Kamis, 01 Agustus 2013

WHAT IS THIS?

Musibah, ujian, cobaan atau apapun namanya sudah pasti akan menguras pikiran, tenaga, biaya dan juga segala potensi diri kita. Karena semuanya saling terkait. Ketika hal itu datang, dengan atau tanpa kita prediksi sebelumnya maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah tenangkan pikiran, tata hati, kemudian muhasabah atau instropeksi diri.

Allah menciptakan segala sesuatu sudah pasti bukan tanpa tujuan, juga bukan tanpa manfaat. Tidak ada sesuatupun yang diciptakanNya sia-sia. Tidak ada sesuatupun yang terjadi di dunia ini kecuali telah ditetapkan olehNya, dan diijinkan terjadinya.

Ketika datang tamu tak diundang yang namanya penyakit, apalagi tergolong berat, Subhanallah, astaghfirullahal'adhim. Segera kutanamkan pada diriku bahwa ini adalah takdirku, mau tidak mau, suka tidak suka, aku harus menjalaninya, aku harus sabar, aku harus ikhlas. Jika tidak sabar, tidak ikhlas akan rugi. Hanya dapat susahnya tidak dapat hikmahnya. Setelah itu baru berpikir apa yang harus aku lakukan, jalan mana yang akan kutempuh sebagai ikhtiar.

Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya.(HSR. Bukhori no. 5678)


Setiap penyakit ada obatnya, jika suatu obat itu tepat untuk suatu penyakit, maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah SWT. (HSR. Muslim no.2204)


Suatu saat sempat aku bilang sama suamiku, "Mas, kenapa aku bisa kena penyakit ini, kenapa bukan orang-orang yang suka mengumbar auratnya itu yang diberi penyakit ini? kenapa harus aku?". Padahal aku sudah berhijab sejak remaja, yang kuingat kala itu yang berhijab di kampusku masih sangat sedikit. Alhamdulillah, aku satu diantaranya. Aku juga ingat kala itu Bapak sangat marah dan tidak mengijinkan aku berhijab, hingga aku tidak pernah diajak bicara sampai beberapa bulan. Karena tidak ingin durhaka pada orangtua, maka aku hanya diam saja, dengan tetap berusaha istiqomah. Alhamdulillah, lama-kelamaan Bapak luluh juga, dan membiarkanku tetap berhijab. Thank you Dad, I love you so much.

Jawaban suamiku membesarkan hatiku, dia bilang, "Jika penyakit ini diberikan kepada mereka yang suka mengumbar aurat, maka itu adalah bala' atau hukuman. Bersyukurlah kamu karena kamu tidak seperti mereka, jadi ini bukan hukuman. Ini ujian atau cobaan."
Walaupun tidak aku pungkiri, kemungkinan adanya dosa-dosa yang ada pada diriku. Aku bukan malaikat, bukan pula seperti Rosulullah Muhammad SAW yang ma'sum. Aku tidak luput dari dosa. Yang penting aku tidak pernah dengan sadar atau sengaja  untuk berbuat dosa. Wallaahu'alam, astaghfirullah.

Sebagaimana orang bersekolah, kehidupan ini juga punya jenjang. Siapapun yang ada di dalamnya, yang pandai, yang setengah pandai, yang setengah bodoh, maupun yang bodoh, semua harus melewati ujian untuk bisa naik kelas. Yaaa... ujian tidak pandang bulu, siapapun dipaksa untuk menjalaninya, hingga dia bisa menjustice, seseorang lulus atau tidak. Semakin tinggi jenjang yang akan diraih, tentunya semakin sulit ujian yang harus dihadapi, dan semakin rumit soalnya.

Aku harus merenda ulang pemahaman tentang hakekat dari semua ini. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Segala yang di dalamnya akan  berubah, akan berganti, atau bahkan akan menghilang. Tidak ada kebahagiaan yang abadi, pun demikian pula kesedihannya. Suatu saat pasti akan sirna. Sedahsyat apapun badai, suatu saat dia pasti reda, seterik apapun mentari, ada saatnya dia tenggelam. Secantik apapun bunga mekar, ada saatnya dia layu. Seindah apapun pelangi, ada saatnya dia pudar.Suatu saat aku pernah berobat pijat kepada seorang kakek yang umurnya hampir seratus tahun. Dia bilang, "Ning, orang puasa saja ada bukanya, orang sakitpun pasti ada masanya sembuhnya." Ya.... ..betul mbah, anda tidak salah. Insya Allah...

Ujian dan cobaan akan selalu mengiringi langkah manusia, dengan wujudnya yang berbeda-beda. Suatu saat dia datang dengan label kecantikan, kebugaran, kepandaian, harta yang melimpah, anak-anak, karir, dan segala hal yang menyenangkan. Ada kalanya dia datang dengan label penyakit, kekurangan fisik, kemiskinan, penderitaan, dan segala hal yang menyusahkan. Ketika kesenangan yang datang maka syukur yang menjadi kewajiban. Ketika kesusahan yang menghampiri maka sabar kuncinya.
       
Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal itu tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan itu merupakan kebaikan baginya. (HSR. Muslim no.2999)

Apa makna kesenangan dan kesusahan? Untuk apa manusia harus mengalami itu semua? Kesenangan akan membuat kita bersemangat, akan membuat kita bisa mengagumi ciptaan Allah, akan membuat kita mengakui Keagungan Sang Pencipta. Sementara kesusahan akan membuat kita introspeksi diri, akan membuat kita lebih kuat, dan akan mengikis kesombongan diri. Ingatkah tentang Fir'aun yang begitu sombong, karena dia tidak pernah sakit dan tidak ada yang mengalahkan kekuatannya saat itu.

Selain itu bukankah fenomena dunia ini banyak yang mengacu pada relativitas? Kita bisa mengatakan ini baik karena ada yang jelek, ini tinggi karena ada yang rendah, ini panjang karena ada yang pendek....dst. Jadi kita bisa mengatakan ini kesenangan, tentu karena kita pernah mengalami yang menyusahkan. So, keduanya kita butuhkan, agar kita bisa merasakan bahwa kesenangan itu memang menggembirakan dan kesusahan itu adalah harapan agar bisa merasakan kesenangan. So, don't worry, Allahurrohmaanurrohiim.      


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar