إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ ...
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang memikirkan…
Kalimat di atas terdapat di akhir beberapa ayat dalam Al-Qur’an.
Sebagai satu-satunya makhluq yang berakal, maka kita, manusia, yang diharuskan
untuk berfikir agar bisa mendapatkan hikmah, pelajaran dan pemahaman.
Dengan keterbatasan ilmu yang kupunya, tak lantas menjadi alasan untuk
berhenti berfikir tentang segala yang tertangkap indera atau yang terbetik di jiwa.
Tetap berusaha untuk memahami walau dengan cara yang sangat sederhana. Karena
baru sebatas itu yang kumampu.
Waktu yang bergulir menorehkan rangkaian peristiwa, yang setiap
episodenya menambah pundi-pundi kekayaan batin. Banyak hal yang terukir sesuai
dengan yang terpikir. Namun tak sedikit yang terlukis di luar analis. Ada yang
salahkah? Tentu tidak… Karena sejatinya segala adegan di semesta ini tidak
terjadi dengan tiba-tiba atau tanpa sebab dan maksud. Semua sudah diatur. Apapun
kejadiannya, melibatkan dua ranah yang saling terkait.
Ranah pertama adalah bagian kita, menjadi urusan seorang hamba. Yaitu
untuk berpikir, merencanakan, menata dan mengusahakan agar terwujudnya suatu
hal. Langkah penutupnya adalah menyerahkan keputusan pada Sang Penguasa dengan
doa dan tawakkal.
Ranah kedua bukanlah bagian kita, tapi urusan Sang Penguasa Alam
Semesta yakni Allah Ta’ala. Dan ini adalah hak muthlaq. Namun muthlaq tidak
berarti semena-mena. Akan tetapi bermakna Dia lebih tahu, Dia Mahatahu
segalanya, yang baik maupun buruk, sehingga segala keputusan-Nya tidak pernah
salah. Segala ketetapan-Nya semata-mata untuk kebaikan sang hamba.
Manakala sepenggal dari rangkaian peristiwa tengah melingkupi, maka kita
ambil bagian kita. Diupayakan sekuat tenaga hingga tidak tersisa sejengkalpun
jalan terang kecuali telah dilalui, tidak tertinggal setitikpun celah berkah
kecuali sudah dirambah. Hingga tibalah pada langkah terakhir yaitu doa dan
tawakkal. Selebihnya… itu bukan bagian kita. Akan seperti apa yang terjadi, bukanlah
urusan kita lagi. Biarkan yang punya wewenang menetapkan keputusan. Tidak ada
yang perlu dikhawatirkan, tidak ada yang harus dicemaskan. Kita percayakan
sepenuhnya pada Al-Hakam, Sang Pengambil Keputusan. Dia Al-‘Adl, Maha Adil,
tidak akan aniaya kepada siapapun. Dia Al-Lathiiful Haliim, Maha Lembut lagi
Maha Penyantun.
picture from inet |
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus