Jumat, 22 Agustus 2014

DALAM NAUNGAN AL-QOHHAAR

Al-Qohhaar adalah salah satu dari 99 Asma’ul Husna (nama-nama indah milik Allah SWT), yang berarti menjinakkan, menundukkan, mengalahkan, memaksakan atau dengan kata lain adalah perkasa.

Dalam Al-Qur’an, Al-Qohhaar disebut enam kali dan semuanya dirangkaikan setelah penyebutan kata Al-Waahid, yang berarti Maha Esa. Penyebutan nama dan sifat Al-Waahid di depan Al-Qohhaar memberi penegasan atau penguatan bahwa hanya  Allah SWT satu-satunya yang memiliki sifat Al-Qohhaar itu, tidak ada yang lain. Satu diantaranya adalah dalam Surah Al-An’am ayat 18:

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
“Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya.”

Ibnu Jarir rahimahullah dalam tafsirnya (11/288) menyatakan:
“Maksud dari kata (القاهر) adalah yang menundukkan dan merendahkan makhluq-Nya, jadi Allah yang tinggi di atas mereka. Dikatakan 'di atas hamba-Nya', karena Dia mensifati diri-Nya menundukkan mereka, dan sifat setiap yang menundukkan sesuatu itu berarti dia berada di atasnya.

Menurut Tafsir Ath-Thabary 17/52, Al-Qohhaar (القهار) merupakan sighat mubalaghah (kata bentukan yang artinya: sangat) dari isim fa'il (kata kerja) Al-Qoohir (القاهر) yang berarti "Yang mengalahkan segala sesuatu dan mengaturnya sebagaimana yang Dia kehendaki

Al-Baihaqi rahimahullah  berkata, "Al-Qohhaar adalah Al-Qoohir dalam makna mubalaghah (sangat). Dia yang maha kuasa. Maka maknanya kembali kepada sifat qudrah (kuasa) yang merupakan sifat berdiri sendiri. Ada yang mengatakan bahwa Dialah yang menundukkan makhluq atas apa yang Dia kehendaki." (Al-Asma wa As-Sifat, Al-Baihaqi, 1/164)

Ibnu Manzhur rahimahullah berkata, "Al-Qohhaar termasuk sifat Allah Azza wa Jalla." Al-Azhari berkata, Allah adalah Al-Qoohir Al-Qohhaar. Dia menundukkan makhluq-Nya dengan kekuasaan-Nya dan ketetapan-Nya serta mengarahkan mereka atas apa yang Dia kehendaki, baik mereka suka maupun enggan. Al-Qohhqar adalah mubalaghah. Ibnu Atsir berkata, "Al-Qoohir adalah Yang mengalahkan seluruh makhluq." (Lisanul Arab, 5/120)

Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata dalam Thariqul Hijratain: 233
"Al-Qohhaar tidak akan ada pada sesuatu kecuali dia esa dan mustahil memiliki sekutu. Al-Qohhaar (menundukkan) dan Al-Wihdah (esa) adalah dua hal yang saling berkaitan. Al-Mulk (kerajaan), Al-Qudrah (kekuasaan), Al-Quwwah (kekuatan), Al-Izzah (kemuliaan), semuanya milik Allah yang Esa dan Menundukkan. Selain dari-Nya berarti dia makhluk dan ditundukkan, ada lawan, ada yang meniadakan dan ada tandingan. Allah menciptakan angin dan menundukkannya satu sama lain, menghantamkannya dan mencerai-beraikannya. Dia menciptakan air, lalu air ditundukkan oleh angin yang mengalirinya dan mencerai-beraikannya. Dia menciptakan api, lalu api ditundukkan oleh air yang dapat memadamkannya. Dia menciptakan besi, lalu besi ditundukkan oleh api yang meleburnya dan menghilangkan kekuatannya. Dia menciptakan batu, lalu batu ditundukkan oleh besi yang dapat menghancurkannya berkeping-keping. Dia menciptakan Adam dan keturunannya, lalu Iblis dan keturunannya menguasainya. Dia ciptakan Iblis dan keturunannya, lalu Iblis ditundukkan malaikat yang mengusir dan mengejar-ngejar mereka.”

As-Sa'dy rahimahullah berkata dalam Tafsir As-Sa'dy, hal. 415:
"Setiap makhluq diatasnya ada makhluq lagi yang mengalahkannya. Di setiap makhluq yang mengalahkan, adalagi yang lebih tinggi yang mengalahkannya. Hingga akhirnya yang menundukkan adalah yang Maha Esa dan Maha Perkasa. Keperkasaan dan tauhid adalah dua perkara yang berkaitan dan ditentukan sebagai milik Allah semata."

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu Fatawa, 8/79 menguraikan maknanya, "Bukan sekedar karena kekuasaannya dan keperkasaannya, akan tetapi untuk menunjukkan kesempurnaan ilmu-Nya, kekuasaan-Nya, kasih sayang dan kebijaksaan-Nya. Dia adalah sebaik-baik yang bersikap bijak dan kasih sayang. Dia lebih sayang kepada hamba-Nya dari orang tua terhadap anaknya. Dia telah berbuat baik terhadap segala sesuatu yang Dia ciptakan."

***
Sifat qoohir itu berlaku pada seluruh makhluq-Nya, baik yang taat maupun yang maksiat, baik yang bernyawa maupun yang tidak. Karena hal tersebut merupakan sifat Rububiyah-Nya, yaitu Allah SWT yang menundukkan semua makhluq-Nya dalam sunnatullah (pengaturan Allah).

Allah SWT Maha Perkasa, seluruh makhluk tunduk dalam genggaman kekuasaan-Nya, Dia menjinakkan hati hamba-Nya sehingga dengan sukarela mengabdi hanya pada-Nya. Dia menundukkan alam semesta beserta isinya dalam aturan-Nya, bumi dan planet beredar pada tempatnya, siang digantikan dengan malam dan sebaliknya, musim datang silih berganti tanpa ada yang mampu menghentikannya.

Allah mengalahkan Fir’aun dan orang-orang kafir lainnya dengan menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya, memaksakan hujan turun, petir membahana, gunung meletus, dan laut berombak, tanpa ada yang mampu menghalanginya. Sepandai apapun manusia, takkan bisa memperlambat atau mempercepat perputaran bumi, secerdas apapun ilmuwan takkan mampu memperpanjang malam walau hanya sedetik, bahkan takkan kuasa menahan tubuhnya sendiri agar tidak menjadi tua.

Sungguh, Allah telah mengalahkan semua makhluq-Nya, Dia yang menjadikan manusia lapar ketika perut kosong, menjadikannya lemah tatkala kantuk menyerang, menjadikannya tak berdaya saat sakit dan membuatnya pasrah tak kuasa menolak jika Malaikat Izrail mencabut nyawanya.

Allah SWT pula yang mampu memberikan kepada manusia sesuatu di luar keinginannya dan mampu menghalanginya dari sesuatu yang didambakan. Allah SWT pula yang mampu memberikan kepada manusia apa yang diinginkannya bahkan lebih dari itu, dan mampu pula menahan apa yang ditolaknya, bahkan meniadakannya. Semua hal mampu Allah SWT tetapkan.

Tak seorangpun yang bisa menolak ketika diberi celaka atau sakit. Namun jika manusia sabar dan memohon pertolongan-Nya maka celaka atau sakit itu akan segera sirna. Sebaliknya, tak seorangpun yang bisa mendapatkan sesuatu yang dihalangi Allah, namun jika dia ikhlash, maka Allah akan menggantikan apa yang terlepas darinya dengan sesuatu yang lebih baik.

Jika terjadi musibah, ujian atau cobaan pada seseorang, hal itu bukan selalu sebagai pertanda hukuman, azab, atau penghinaan terhadap orang tersebut, tetapi semua itu sebagai pertanda bahwa Allah SWT mempunyai kekuasaan yang sempurna untuk melakukan apapun baik dengan sebab ataupun tidak.

Boleh jadi Allah SWT menurunkan penyakit kepada hambanya, untuk mengujinya, bukan untuk mengazabnya. Sebagai jalan bagi Allah SWT untuk  memberikan pahala-Nya dan untuk meninggikan derajat seseorang itu. Allah SWT menguji seseorang dengan kefakiran, bukan agar dia menderita, tapi agar dia menjadi orang yang kuat dan tangguh dalam berusaha hingga bisa mendapatkan kekayaan yang berkah.

Demikian pula manakala Allah SWT memberikan karunia berupa akal yang luar biasa kemampuannya, dan mengilhamkan ilmu yang begitu menakjubkan, sehingga yang dahulu dianggap tidak mungkin, sekarang jadi mungkin. Begitu juga dengan anugerah anggota badan dengan segala fungsi dan kehebatannya, keindahan dan kekayaan alam yang berlimpah, semua dianugerahkan kepada manusia agar dimanfaatkan untuk kebaikan, agar manusia mau memahami dan mau tunduk pada Robb-nya.

Karena Al-Qohhaar memang tidak berarti balas dendam terhadap musuh-musuh Allah, bukan pula berarti penyiksa terhadap orang-orang yang maksiat dan dholim. Tetapi segala ketentuan itu sebagai perwujudan sifat Allah Robbul-Izzati.

Dengan keperkasaan-Nya, Allah SWT juga Maha Pengampun (Al-Ghofuur), tidak serta-merta memberi hukuman, tidak tiba-tiba menurunkan azab, tapi memberi peringatan terlebih dahulu, dan memberi penundaan sampai batas waktu tertentu. Allah SWT membukakan pintu ampunan-Nya di malam hari untuk menerima taubat orang yang berdosa di siang hari dan membukakan pintu ampunan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berdosa di malam hari. Dzat yang Maha Berkehendak dan Menentukan itu memberikan maaf dan ampunan kepada yang dho’if (lemah) yakni manusia.

“Katakanlah: Jelaskan kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang bisa mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?
Katakanlah: Jelaskan kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang bisa mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. Al-Qashash: 71 dan 72)

“Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.” (QS. Az-Zukhruf: 12 dan 13)

Tatkala kita berada pada situasi ataupun tempat yang sulit, yang secara perhitungan manusia tidak akan mampu untuk mengatasinya, maka serulah Dzat yang mampu mengalahkan apapun, yang kuasa merubah segalanya dan bisa membuat hal diluar prediksi akal.. Yaa Qohhaar, Yaa Qohhaar, Yaa Qohhaar tolonglah kami.

Bagi diri pribadi makna qoohiruun ini bisa diteladani. Imam Al-Ghazali mensyaratkan bagi yang ingin meneladani sifat Al-Qohhaar ini dengan terlebih dahulu memahamkan dirinya bahwa manusia adalah makhluq (ciptaan) Allah SWT, yang tujuan penciptaannya adalah untuk menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Makna qoohiruun dipakai sebagai penakluk dan penjinak hawa nafsu kita sendiri, ataupun orang lain dengan tujuan kebenaran.

Jika Allah dalam menundukkan dan menjinakkan makhluq-Nya tidak dengan mencabut kebebasannya, ataupun mematikannya (kecuali yang telah sampai ajalnya), maka nafsu juga tidak dimatikan tetapi diarahkan dan dikendalikan, agar menjadi nafsul-muthma’innah (dorongan/keinginan yang baik).

Kendalikan nafsu jumawa (angkuh) dengan sholat, kendalikan nafsu makan minum dengan puasa, kendalikan nafsu serakah dengan zakat, kendalikan nafsu foya-foya dengan sedekah, kendalikan nafsu hura-hura dengan haji/umroh, kendalikan nafsu syahwat dengan menikah, kendalikan nafsu lalai dengan dzikir (mengingat Allah SWT dan menyebut asma-Nya), kendalikan nafsu sum’ah (ingin selalu didengar) dengan dakwah, kendalikan nafsu omong kosong dan ghibah dengan tilawah (membaca dan memahami Al-Qur’an), kendalikan nafsu ujub (sombong) dengan zuhud (sederhana).

Wallaahu a'lam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar