Senin, 19 Maret 2018

SABAR DAN HANIF


Copas dari tulisan dr. Raehanul Bahraen:

Untaian Nasehat Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah (salah satu ustadz favorit kami yang telah berpulang):

“Seseorang yang berjiwa hanif bagaikan kaca, dengan kebeningannya, ia dapat melihat kebenaran dari kebathilan, dan dengan ketebalannya hingga syubhat dan keraguan tidak dapat menembusnya karena dia bukan busa yang menyerap setiap sesuatu yang bersentuhan dengannya..”

“Berbahagialah orang yang mendapat ujian, karena pada hakikatnya Allah telah memilihmu untuk jadi seseorang yang sabar. Allah menguji apakah kita lulus ujian dan meraih gelar sabar atau gagal.
Maka wajib bagi kita untuk bersabar atas musibah atau kenyataan pahit yang menimpa.
Yakinlah apa Allah tetapkan padamu akan berujung kepada kebahagiaan selama kita ikhlas menjalaninya..”

“Layaknya sebilah pedang, ia tidak dibuat dengan sentuhan tangan yang lembut, tetapi dengan tempaan palu dan panasnya api.
Begitu juga dengan orang-orang sukses, mereka tidak dihasilkan dari kemudahan, kesenangan dan kenyamanan, tetapi mereka dibentuk melalui air mata, kesulitan, kesukaran, halangan, dan penderitaan .
Semua itu perlu proses. Maka bersabarlah dan bermujahadahlah dan jadilah kalian manusia yang kakinya menapak di bumi namun cita-citanya membumbung ke langit..”

“Ketika akan turun hujan sebagai tanda Rahmat Allah kepada makhluk-NYA, maka akan ada mendung yang mendahuluinya, begitu juga dengan hidup manusia, ketika Allah ingin memberikan kebaikan pada hamba-NYA, maka Allah datangkan ujian yang dengan ujian tersebut Allah tinggikan derajatnya dan Allah ampunkan dosa-dosanya.
InsyaAllah..”

“Jika kau tak bisa menjadi pohon beringin yang rindang di puncak gunung, maka jadilah belukar yang tumbuh di pinggir danau,
Jika kau tak bisa jadi belukar jadilah rumput yang memperkuat tanggul jalan dan jika kau tak bisa menjadi jalan raya,
jadilah engkau jalan setapak yang mengantar orang-orang menuju mata air.
Tidaklah semua orang harus menjadi seorang kapten melainkan harus ada awak kapal yang menemani dan bukanlah besar atau kecilnya tugas/tanggungjawab yang menjadi tolak ukur derajat manusia karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat kepada sesamanya..”

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata:
“Tidak ada obat yang lebih mujarab bagi yang telah terkena fitnah (ujian, musibah, dsb) daripada kesabaran.
Apabila ia sabar maka fitnah tersebut menjadi pembersih baginya dan penyelamat dari dosa-dosanya,
sebagaimana api dapat membersihkan kotoran emas dan perak.”

(Kitab Ighaatsah al-Lahfaan 2/162)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar