti.

Dan janganlah sekali-kali seseorang di antara kalian mengharapkan kematian. Apabila ia berbuat baik, maka Allah akan menambah kebaikannya, dan apabila ia pernah berbuat kejelekan, maka itu akan jadi penghapusnya. (HSR. Bukhori no.5673)


Janganlah salah seorang diantara kalian mengharapkan kematian dan janganlah berdoa meminta kematian sebelum kematian itu menghampirinya. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kalian mati, maka terputuslah amalannya, dan sesungguhnya tidak ada yang menambah umur seorang mukmin kecuali kebaikan (kebaikannya akan terus dikenang walaupun ia sudah mati). (HSR. Muslim no. 2682 (13)) 

Namun jika terpaksa karena harapan hidup yang sangat kecil, maka Rasulullah SAW mengajarkan:

Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian karena mudhorot yang turun kepadanya. Sesungguhnya jika dia benar-benar merasa harus berharap, maka hendaklah berkata:
"Ya Allah, hidupkanlah aku selagi kehidupan itu baik bagiku, dan matikanlah aku selagi kematian itu baik bagiku." (HSR. Bukhori no. 5671)














           
       

Rabu, 04 September 2013

NI'MAT-MU TIDAK PERNAH HABIS

Allah menciptakan dan mengatur dunia seisinya ini dengan keberagaman. Dengan itu makhluk hidup yang ada di dalamnya akan berinteraksi, beradaptasi, saling membutuhkan dan saling melengkapi. Coba kita bayangkan andai hanya ada siang tanpa malam, atau hanya ada malam tanpa siang. Atau hanya ada musim panas tanpa hujan, atau hanya ada musim hujan tanpa panas. Jika semua orang bergelimang harta, tidak ada yang mau bersusah-payah untuk bercocok-tanam, beternak,dsb. Apa jadinya hidup kita? Demikian pula jika semua orang sehat, tentulah tidak akan ada profesi dokter, perawat, apoteker, dst. Subhanallah, Allah telah mempergilirkan dan mempertautkan semua itu menjadi mata rantai kehidupan. Di 'mata rantai' manapun kita berada, kita jalani dengan sebaik-baiknya, untuk memberi manfaat pada 'mata rantai' yang lainnya, because we need others and needed.

Seseorang bisa disebut chef karena dia mempelajari ilmu memasak dan bisa memasak santapan lezat. Seseorang baru diakui sebagai manager tatkala dia telah mempelajari ilmu management kemudian mampu memanage orang, atau pekerjaan. Demikian juga untuk ahli-ahli yang lain. Jika baru mengenal ilmunya saja belum ada prakteknya, maka belum akan disandanglah predikat itu. Terus bagaimana dengan 'sabar' dan 'ikhlas'? Kata yang sangat mudah untuk diucapkan, juga bisa dengan mudah dipelajari artinya. Bagaimana dengan prakteknya? Jika chef tempat prakteknya di dapur, manager tempat prakteknya di perusahaan, kemudian teknokrat tempat prakteknya di laboratorium, maka dimanakah tempat prakteknya sabar dan ikhlas? Untuk itulah Allah memberi 'tempat prakteknya yaitu musibah'. Musibah ada banyak ragam dan kelasnya. Mulai dari masalah sehari-hari hingga bencana yang besar. Ada dalam bentuk moril atau materiil. Bahkan kadang dalam bentuk yang tidak terduga. Bukankah sering kita lihat orang yang punya jabatan tinggi, kemudian korupsi? Jabatan itupun sebuah musibah baginya. So, keep going, do the best, until you're a winner. But, never ask disaster, accident etc to show that you can. Tapi kita berlindung kepada Allah dari jahdil balaa-i (musibah yang payah), wa darokisy syaqoo-i (kemalangan yang bertubi-tubi), wa suu-il qodloo-i (taqdir yang buruk), wa syamaatatil-a'daa' (senangnya musuh) dan kemudian meminta kebaikan dunia dan akhirat.

Di kala sakit kadang aku minta suamiku, karena aku sendiri belum bisa kemana-mana, untuk pergi ke rumah sakit mengunjungi orang-orang yang dirawat disana, walaupun tidak kenal. Untuk apa? Untuk berbagi dengan mereka. Tujuannya tak lain agar hati kami terbuka, bahwa bukan kami 'satu-satunya' orang yang susah atau bukan kami 'yang paling' menderita. Karena ternyata masih sangat banyak yang lebih berat penderitaannya, masih sangat banyak yang lebih sulit problematikanya. Tak jarang suamiku pulang dengan airmata berlinang, sambil bercerita tentang yang dilihat dan didengarnya. Subhanallah, walhamdulillah.

Setiapkali terjaga dari tidur, Alhamdulillaahilladzii ahyanaa ba'da maa amaatanaa wailaihinnusyuur. Doa bangun tidur itu setiap hari aku ucapkan, sebagai rasa syukur. Bangun tidur bagai rutinitas yang biasa bagi kita. Sepertinya ya sudah sewajarnya bangun setelah tidur. Tapi semenjak sakit, saat mengucapkannya terasa sangat berbeda. Aku betul-betul memaknai doa itu dengan sepenuh hatiku, syukur yang sedalam-dalamnya. Karena apa? Karena pada hari itu aku masih diberi kehidupan, aku masih punya waktu untuk berbuat sesuatu, untuk memperbaiki diri. Kenapa bisa bangun menjadi begitu bermakna? Secara medis, penderita kanker stadium 4 tidak ada yang dilaporkan bisa sembuh, dan yang mampu bertahan hingga 2 tahun hanyalah 1%. Itu data medis, bukan harga mati....... masih bisa ditawar......karena 'penjualnya' baik banget......Aku hanya yakin bukan para dokter itu yang punya kuasa atas hidup seseorang, bukan pula obat itu sebagai penyembuh, tapi Allah Azza wa Jalla yang menentukan kapan seseorang itu sakit, kapan pula sembuhnya, dan berapa jatah hidupnya di dunia. Obat dan dokter hanyalah sarana ikhtiar. I always hope a miracle come true, is it impossible? No, because Allah SWT will do. I'm sure.

Jika Nabi Ayyub AS merasa malu untuk memohon kepada Allah agar dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang dialaminya, dengan alasan bahwa kesengsaraan dan penderitaan itu 'belum sepanjang' masa kejayaan yang dikaruniakan oleh Allah. (Nabi Ayyub AS diuji dengan kesusahan selama 7 tahun setelah 80 tahun masa kejayaan).

Atau Umar bin Khottob RA yang mengatakan bahwa jangan meminta beban yang ringan tapi mintalah bahu yang kuat. Aku belum seperti mereka, aku belum berani berkata seperti mereka, astaghfirullahal'adhiim. Walaupun malu... ya... bagaimana tidak malu? setiap saat sangat banyak yang kuminta, yang kumohon kepada Allah dalam doa-doaku, sementara aku merasa masih sangat kurang dalam ibadah..........(doa juga termasuk ibadah)........ astaghfirullahal'adhim. Tapi aku tetap bermohon agar Allah membebaskan aku dari kesusahan, dan memberiku hikmah dari semuanya itu. Dan akupun meminta kepada Allah untuk tidak diberi beban yang aku tidak sangggup memikulnya...... Robbahuu annii massaniyadldlurru wa anta arhamurroohimiin....... Robbanaa walaa tuhammilnaa maa laa thooqotanaa bih.........
                     
Bukankah Allah SWT berfirman, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu dalam kebenaran." (QS. Al-Baqoroh: 186)
                
Dan Robb-mu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu, sesungguhnya orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku (berdoa) akan masuk ke dalam neraka jahanam dalam kehinaan (QS. Al-Mukmin: 60)

Suatu saat Allah SWT mengurangi sedikit nikmat yang diberikan kepada hambaNya, tapi di saat yang sama memberikan nikmat-nikmatNya yang lain. Karena sejatinya Allah SWT tidak mengambil nikmat dari hambanya, tapi hanyalah mempergilirkan nikmat-nikmat itu agar hamba-Nya pernah merasakan berbagai macam nikmat.

Alhamdulillah ada banyak hal yang aku syukuri selama sakitku ini. Badanku tidak pernah susut, bahkan kesakitankupun tidak terpancar di wajahku. Alhamdulillah...... Saat sakitku ada dipuncak-puncaknya, aku menemui seorang profesor bedah syaraf, dengan pakai kursi roda tentunya. Beliau mengatakan, "Ibu, kalau melihat hasil MRI, foto dan pemeriksaan yang lain saya yakin kanker ini sudah menimbulkan rasa sakit yang luarbiasa. Tapi saya lihat ibu sangat segar tidak seperti orang sakit." katanya. "Alhamdulillah prof, ini adalah karunia yang sangat besar untuk saya, dengan begini keluarga saya tidak terlalu bersedih melihat keadaan saya."

Sangat banyak ni'mat Allah SWT untukku, bahkan aku atau siapapun tak akan sanggup untuk menghitungnya. Aku punya panca indera dan anggota tubuh yang lengkap, punya keluarga, suami, anak-anak, teman dan tetangga yang baik, punya tempat tinggal yang layak, diberi rizqi yang cukup dan banyak hal lagi yang tak mampu aku sebutkan satu persatu, Alhamdulillah. No reason to be sad. Walaa tahinuu walaa tahzanuu, wa antumul a'launa inkuntum mu'minin.
                 
Dan Dia (Allah) telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya. Sungguh manusia itu sangat melampaui batas lagi ingkar (jika tidak bersyukur) (QS. Ibrohim: 34)   
                                  
Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Ibunya mengandung sampai menyapihnya dalam tigapuluh bulan. Apabila (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdoa: 
"Ya Robbku tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku dapat beramal sholih yang Engkau ridloi, dan berikanlah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan aku termasuk orang yang berserah diri". (QS.Al-Ahqof: 15)

Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya ni'mat-Mu, dan berubahnya 'afiat (kesejahteraan) dari-Mu, dan dari siksa-Mu yang datang tiba-tiba dan dari segala kemurkaan-Mu.`(HR. Muslim no.2739(96) dan Abu Dawud no. 1545)

Ya Allah berikanlah nuur di wajahku, sebagaimana Kau berikan nuur di wajah hamba-hambaMu yang sholeh, nuur pancaran keimanan, ketaqwaan dan qolbun salim.