Sepenggal taushiyyah Ustadz Adi Hidayat, LC. MA.
Firman Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 214:
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ
الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم
مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء وَزُلْزِلُواْ حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ
وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللّهِ
قَرِيبٌ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum
kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang
beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
Ada 3 tingkatan ujian untuk hamba Allah sebagaimana yang
tertera dalam Firman Allah diatas:
1. الْبَأْسَاء
Yaitu suatu masalah yang
menimpa tapi tidak sampai mengganggu kondisi psikis ataupun fisik. Bisa
dikatakan masalah tersebut tergolong biasa, ringan atau masih mudah diatasi.
2. الضَّرَّاء
Yaitu musibah yang bisa
mengganggu diri sendiri, baik psikis maupun fisik. Dengan kata lain musibah
tersebut cukup berat hingga menimbulkan kesedihan, kekhawatiran, kesulitan,
kesengsaraan, rasa sakit atau bahkan melukai/merusak tubuh.
3. زُلْزِلُواْ
Yaitu malapetaka yang
membawa dampak sangat luas baik secara psikis, fisik, mengena pada orang-orang
di sekitar, bahkan merambah ke ranah sosial, ekonomi maupun lingkungan. Dikatakan
zulzilu karena malapetaka itu mengguncangkan hati dan pikiran, menguras hampir
semua potensi diri dan lingkungan, hingga Rasul dan orang-orang beriman yang
bersamanya berkata, bilakah datangnya pertolongan Allah, karena merasa hampir
tak kuat menahan beratnya ujian tersebut.
Jika dihubungkan dengan
Firman Allah yang tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai kemampuannya,
maka jika dalam hidup kita hanya menerima ujian setingkat al-ba’sa’ maka
sebesar itulah kemampuan diri kita. Demikian pula jika adh-dhorru’ yang
menghampiri, maka kualitas diri setingkat dengan besarnya ujian tersebut.
Manakala ujian sudah setaraf zulzilu dan hanya pertolongan Allah Ta’ala satu-satunya
yang bisa menolong, maka janganlah melemah, tak perlu pula bersedih hati karena
Allah Ta’ala tengah meretas jalan, menuntun kita, mempersiapkan diri untuk
menghuni jannah.
Maka bersyukurlah…
berbahagialah.
Jika kita bertanya mengapa harus seperti itu? Mengalami banyak ujian untuk masuk surga?
Allah Ta’ala menjawab
dalam Surah Ali Imran ayat 142:
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ
وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّهُ الَّذِينَ جَاهَدُواْ مِنكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah
orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.
Yaaa… karena yang masuk surga adalah orang-orang yang
berjihad dan orang-orang yang sabar.
Truuus… apakah yang tidak menerima ujian berat tidak bisa
masuk surga? Tentu saja bisa… dengan cara apa?
Dalam Firman Allah Ta’ala diatas (QS. Ali Imron: 142) telah dijelaskan yaitu dengan berjihad (bersungguh-sungguh tha’at pada Allah
dan berjuang menegakkan Kalimatullah di muka bumi). Maka inilah jalan yang
harus ditempuh untuk masuk surga.
BERSYUKURLAH
Saat dalam kondisi longgar, sehat, mapan ekonomi, karir
sukses dan segalanya serba gampang... maka itulah saatnya bersyukur, lalu
berjuang sungguh-sungguh menggunakan semua karunia itu untuk beribadah kepada
Allah Ta'ala, tha'at sepenuh jiwa, membantu sesama dan meninggikan Kalimah-Nya
di muka bumi. Itulah jalan surga.
Dan manakala dalam kesempitan, tertimpa musibah, mendapat
ujian berat... maka itupun waktunya bersyukur, karena seperti itu cara Allah
Ta'ala agar kita bersabar, kemudian berusaha/berikhtiar keras dan menggunakan semua
potensi diri untuk mengatasi masalah. Dan itupun jalan surga.
BERSYUKURLAH
BERSABARLAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar