Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi wa Salam menganjurkan:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ:
إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا
اسْتَنْصَحَكَ فَانْصُحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَشَمِّتْهُ وَإِذَا
مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
”Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam: Jika engkau
bertemu dengannya maka ucapkanlah salam atasnya, apabila ia mengundangmu
penuhilah undangannya, apabila ia minta nasihat kepadamu maka nasihatilah dia
dan apabila di bersin dan mengucapkan "Alhamdulillah", maka
ucapkanlah "Yarhamukallah", apabila ia sakit maka jenguklah dan
apabila ia meninggal maka ikutilah (antarkanlah jenazahnya sampai ke
kuburnya)". (HR. Muslim).
Menjenguk orang sakit adalah hak si sakit yang berarti kewajiban bagi
yang sehat. Pahala untuk yang menjalankannya sangatlah besar. Berdoa untuk si
sakit adalah kebajikan, selain memang sangat dibutuhkan. Perhatian dan doa
untuk si sakit adalah hadiah yang membahagiakan.
Ada satu rahasia penting di balik anjuran untuk menjenguk orang sakit yang
jarang diketahui oleh masyarakat umum. Yaitu bahwasanya doa orang yang sedang
menderita sakit itu maqbul. Tidak ada penghalang antara dia dan Allah Ta’ala.
Bahkan Rasulullah menyamakan doa orang yang sakit seperti doa malaikat.
اذا دخلت على مريض فمره فليدع لك فإن دعاءه كدعاء
الملائكة
“Apabila engkau datang mengunjungi orang sakit, maka mintalah agar dia
berdoa untukmu, karena do’anya maqbul seperti doa malaikat”. (HR. Ibnu Majah)
Hal ini sering terlewatkan dari para penjenguk orang sakit. Sangat
mulia karena mereka lebih mengutamakan untuk mendokan kesembuhan bagi si sakit
hingga lupa sebaliknya, yaitu meminta doa pada penderita, padahal doa mereka
sangat maqbul.
Istilah makbul mempunyai beberapa pengertian, yakni:
1. Diluluskan (menyangkut permintaan atau doa)
2. Berhasil, tercapai (mengenai maksud atau tujuan)
3. Manjur (yang berhubungan dengan obat, guna-guna,
dsb)
Mungkin akan timbul pertanyaan mengapa doa si sakit maqbul? Jawaban
persisnya hanya Allah Ta’ala dan Rasul-Nya yang tahu. Akal dan ilmu kita tidak
cukup untuk mampu menguak setiap kejadian yang ditetapkan Allah. Namun
barangkali bisa diambil sedikit pemahaman sederhananya.
1. Sedang sakit berarti dalam keadaan terzholimi oleh
penyakit.
Zholim secara umum berarti tersakiti atau teraniaya. Umumnya yang
melakukan kezholiman adalah seseorang atau sekelompok orang. Jadi terzholimi
itu manakala seseorang dikenai perbuatan zholim tanpa sebab yang bersangkutan
melakukan kezholiman. Namun jika yang bersangkutan telah melakukan kezholiman
terlebih dahulu, itu berarti kezholiman yang diterima berupa pembalasan. Secara
luas terzholimi tidak terbatas pada pelaku yang berwujud manusia. Adakalanya
seseorang tidak bisa mengelak tatkala dizholimi makhluq Allah yang lain yang bernama penyakit.
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada
sahabat Mu’adz bin Jabal ra. saat diutus untuk berdakwah ke Yaman:
اِتَّقِ دَعْوةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ
بَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
“Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniya, sebab tidak ada hijab
antaranya dengan Allah (untuk pengabulan doanya)”. [Shahih Muslim, kitab Iman
1/37-38]
Dari Abu Hurairah ra. dia berkata bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda.
دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ مُسْتَجَابَةُ وَإِنْ
كَانَ فَاجِرًا فَفُجُوْرُهُ عَلَى نَفْسِهِ
“Doanya orang yang teraniaya terkabulkan, (namun) apabila dia seorang yang durhaka, maka kedurhakaannya akan kembali kepada dirinya sendiri”. [Musnad
Ahmad 2/367. Dihasankan sanadnya oleh Mundziri dalam Targhib 3/87 dan Haitsami
dalam Majma’ Zawaid 10/151, dan Imam ‘Ajluni No. 1302]
2. Si sakit adalah mudhdharr (orang yang sedang dalam
kesulitan, terhimpit, terdesak atau terpojok). Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya): “Atau siapakah (selain Allah) yang mengabulkan (doa) orang yang dalam
kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan…?”
(QS. An-Naml: 62).
Dari keterangan di atas, paling
tidak dua hal tersebut yang bisa menjadi sebab doa si sakit maqbul, selebihnya
adalah rahasia Allah Ta’ala yang hanya diketahui oleh-Nya.
Bagi yang sedang sakit, berbahagialah,
karena diberi keutamaan dan karunia yang agung. Bagaimana tidak… tidak semua
orang diberi kesempatan emas seperti itu. Bayangkan saja apapun yang kita minta akan
dikabulkan. Terbentang luas kesempatan bersedekah tanpa harus berharta, tapi hanya
dengan DOA. Kita mempunyai kekayaan berlimpah. Bisa memberikan hadiah doa
terbaik untuk diri sendiri, orang tua, pasangan hidup, anak keturunan, keluarga,
teman dan sahabat, juga untuk orang-orang yang telah berbuat baik pada kita,
bahkan untuk orang yang mengecewakan atau menyakiti kita, jika ada, agar mereka
mendapat hidayah.
Sebarkan kekayaan dan keutamaan yang dimiliki selama sakit demi manfaat
sebanyak-banyaknya, termasuk untuk negara dan bumi tempat kita berpijak agar
terhindar dari adzab.
Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya): “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka jahannam dalam keadaan hina dina,” (QS. Al-Mu’min: 60).
Apabila kita berdoa, Allah Ta’ala pasti akan mengabulkan., apalagi
dalam keadaan sakit. Rasulullah shalallaahu
‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Tiada seorang berdoa kepada Allah
dengan suatu doa, kecuali dikabulkan-Nya, dan dia memperoleh salah satu dari
tiga hal, yaitu dipercepat terkabul baginya di dunia, disimpan (ditabung)
untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah
(bencana) yang serupa,” (HR. Ath-Thabrani).
Sebaiknya doakan tanpa sepengetahuan yang bersangkutan. Karena doa
seperti ini amat maqbul.
Dari Abu Darda’ bahwa dia berkata
bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُوْ لأَِخِيْهِ
بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلاَّ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوْكِلُ بِهِ آمِيْنَ وَلَكَ
بِمِثْلِ
“Tidaklah seorang muslim berdoa
untuk saudaranya yang tidak di hadapannya, maka malaikat yang ditugaskan
kepadanya berkata : “Aamiin, dan bagimu seperti yang kau doakan”. [Shahih
Muslim, kitab Doa wa Dzikir bab Fadli Doa fii Dahril Ghalib].
Allaahu a’lam.
picture from inet |
Dari berbagai sumber
Terima kasih tulisannya ya mba
BalasHapusSami-sami mbak Yuni, semoga bermanfaat
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus