Jumat, 23 Agustus 2013

MY FAMILY, MY SPIRIT

Keluarga, kata yang menggambarkan dekatnya sebuah hubungan, baik karena pertalian darah maupun karena ikatan pernikahan. Di jaman seperti saat ini, kekeluargaan, telah menjadi barang yang langka. Kebanyakan orang sibuk dengan dirinya sendiri, mereka melakukan apapun hanya untuk kepentingan dirinya. Ketika seseorang berada dalam kejayaan, sangatlah wajar jika banyak orang mengerumuninya, saling berlomba untuk menarik perhatiannya, untuk menyenangkan hatinya. Karena apa? Karena ingin mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. Tapi ketika seseorang berada dalam kesusahan, maka hanya orang-orang yang tuluslah yang akan ada disisinya.

Aku sangat bersyukur punya keluarga yang sangat baik, saling menyayangi, saling membantu, dan tak henti memberi support. Ketika aku dalam masa yang sulit, maka merekalah yang selalu ada untukku. Alhamdulillah.

Ketika kita sakit, maka ujian dan penderitaan itu tidak hanya kita sendiri yang merasakannya, tetapi orang-orang di sekitar kita mau tidak mau juga merasakan dampak yang tidak ringan. Suamiku, orang yang paling banyak terkena imbasnya baik moril maupun materiil. Sangatlah tidak mungkin seorang suami senang atau bahagia ketika istrinya sakit. Dengan biaya pengobatan yang tidak sedikit, tentunya membutuhkan pengorbanan yang besar. Inna lillaahi wa inna ilaihi roojiuun. Dengan segala kesulitan itu, dia tidak pernah mengeluh dan selalu meyakinkan diriku bahwa aku bisa sembuh, dia selalu optimis, dan pantang menyerah. Ibaratnya kita terbentur jalan buntu, dia masih berusaha keras untuk mencari celah, walaupun ibaratnya itu hanyalah sebuah lubang tikus, agar kita bisa terus melangkah, untuk menatap hari esok. Dengan segala kekurangan yang ada pada diriku saat ini, dia tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya yang sangat besar kepadaku. Alhamdulillah.Untuk menghibur diri, kadang kejadian pedih itu kita jadikan bahan candaan. Ya, begitu banyak yang berubah di kehidupan kami. Suatu saat dia bilang, "Ma, kalo kamu tinggalkan aku secepat ini bagaimana caraku ngurus empat anak itu. Seandainya kamu tidak bisa pulih 100% tapi kehadiranmu sangat berarti, seperti cahaya di rumah ini, sumber semangat bagiku dan anak-anak. Selama kamu berobat, rumah ini terasa suram, kehilangan keceriaanmya."

Itu pula yang dikatakan anak perempuanku, ketika beberapa bulan aku gak pulang ke rumah. "Ma, kapan uma boleh pulang sama dokter, semangat hidupnya Qoni sudah hampir habis. Uma cepet pulang ya, Qoni kangern banget." Walaupun setiap hari dia sudah telpon, atau dia tulis surat yang dititipkan abahnya jika menjengukku. 

Demikian juga anakku yang paling kecil yang saat itu masih berusia 6 tahun. Malam sebelum aku berangkat berobat, dia bilang sama abahnya, " Abah, boleh adik pinjem mesin ketiknya?" "Iya pake aja." kata abahnya. Kulihat dia ngetik surat, kemudian diberikannya padaku, "Uma, ini surat dari adik, Uma simpen ya?" katanya. Isinya benar-benar membuatku nggak bisa menahan airmata. "Uma, adik sayaaaaaaaaaang sekali sama uma. Uma cepet sembuh ya, uma cepet pulang. Adik kangeeeeeeeeeen sekali. Hilang kebahagiaannya adik kalo uma pergi." Padahal berangkat aja belum. Tapi itulah ungkapan jujur anak kecil. 

Semua itu membuat kita semakin sadar betapa berartinya hidup kita untuk orang2 di sekitar kita.
Kadang suamiku juga bercanda, "Ma, dilarang saling mendahului ya. Jangan mencuri start untuk beristirahat duluan, tugas belum selesai, amanah belum tuntas. Enak yang duluan, yang ditinggal ini, berat." katanya. He-he-he ada-ada saja dia, kayak tulisan di bus kota 'Sesama bis kota dilarang saling mendahului'.
       
Ibuku yang sudah berusia 70 tahun, yang punya hati lembut, siang malam tidak pernah berhenti berdoa untukku, juga untuk saudara2ku yang lain tentunya. Tahun 2012 itu beliau beserta adikku pergi berhaji. Di Haramain beratus kali atau bahkan beribu kali rintihan doanya untuk kami. Beliau selalu menanyakan keadaanku, dan selalu berusaha untuk membantuku. Kadang aku berpikir bukankah seharusnya aku yang membantu beliau? Tapi inilah kenyataan hidup, rahasia yang tidak mampu kita prediksi. Yang namanya takdir, hanya Allah yang kuasa menentukannya, diluar batas kemampuan manusia. Suatu saat beliau menghampiriku, memberiku sebuah gelang seraya berkata, "Ambillah gelang ini, kamu boleh memakainya, atau kamu bisa menjualnya jika kamu butuhkan." Subhanallah, begitu besar semangat untuk membantuku, dengan apapun yang beliau punya. Aku tentu tidak akan bisa membalas semua jasa ibu. Tapi ada yang bisa, bahkan bisa melipat gandakannya, yakni Allaahu robbiy. Karena itu aku tidak pernah lupa untuk selalu menyebut ibu dalam doaku.

Ayahku sudah meninggal tahun 2008. Beliau panutan dalam keluarga. Seorang guru yang baik, jujur dan bertanggungjawab. Beliau mendidik kami dengan sangat baik. Semoga Allah mengampuni dosanya, menerima amal ibadahnya, dan memberikan tempat yang baik di sisiNya.

Kakakku yang pertama seorang analis kesehatan, bekerja di RS. Dia yang sangat banyak membantuku selama proses pengobatan. Di rumahnya aku tinggal, selama aku berobat di Surabaya. Menggunakan fasilitasnya, mobilnya, dan juga bantuan uangnya.

Kakakku yang kedua seorang guru. Dia sangat banyak memberiku semangat dan nasehat. Dia memang penyabar, jadi cocok kalau selalu menasehatiku untuk sabar, dan meyakinkan diriku bahwa aku pasti mampu melewati masa sulit ini, aku harus kuat demi anak-anak. Dia juga membantuku secara finansial.

Kakakku yang ketiga sudah pergi menghadap Allah pada tahun 2005, di usia yang masih muda, 38 tahun. Semoga Allah mengampuni dosanya, menerima amal ibadahnya, dan memberikan tempat yang baik di sisiNya. Istri dan kedua anaknya sampai saat ini tetap akrab dengan keluarga kami, seperti dulu, tidak ada yang berubah, Alhamdulillah. Kakak iparku ini juga sangat banyak membantuku, moril dan materiil, padahal dia single parent yang harus berjuang keras untuk menjadi ibu sekaligus bapak. Subhanallah. Salut untuknya.

Aku anak keempat, adikku, anak nomor 5 seorang akuntan. Alhamdulillah dia sangat baik, sangat banyak membantuku secara finansial. Adikku yang paling kecil seorang konsultan. Dia juga tidak mau kalah untuk ikut membantuku. Terimakasih untuk saudara-saudaraku semua beserta suami/istri dan keluarganya.

Selain mereka masih banyak paman-paman, bibi-bibi, sepupu-sepupu, kenonakan-keponakan dan kerabat lain yang mensupportku. Demikian pula teman-teman dan tetangga-tetangga, mereka sangat baik dan perhatian kepadaku, sering menjengukku dan memberikan support. Terima kasih untuk semuanya. Alhamdulillaah.

Aku mungkin tidak bisa membalas semua bantuan mereka, satu per satu, aku hanya bisa memohon agar Allah yang membalasnya dengan balasan yang berlipat. Dia yang Mahakuasa atas segalanya, Dia yang Mahakaya, Dia yang cepat perhitungannya, Allaahu Jazaa'u Khoirul Jazaa'.Innalallaha laa tukhliful mii'ad

Kadang aku merasa sangat banyak berutang budi. Tapi aku berusaha ikhlaskan diriku, aku pasrahkan diriku untuk menjadi 'Ladang Amal' bagi orang-orang disekitarku. Dengan sakitku ini, membuka kesempatan bagi banyak orang untuk menginfakkan hartanya, memberikan tenaganya untuk merawatku, meluangkan waktu dan perhatiannya untuk menjengukku atau mengabarkan keadaanku, juga mensedekahkan doanya untukku. Subhanallah, betapa bermaknanya semua rangkaian peristiwa ini, saling terkait dengan sangat indah.

Begitu banyak pahala yang Allah janjikan untuk dilimpahkan bagi mereka yang menjenguk orang sakit, dan yang bersilaturrahmi karenanya. Berbuat baik pada orang lain ibarat pisau bermata 2, membawa kebaikan untuk yang dibantu tapi juga membawa kebaikan untuk diri sendiri. Robbanaa maa kholaqta haadza baatila, tidak ada yang sia-sia apapun yang diciptakan Allah dalam segala bentuk.

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: يَا ابْنَ آدَمَ، مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِيْ. قَالَ: يَا رَبِّ، كَيْفَ أَعُوْدُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ؟ قَالَ: أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِيْ فُلاَنًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ، أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِيْ عِنْدَهُ

Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman pada hari kiamat: Wahai anak Adam, Aku sakit namun engkau tidak menjenguk-Ku. Ia berkata: Ya Rabb, bagaimana aku menjenguk-Mu sementara Engkau adalah Tuhan alam semesta? Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku fulan sakit tapi engkau tidak menjenguknya, tidakkah engkau tahu, bila menjenguknya niscaya engkau akan mendapati-Ku ada di sisinya? (HR. Muslim)

مَنْ أَتَى أَخَاهُ الْمُسْلِمَ عَائِدًا مَشَى فِي خَرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ، فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ

Barang siapa yang mendatangi saudaranya muslim (yang sakit) untuk menjenguknya, maaka seakan-akan ia berjalan di kebun surga hingga ia duduk. Apabila ia duduk, rahmat (Allah) akan meliputinya. Bila ia berkunjung di waktu pagi hari, maka tujuh puluh ribu malaikat akan bersalawat kepadanya hingga sore hari, dan bila ia berkunjung di sore hari, tujuh puluh ribu malaikat tersebut akan bersalawat kepadanya hingga pagi hari. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Syaikh al-Albani berkata: Hadist sahih) 
     

          مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللَّهِ نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْزِلاً

Barangsiapa yang menjenguk orang sakit atau berkunjung kepada saudaranya karena Allah, akan ada penyeru yang berseru, “Alangkah baiknya dirimu, alangkah baiknya langkahmu, engkau telah menempati tempat tinggal di surga”. (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Lihat: Sahih at-Tirmidzi, no. 1633. Lihat kitab Mausu’ah al-Adab al-Islamiyyah karya Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, hlm. 623)




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar