Rabu, 04 September 2013

NI'MAT-MU TIDAK PERNAH HABIS

Allah menciptakan dan mengatur dunia seisinya ini dengan keberagaman. Dengan itu makhluk hidup yang ada di dalamnya akan berinteraksi, beradaptasi, saling membutuhkan dan saling melengkapi. Coba kita bayangkan andai hanya ada siang tanpa malam, atau hanya ada malam tanpa siang. Atau hanya ada musim panas tanpa hujan, atau hanya ada musim hujan tanpa panas. Jika semua orang bergelimang harta, tidak ada yang mau bersusah-payah untuk bercocok-tanam, beternak,dsb. Apa jadinya hidup kita? Demikian pula jika semua orang sehat, tentulah tidak akan ada profesi dokter, perawat, apoteker, dst. Subhanallah, Allah telah mempergilirkan dan mempertautkan semua itu menjadi mata rantai kehidupan. Di 'mata rantai' manapun kita berada, kita jalani dengan sebaik-baiknya, untuk memberi manfaat pada 'mata rantai' yang lainnya, because we need others and needed.

Seseorang bisa disebut chef karena dia mempelajari ilmu memasak dan bisa memasak santapan lezat. Seseorang baru diakui sebagai manager tatkala dia telah mempelajari ilmu management kemudian mampu memanage orang, atau pekerjaan. Demikian juga untuk ahli-ahli yang lain. Jika baru mengenal ilmunya saja belum ada prakteknya, maka belum akan disandanglah predikat itu. Terus bagaimana dengan 'sabar' dan 'ikhlas'? Kata yang sangat mudah untuk diucapkan, juga bisa dengan mudah dipelajari artinya. Bagaimana dengan prakteknya? Jika chef tempat prakteknya di dapur, manager tempat prakteknya di perusahaan, kemudian teknokrat tempat prakteknya di laboratorium, maka dimanakah tempat prakteknya sabar dan ikhlas? Untuk itulah Allah memberi 'tempat prakteknya yaitu musibah'. Musibah ada banyak ragam dan kelasnya. Mulai dari masalah sehari-hari hingga bencana yang besar. Ada dalam bentuk moril atau materiil. Bahkan kadang dalam bentuk yang tidak terduga. Bukankah sering kita lihat orang yang punya jabatan tinggi, kemudian korupsi? Jabatan itupun sebuah musibah baginya. So, keep going, do the best, until you're a winner. But, never ask disaster, accident etc to show that you can. Tapi kita berlindung kepada Allah dari jahdil balaa-i (musibah yang payah), wa darokisy syaqoo-i (kemalangan yang bertubi-tubi), wa suu-il qodloo-i (taqdir yang buruk), wa syamaatatil-a'daa' (senangnya musuh) dan kemudian meminta kebaikan dunia dan akhirat.

Di kala sakit kadang aku minta suamiku, karena aku sendiri belum bisa kemana-mana, untuk pergi ke rumah sakit mengunjungi orang-orang yang dirawat disana, walaupun tidak kenal. Untuk apa? Untuk berbagi dengan mereka. Tujuannya tak lain agar hati kami terbuka, bahwa bukan kami 'satu-satunya' orang yang susah atau bukan kami 'yang paling' menderita. Karena ternyata masih sangat banyak yang lebih berat penderitaannya, masih sangat banyak yang lebih sulit problematikanya. Tak jarang suamiku pulang dengan airmata berlinang, sambil bercerita tentang yang dilihat dan didengarnya. Subhanallah, walhamdulillah.

Setiapkali terjaga dari tidur, Alhamdulillaahilladzii ahyanaa ba'da maa amaatanaa wailaihinnusyuur. Doa bangun tidur itu setiap hari aku ucapkan, sebagai rasa syukur. Bangun tidur bagai rutinitas yang biasa bagi kita. Sepertinya ya sudah sewajarnya bangun setelah tidur. Tapi semenjak sakit, saat mengucapkannya terasa sangat berbeda. Aku betul-betul memaknai doa itu dengan sepenuh hatiku, syukur yang sedalam-dalamnya. Karena apa? Karena pada hari itu aku masih diberi kehidupan, aku masih punya waktu untuk berbuat sesuatu, untuk memperbaiki diri. Kenapa bisa bangun menjadi begitu bermakna? Secara medis, penderita kanker stadium 4 tidak ada yang dilaporkan bisa sembuh, dan yang mampu bertahan hingga 2 tahun hanyalah 1%. Itu data medis, bukan harga mati....... masih bisa ditawar......karena 'penjualnya' baik banget......Aku hanya yakin bukan para dokter itu yang punya kuasa atas hidup seseorang, bukan pula obat itu sebagai penyembuh, tapi Allah Azza wa Jalla yang menentukan kapan seseorang itu sakit, kapan pula sembuhnya, dan berapa jatah hidupnya di dunia. Obat dan dokter hanyalah sarana ikhtiar. I always hope a miracle come true, is it impossible? No, because Allah SWT will do. I'm sure.

Jika Nabi Ayyub AS merasa malu untuk memohon kepada Allah agar dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang dialaminya, dengan alasan bahwa kesengsaraan dan penderitaan itu 'belum sepanjang' masa kejayaan yang dikaruniakan oleh Allah. (Nabi Ayyub AS diuji dengan kesusahan selama 7 tahun setelah 80 tahun masa kejayaan).

Atau Umar bin Khottob RA yang mengatakan bahwa jangan meminta beban yang ringan tapi mintalah bahu yang kuat. Aku belum seperti mereka, aku belum berani berkata seperti mereka, astaghfirullahal'adhiim. Walaupun malu... ya... bagaimana tidak malu? setiap saat sangat banyak yang kuminta, yang kumohon kepada Allah dalam doa-doaku, sementara aku merasa masih sangat kurang dalam ibadah..........(doa juga termasuk ibadah)........ astaghfirullahal'adhim. Tapi aku tetap bermohon agar Allah membebaskan aku dari kesusahan, dan memberiku hikmah dari semuanya itu. Dan akupun meminta kepada Allah untuk tidak diberi beban yang aku tidak sangggup memikulnya...... Robbahuu annii massaniyadldlurru wa anta arhamurroohimiin....... Robbanaa walaa tuhammilnaa maa laa thooqotanaa bih.........
                     
Bukankah Allah SWT berfirman, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu dalam kebenaran." (QS. Al-Baqoroh: 186)
                
Dan Robb-mu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu, sesungguhnya orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku (berdoa) akan masuk ke dalam neraka jahanam dalam kehinaan (QS. Al-Mukmin: 60)

Suatu saat Allah SWT mengurangi sedikit nikmat yang diberikan kepada hambaNya, tapi di saat yang sama memberikan nikmat-nikmatNya yang lain. Karena sejatinya Allah SWT tidak mengambil nikmat dari hambanya, tapi hanyalah mempergilirkan nikmat-nikmat itu agar hamba-Nya pernah merasakan berbagai macam nikmat.

Alhamdulillah ada banyak hal yang aku syukuri selama sakitku ini. Badanku tidak pernah susut, bahkan kesakitankupun tidak terpancar di wajahku. Alhamdulillah...... Saat sakitku ada dipuncak-puncaknya, aku menemui seorang profesor bedah syaraf, dengan pakai kursi roda tentunya. Beliau mengatakan, "Ibu, kalau melihat hasil MRI, foto dan pemeriksaan yang lain saya yakin kanker ini sudah menimbulkan rasa sakit yang luarbiasa. Tapi saya lihat ibu sangat segar tidak seperti orang sakit." katanya. "Alhamdulillah prof, ini adalah karunia yang sangat besar untuk saya, dengan begini keluarga saya tidak terlalu bersedih melihat keadaan saya."

Sangat banyak ni'mat Allah SWT untukku, bahkan aku atau siapapun tak akan sanggup untuk menghitungnya. Aku punya panca indera dan anggota tubuh yang lengkap, punya keluarga, suami, anak-anak, teman dan tetangga yang baik, punya tempat tinggal yang layak, diberi rizqi yang cukup dan banyak hal lagi yang tak mampu aku sebutkan satu persatu, Alhamdulillah. No reason to be sad. Walaa tahinuu walaa tahzanuu, wa antumul a'launa inkuntum mu'minin.
                 
Dan Dia (Allah) telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya. Sungguh manusia itu sangat melampaui batas lagi ingkar (jika tidak bersyukur) (QS. Ibrohim: 34)   
                                  
Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Ibunya mengandung sampai menyapihnya dalam tigapuluh bulan. Apabila (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdoa: 
"Ya Robbku tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku dapat beramal sholih yang Engkau ridloi, dan berikanlah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan aku termasuk orang yang berserah diri". (QS.Al-Ahqof: 15)

Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya ni'mat-Mu, dan berubahnya 'afiat (kesejahteraan) dari-Mu, dan dari siksa-Mu yang datang tiba-tiba dan dari segala kemurkaan-Mu.`(HR. Muslim no.2739(96) dan Abu Dawud no. 1545)

Ya Allah berikanlah nuur di wajahku, sebagaimana Kau berikan nuur di wajah hamba-hambaMu yang sholeh, nuur pancaran keimanan, ketaqwaan dan qolbun salim.
       
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar