Minggu, 14 Agustus 2016

URUSANKU DAN URUSAN-NYA


إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ ...

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan…

Kalimat di atas terdapat di akhir beberapa ayat dalam Al-Qur’an. Sebagai satu-satunya makhluq yang berakal, maka kita, manusia, yang diharuskan untuk berfikir agar bisa mendapatkan hikmah, pelajaran dan pemahaman.

Dengan keterbatasan ilmu yang kupunya, tak lantas menjadi alasan untuk berhenti berfikir tentang segala yang tertangkap indera atau yang terbetik di jiwa. Tetap berusaha untuk memahami walau dengan cara yang sangat sederhana. Karena baru sebatas itu yang kumampu.

Waktu yang bergulir menorehkan rangkaian peristiwa, yang setiap episodenya menambah pundi-pundi kekayaan batin. Banyak hal yang terukir sesuai dengan yang terpikir. Namun tak sedikit yang terlukis di luar analis. Ada yang salahkah? Tentu tidak… Karena sejatinya segala adegan di semesta ini tidak terjadi dengan tiba-tiba atau tanpa sebab dan maksud. Semua sudah diatur. Apapun kejadiannya, melibatkan dua ranah yang saling terkait.

Ranah pertama adalah bagian kita, menjadi urusan seorang hamba. Yaitu untuk berpikir, merencanakan, menata dan mengusahakan agar terwujudnya suatu hal. Langkah penutupnya adalah menyerahkan keputusan pada Sang Penguasa dengan doa dan tawakkal.

Ranah kedua bukanlah bagian kita, tapi urusan Sang Penguasa Alam Semesta yakni Allah Ta’ala. Dan ini adalah hak muthlaq. Namun muthlaq tidak berarti semena-mena. Akan tetapi bermakna Dia lebih tahu, Dia Mahatahu segalanya, yang baik maupun buruk, sehingga segala keputusan-Nya tidak pernah salah. Segala ketetapan-Nya semata-mata untuk kebaikan sang hamba.

Manakala sepenggal dari rangkaian peristiwa tengah melingkupi, maka kita ambil bagian kita. Diupayakan sekuat tenaga hingga tidak tersisa sejengkalpun jalan terang kecuali telah dilalui, tidak tertinggal setitikpun celah berkah kecuali sudah dirambah. Hingga tibalah pada langkah terakhir yaitu doa dan tawakkal. Selebihnya… itu bukan bagian kita. Akan seperti apa yang terjadi, bukanlah urusan kita lagi. Biarkan yang punya wewenang menetapkan keputusan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, tidak ada yang harus dicemaskan. Kita percayakan sepenuhnya pada Al-Hakam, Sang Pengambil Keputusan. Dia Al-‘Adl, Maha Adil, tidak akan aniaya kepada siapapun. Dia Al-Lathiiful Haliim, Maha Lembut lagi Maha Penyantun.


picture from inet







1 komentar: