Suatu ketika ada
seorang bapak
setengah baya yang merasakan sakit amat sangat di tulang punggung dan
menjalar hingga ke tangan. Melalui pemeriksaan MRI diketahui ada 6 bantalan
tulang belakangnya yang mengalami gangguan (HNP = Herniated Nucleus Pulposus). Menurut dokter kondisi separah itu biasa terjadi karena sering
mengangkat beban berat atau karena adanya trauma. Sang bapak tak habis pikir, seingatnya tidak ada trauma pada tulang belakang. Sementara ia adalah seorang profesional yang kegiatan sehari-harinyanya tidak banyak
menguras kekuatan fisik, apalagi angkat berat. Bagaimana mungkin itu bisa
terjadi?
Suatu pagi ketika
sedang berolahraga ringan di depan rumah, seorang bibik penjual sayur lewat. Yang
menarik perhatiannya adalah si bibik penjual sayur itu membawa dagangan di atas
kepala. Dari banyaknya bawaan bisa
diperkirakan kalau semua dagangan itu tak ringan. Karena
penasaran si bapak bertanya,
“Bibik, berapa berat seluruh dagangan itu?”
“Kira-kira 30 kilo pak.”
“Berat juga ya? Sudah berapa lama bibik jualan seperti ini?”
“Sudah lama pak, limabelas tahun lebih.”
“Bibik, tidak sakitkah kepala, leher atau punggungnya?
Bukankah bibik naik-turunkan bakul ini berkali-kali setiap apa pembeli?”
Sambil tersenyum
atau tepatnya menyeringai si bibik menjawab:
“Tidak pak, paling ya cuma pegel sedikit, nanti diurut sebentar juga hilang.”
Mendengar
jawaban itu si bapak hanya geleng-geleng kepala. Itu baru si bibik penjual sayur. Bagaimana
dengan kuli panggul atau kuli angkut? Yangmana beban yang mereka angkat lebih
berat dan lebih banyak? Lalu berapa banyak dari mereka yang mengalami gangguan
tulang belakang? Entahlah, tapi yang pasti mereka telah melakukannya
bertahun-tahun dan masih terus
melakukannya.
Di lain waktu
ada seorang ibu yang merasa perutnya selalu mulas tiapkali selesai minum madu
atau susu. Dari banyak literatur bahkan dari Hadits
Nabi telah dijabarkan banyaknya manfaat kedua minuman
itu. Sampai hari ini tidak ada yang membantahnya. Si ibu itu telah berusaha untuk
mengkonsumsinya dengan segenap harapan dapat mengambil manfaatnya, menguatkan
daya tahan tubuh dan memperbaiki kesehatan. Tapi apa hendak dikata,
tiapkali selesai minum madu atau susu ia selalu diare.
Dari gambaran di
atas bisa diambil pelajaran bahwa
yang namanya mudlarat dan manfaat tidak berlaku mutlaq. Ada perkecualiannya. Walaupun
pada umumnya berlaku sunnatullah. Apa sebabnya? Sebabnya tak lain adalah karena mudlarat dan manfaat itu
ada yang mengendalikannya. Allahu Ta’ala Huwa Adl-Dlaarru wa An-Naafi’.
Adl-Dlaarr (الضَارُ) yang artinya Maha Pemberi Mudlarat (Derita) dan An-Naafi’
(النَافِعُ) yang artinya Maha Pemberi
Manfa’at adalah dua nama diantara 99 Asma’ul Husna (nama-nama Allah Ta’ala yang
indah). Kedua Asma’ Allah tersebut dalam penyebutannya selalu disandingkan, tidak
digunakan secara terpisah. Ada beberapa
Asma’ Allah Ta’ala yang selalu digunakan bergandengan dengan muqaabil-nya
(lawannya), termasuk Adl-Dlaarr dan An-Naafi’. Hal ini sesuai dengan sifat
Rubuubiyah (Ketuhanan) Allah Ta’ala bahwa Dia Yang Maha Pemberi Mudlarat, namun Dia pula Yang Maha
Pemberi Manfa’at. Penyebutan Adl-Dlaarr secara terpisah akan merancukan
pemahaman tentang sifat Allah Ta’ala secara keseluruhan. Dengan kata lain tidak
menggambarkan sifat Allah Ta’ala dengan tepat, karena mustahil bagi Allah
Ta’ala jika hanya Maha Pemberi Mudlarat tanpa Maha Pemberi Manfaat.
Sebagaimana dalam Firman-Nya:
وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ
لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِن يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدُيرٌ
Jika Allah
menimpakan suatu kemudlaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya
melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha
Kuasa atas tiap-tiap sesuatu (QS. Al-An’aam: 17).
سَيَقُولُ لَكَ الْمُخَلَّفُونَ مِنَ
الْأَعْرَابِ شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا ۚ
يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِم مَّا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ ۚ قُلْ فَمَن يَمْلِكُ
لَكُم مِّنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ
نَفْعًا ۚ بَلْ كَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Orang-orang
Badwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: "Harta
dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk
kami". Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam
hatinya. Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat
menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudlaratan bagimu atau
jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan (QS Al-Fath: 11).
قُل لاَّ
أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ
أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ
أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah:
"Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula)
menolak kemudlaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku
mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku
tidak akan ditimpa kemudlaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan
pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman" (QS.Al-A’raaf: 188).
Adl-Dlaarr bermakna bahwa segala keburukan, kesedihan, penderitaan, musibah,
kecelakaan, penyakit dan segala hal yang menimbulkan duka nestapa ada pada
penguasaan Allah Ta’ala. Dia yang kuasa untuk memberikan mudlarat kepada
siapa yang Dia kehendaki, menentukan mudlarat seperti apa yang akan
ditimpakan dan seberat apa mudlarat itu terjadi.
Kita tidak
diperkenankan untuk memikirkan Dzat Allah Ta’ala, karena kita tidak akan mampu
untuk itu. Namun dengan keterbatasan kemampuan manusia, kita berusaha untuk
bisa memahami Asma’ wa Sifah-Nya. Kalau kita bayangkan bahwa mudlarat itu suatu
benda, kemudian benda itu ada pada genggaman dan kendali suatu dzat, maka bagaimana
perilaku benda tersebut? Sudah pasti sangat tergantung pada yang menggenggamnya, dan terserah pada yang
mengendalikannya. Apakah benda itu akan diberikan pada seseorang atau
ditahannya, apakah diberikan dalam jumlah banyak atau sedikit, apakah diberikan
terus menerus atau hanya sejenak, apakah diberikan sebagaimana adanya ataukah
dirubah ke dalam bentuk yang lain. Hak mutlak yang menguasainya tanpa ada yang
bisa turut campur.
Seperti itu pulalah mudlarat. Allah Ta’ala yang menggenggam
dan mengendalikannya. Itu artinya Allah Ta’ala kuasa untuk memberikan mudlarat
tapi juga kuasa untuk mencegah datangnya mudlarat. Bisa juga menukar
suatu mudlarat dengan mudlarat lain yang setara, yang lebih ringan atau malah
yang lebih berat. Bisa pula memanjangkan terjadinya mudlarat itu atau menghentikannya dengan cepat. Tidak ada
yang bisa merebut dari genggaman-Nya. Yang bisa kita lakukan adalah memohon
perlindungan kepada Allah Ta’ala agar terhindar dari mudharat, atau agar
mudlarat yang menimpa diringankan, atau agar mudlaratnya segera diangkat.
An-Naafi’ bermakna bahwa segala manfaat, kebaikan, kesenangan, keselamatan,
kesehatan dan segala hal yang mendatangkan kebahagiaan ada pada penguasaan
Allah Ta’ala. Dia yang kuasa untuk memberikan manfa’at/kebaikan kepada
siapa yang Dia kehendaki, menentukan manfaat seperti apa yang akan diberikan
dan seberapa besar manfaat itu bagi seseorang.
Seperti halnya
mudlarat, manfaat juga ada pada genggaman dan kendali Allah Ta’ala. Itu artinya
Allah Ta’ala kuasa untuk memberikan manfa’at namun juga berhak untuk menahan
adanya manfaat atau bahkan menghilangkan manfaat dari sesuatu hal
atau dari suatu benda. Bisa memperbesar atau memperkecil manfa’atnya, bisa pula
memanjangkan atau menghentikan adanya manfa’at.
Setiap kali
menghadapi suatu hal, entah itu baik menurut pandangan kita ataupun buruk
menurut perkiraan kita, maka serulah Yang Menggenggam Mudlarat dan Yang Menggenggam
Manfaat, agar mudlarat itu ditahan oleh-Nya dan hanya manfaat yang diberikan
oleh-Nya.
Manakala kita
sakit yang mengharuskan terapi atau minum obat, maka serulah Yaa Adl-Dlaarru wa
An-Naafi’ sebanyak yang kita mampu, agar Allah Ta’ala Sang pemilik Asma’
menghilangkan penyakitnya, menahan efek samping terapi atau obat-obatan, dan
memberi manfaat kesembuhan melalui ikhtiar tersebut. Bukankah segala macam
kuman, virus, bakteri, bahkan sel ganas seperti kanker dlsb adalah makhluq Allah Ta’ala. Mereka semua akan tunduk patuh pada
Sang Khaliq. Jika Dia perintahkan untuk hidup mereka akan hidup. Jika Dia perintahkan untuk diam,
mereka akan diam. Dan jika Dia kehendaki untuk mati, merekapun akan mati.
Di saat Allah
Ta’ala menyempitkan rejeki serulah Adl-Dlaarru wa An-Naafi’ agar kesempitan
rejeki itu segera berakhir, agar
kekurangan harta tidak menyusahkan, tidak menghinakan, dan
tidak mendekatkan pada kekafiran. Akan tetapi agar kesempitan dan kekurangan rejeki itu justru menjadi pemacu tekad dan semangat, penguat mental, pembuka pintu kreatifitas, penggali
kecakapan, pendidik
agar menjadi
tawadlu’ dan sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala lebih
dari sebelumnya.
Ketika hidangan
lezat di depan mata, satai gulai kambing, aneka seafood, roti, kue, buah, dsb. Tak ada
salahnya jika kita menyeru Adl-Dlaarru wa An-Naafi’. Secara ilmiah semua
makanan itu mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan, kekuatan dan kebugaran
tubuh. Namun berapa banyak orang yang stroke atau serangan jantung bahkan koma
usai mengkomsumsinya? Kita berlindung
kepada Allah Ta’ala dari hal itu.
Siapa yang tidak
senang mempunyai pasangan hidup dan anak-anak yang rupawan nan pandai dilengkapi dengan harta
yang melimpah? Tentu tidak ada yang tidak bahagia. Serulah Adl-Dlaarru wa
An-Naafi’ agar terhindar dari hal ini:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ
فَاحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِن تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ
غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Hai orang-orang
mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi
musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan
dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. At-Taghaabun: 14).
إِنَّمَا
أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللَّهُ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Sesungguhnya
hartamu dan anak-anakmu adalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar (QS.
At-Taghaabun: 15).
Sehingga akan mendapatkan seperti dalam doa orang-orang
yang beriman:
وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang-orang
yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami
dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa (QS. Al-Furqan: 74).
وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ
ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ
بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
Dan orang-orang
yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun
dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya (QS. Ath-Thuur: 21)
Sewaktu kita
merasa takut akan suatu keburukan dan mengharap kebaikan, mintalah pada Yang
Menggenggam Mudlarat dan Yang Menggenggam Manfaat, Allaahu Laa Ilaaha Illa Huwa
Adl-Dlaarru wa An-Naafi’ (Allah, Tidak Ada Tuhan Selain Dia Yang Maha Pemberi Mudlarat dan Maha Pemberi Manfa'at). Agar kita dihindarkan atau diringankan atau segera
dibebaskan dari mudlarat dan diberikan atau ditambahkan atau disegerakan
memperoleh manfaat.
Allaahu a’lam.
Artikel ini sudah pernah dikirimkan ke situs Dakwatuna.com dan telah dimuat pada tanggal 25 Mei 2015.
Artikel ini sudah pernah dikirimkan ke situs Dakwatuna.com dan telah dimuat pada tanggal 25 Mei 2015.